50. Pengakuan Pahit

2.1K 164 53
                                    

Aku sedang berusaha mencintai adikku.

Tawa keras menggema di aula seiring sumpah serapah yang menyeruakkan keheningan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tawa keras menggema di aula seiring sumpah serapah yang menyeruakkan keheningan. Fred dan Allan sesekali menyanyikan lagu kebanggaan mereka sambil mengangkat gelas tinggi-tinggi. Mereka setengah mabuk setelah meneguk beberapa gelas anggur. Lydia dan Anders tumbang terlebih dahulu dan tertidur di sofa seperti adik-kakak yang kelelahan habis bermain di taman. Hanya ada tiga orang yang masih sadar—Emory, Ryuu dan Fendrel.

Bagi Emory dan Ryuu, mabuk adalah hal yang paling mereka benci. Entah untuk menghindari waktu yang terbuang atau sekedar menyembunyikan rahasia yang tidak ingin diketahui, mereka berdua memilih dipanggil pecundang abadi. Berbeda dengan Fendrel. Elf sepertinya tidak akan pernah mabuk meski meminum satu tong wine sendirian. Dialah alasan utama kenapa keempat orang di ruangan itu terus minum sampai mabuk. Mereka mengira sanggup mengalahkan Fendrel padahal nyatanya tidak.

"Aku akan menguliti seluruh iblis bintang hingga tak bersisa!" teriak Allan sambil melompat ke atas kursi dan merentangkan kedua tangannya. Pipinya yang seputih gips kini dihiasi rona merah dan dipenuhi keringat.

"Ini tidak baik," komentar Fendrel. Rasa bersalah terbesit di pikirannya lantaran dia mengambil botol wine beralkohol tinggi.

Tiba-tiba Fred berjalan menghampiri Emory sambil menawarkan segelas lagi. "Ayoo, Emory! Tidak asyik kalau kau menyerah begitu saja."

"Jangan konyol! Kalau aku kehilangan kesadaran, Phillippe akan murka. Aku selalu dibutuhkan olehnya kapanpun," tolak Emory sambil menepis tangan Fred. Fred hanya menyeringai lalu menyodorkan gelasnya pada Fendrel. Fendrel menerimanya agar pemuda berambut perak itu berhenti minum.

Mendengar pintu besar terbuka, ketiga sosok pemuda yang masih tersadar langsung memandang pimpinan mereka. Phillippe baru saja tiba dan wajahnya terlihat lelah. Begitu melihat kekacauan yang terjadi di depannya, kelompak matanya menurun dan menyisakan garis mata yang memandang sekelilingnya dengan kesal.

"Phillippe! Tepat sekali! Ayo kita bertanding minum!" ajak Fred walau tubuhnya sudah limbung dan nyaris terjatuh saat berjalan menghampiri Phillippe. Sang Pangeran tidak menanggapi dan malah berjalan menghampiri Emory dan dua kesatria bintang lainnya.

"Saat aku pergi, kalian malah mabuk-mabukan," desis Phillippe dengan pandangan tajam itu lagi.

"Ini ide Fred," koreksi Emory, tidak mau disalahkan.

Sebelum Fred merajuk lagi, pemuda itu keburu jatuh terjerembab di atas lantai. Dia pingsan. Phillippe dan Emory hanya memandangnya tanpa ekspresi. Mereka telah sepakat, membiarkan temannya tidur lantai.

"Aku akan membawa mereka ke kamar," tawar Fendrel.

"Tidak perlu! Biarkan saja mereka di sini. Saat bangun nanti, mereka akan malu sendiri," tolak Emory.

The Last Children of Moon (#1 Moon Series) ✔ [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang