11. Malam Berapi

3.5K 260 44
                                    


Perpustakaan itu terbakar.

Kakaknya tergeletak di atas lantai, entah pingsan atau mati.

Kakaknya tergeletak di atas lantai, entah pingsan atau mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Phillippe menuntun adiknya ke sebuah taman kecil yang sepi. Di tempat itu hanya ada tiga kursi taman yang dikelilingi pohon bonsai. Phillippe duduk disamping adiknya dan terlihat sedang berkutat dalam pikirannya.

"Kak?" panggil Melody.

Phillippe melirik adiknya lalu tersenyum. Satu tangannya membelai rambut adiknya dengan lembut. "Sebelumnya aku ingin meminta maaf atas apa yang kulakukan selama ini. Meninggalkanmu di desa itu dan pergi tanpa memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya... tidak ingin melibatkanmu."

Melody menyentuh tangan kakaknya lalu menaruhnya di pipinya. "Aku tahu kakak akan melakukan yang terbaik untukku. Tapi saat ini aku bukanlah anak kecil lagi. Kau harus menceritakan semuanya padaku!"

"Berjanjilah kau tidak akan menangis!"

"Aku berjanji."

Phillippe menyandarkan punggungnya di kursi sambil menatap lurus ke arah lorong. "Setelah kabar duka itu datang, aku berusaha mencari tahu kebenarannya. Aku masih tidak mempercayainya, aku hanya yakin mereka sedang tersesat di luar sana hingga pusaka kerajaan tidak bisa menangkap keberadaan mereka. Ayah dan ibu pernah berkata kalau tempat itu memiliki keindahan seperti Freltalida. Aku berusaha melacak dunia yang mereka maksud, tapi tidak ada tanda-tanda kehadirannya di sudut langit manapun."

"Kak, langit itu luas sekali. Kau tidak bisa mencarinya sendirian."

"Aku tahu. Tapi aku akan selalu berusaha mencari mereka. Aku percaya mereka masih hidup. Ayah dan ibu juga pasti ingin melihatmu yang sudah tumbuh sebesar ini."

Melody tersenyum begitu membayangkan dirinya bertemu orangtuanya. "Aku yakin mereka akan senang."

"Aku tidak percaya keadaannya akan seperti ini. Kalau saja waktu itu kau tidak sakit parah, aku tidak akan menjagamu dan malah ikut bersama mereka. Lalu kita semua akan menghilang. Entah apa yang akan terjadi pada negeri ini nantinya."

"Sepertinya kau memang ditakdirkan untuk menjadi Raja selanjutnya."

Phillippe terkejut hingga mengerjap-ngerjap. "Itu tidak mungkin."

"Kak, tanpamu musuh akan menyerang negeri ini, pemberontakan akan terjadi dimana-mana dan yang paling parah adalah negeri ini akan hancur. Kita keluarga kerajaan terakhir. Negeri ini berada di tangan kita, juga bersama para Erzalore."

Phillippe tersenyum sambil menyentil kening adiknya. "Aku tidak menyangka kalimat itu akan keluar dari mulutmu. Kau sudah cukup dewasa."

"Aku masih empat belas tahun!"

"Ya, aku tahu."

"Ngomong-ngomong, apa yang sedang kakak lakukan akhir-akhir ini?"

Wajah Phillippe terlihat masam. Dia memijat pelipisnya seolah apa yang dipikirkannya itu membuatnya pusing tujuh keliling. "Sekarang aku menyelidiki kekuatanmu yang hilang."

The Last Children of Moon (#1 Moon Series) ✔ [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang