34. Sang Pembaca Pikiran

2K 149 37
                                    


"Aku bukan seorang penyihir.
Aku hanyaseorang peri yang bisamembaca pikiran orang."
- Fendrel -

Melody kembali mengenakan pakaian ketat hitam yang membuatnya merasa tidak nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melody kembali mengenakan pakaian ketat hitam yang membuatnya merasa tidak nyaman. Ariel memaksanya karena gadis itu akan terjun ke medan perang sehingga gaun bukanlah pilihan. Namun Melody bersyukur karena Ariel juga memberikan jubah tebal panjang selutut yang menutupi lekuk tubuhnya serta melindunginya dari udara dingin.

"Ariel," panggil Melody setelah gadis itu selesai memasang jubahnya. "Sebenarnya, siapa Fendrel?" Melody masih kepikiran tentang peri itu. Dia tidak yakin peri itu serius tentang ucapannya di balkon benteng tadi pagi. Masih menjadi misteri kenapa orang-orang memandangnya dengan cara seperti itu.

Ariel terdiam. Gadis itu memandang langit-langit kamar sambil memikirkan jawaban. "Entahlah. Sepupuku bilang dia adalah pengelana dari Hutan Meliadhos."

"Meliadhos?"

"Itu rumah para peri cahaya. Fendrel berasal dari sana," kata Ariel sambil merapikan kaitan jubah di leher Melody. "Kenapa kau bertanya tentangnya? Apa kau naksir padanya?"

Wajah Melody langsung masam. Untuk apa jatuh cinta pada seseorang yang tidak dia kenal? Lagipula di hatinya hanya ada kakaknya, bukan siapa-siapa. "Aku sudah punya seseorang di luar sana."

"Oh ya? Apa kau sudah menikah dengannya?"

"Belum."

"Kalau begitu, bisa saja nanti kau naksir Fendrel."

"Enak saja! Aku tetap mencintai kakakku!"

"Sebentar!" sela Ariel, menghentikan kegiatannya, "Kakakmu?"

Melody menelan ludah. Pasti akan ada ceramah lagi tentang larangan pernikahan saudara. "Dia kakak angkatku," dustanya.

"Hm, aku tidak yakin kau bisa tahan tanpanya. Fendrel masih melajang, lho."

"Berhenti membicarakannya!" gerutu Melody.

Ariel tertawa pelan. "Maaf, maaf."

Selesai menggelung dan merapikan rambut, Ariel mundur hingga bisa memandang penampilan Melody dari kaca. "Kau sudah siap pergi."

"Terima kasih, Ariel. Aku pasti merepotkanmu," kata Melody.

"Tidak perlu bicara seperti itu! Yang harus kau pikirkan adalah dirimu. Aku khawatir jika sesuatu terjadi padamu. Di sini tidak ada keluargamu."

"Aku akan baik-baik saja," balas Melody sambil memeluk Ariel. "Aku berjanji akan segera menemukan keluargaku."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Last Children of Moon (#1 Moon Series) ✔ [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang