Tuan Gale ingin menjemput tunangannya.
Eline berjalan terhuyung-huyung sambil membawa keranjang kayu berisi roti. Nyaris saja dia terpeleset di atas batu berlumut samping sungai kecil, beruntung Christina yang berjalan di belakang segera menolongnya.
"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Christina.
Eline mengangguk. "Sayapku masih kaku, jadi tenagaku ikut terkuras."
Aksi iseng kemarin membuat Eline harus terkena batunya. Fendrel tega membekukan sayapnya hingga terjatuh ke danau. Es itu menyentuh akar sayap di punggungnya sehingga Eline tidak bisa terbang untuk sementara waktu.
"Kau akan segera pulih," kata Christina sambil memperhatikan sayap merah muda milik Eline yang cahayanya meredup. Meski sudah mencoba menyembuhkan akarnya yang terluka, kekuatannya tidak mampu mengembalikan keadaan ke semula. Melody juga ikut mencobanya dan kini dia sibuk mencari jamur ungu di sekitar sungai yang dipercaya bisa membantu para penyembuh mengobati luka dengan cepat.
"Kau tidak bisa meremehkan Fendrel. Meski dia pendiam, terkadang tindakannya bisa jadi sembrono saat marah," ujar Lydia yang berdiri dekat sungai sambil berkacak pinggang dan memandang lapangan luas beralas rumput hijau di kejauhan. Hari ini dia dan Fendrel akan melatih Leth dan Melody di perbukitan utara. Lydia yakin Fendrel hanya akan berfokus pada Melody, jadi dia terpaksa harus mengurus Leth dan naganya sendirian.
"Kupikir dia orang yang bijaksana," gerutu Eline setelah berhasil duduk di kursi kayu dekat salah satu pohon bercabang besar. Rantingnya nyaris menyentuh sayapnya sehingga Christina membantu menyingkirkannya dengan memotongnya.
"Tidak ketika marah," bantah Lydia. Matanya menatap Leth dan Izzy yang sedang beradu kekuatan listrik di kejauhan. "Aku iri pada sepupumu. Aku telah lama hidup dengan mesin dan malah mendapat kekuatan pengendali tanaman."
"Kau harus bersyukur dengan apa yang telah diberikan Dewi untukmu," kata Christina.
"Yah, Fendrel pernah bicara begitu padaku," balas Lydia.
"Kelihatannya Kak Lydia dekat dengan Kak Fendrel," selidik Eline.
"Begitulah," aku Lydia.
"Seperti apa?"
Pertanyaan bernada interogasi itu membuat Lydia menyipitkan kedua matanya. "Kau mengira aku suka padanya? Aku tidak begitu. Kami hanya bertukar pendapat."
"Yang bagaimana?"
"Contohnya ketika Fendrel mulai menyukai Melody. Dia meminta saranku. Akulah yang mendorongnya untuk maju. Dan lihatlah mereka sekarang!" tunjuk Lydia pada sepasang kekasih yang sedang melihat-lihat jamur di dekat batu. "Beruntung Fendrel tidak takut pada kakaknya."
"Mereka pasangan yang serasi," komentar Christina.
"Ya," dukung Eline.
Suara petir yang menyambar pohon mengagetkan semua orang. Lydia sontak berkacak pinggang sambil melotot marah. "Jangan menggunakan kekuatan penuh disini! Kalian mau meledakkan tempat ini!?" Dengan dongkol wanita itu segera menghampiri Leth dan Izzy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Children of Moon (#1 Moon Series) ✔ [REPUBLISH]
Fantasy[TELAH TERBIT | High Fantasy Romance] REPUBLISH Karya ini dilindungi oleh UU Hak Cipta No.28 Tahun 2014 Nominasi Best Fantasy Story dari @PejuangKata Bertahun-tahun setelah kabar duka melanda Freltalida, Melody ditinggalkan di sebuah desa terpencil...