Seperti itulah ciuman yang harus kakakmu berikan padamu.
Lelah seiring napas yang terengah-engah terdengar pelan di sepanjang lorong Perguruan Ghamarridda. Melody berlari mencari objeknya hingga petang. Berkali-kali dia bertanya pada orang-orang yang ditemuinya, tapi tidak ada yang tahu keberadaannya. Sulit sekali mencari seseorang yang bisa melihat segalanya, apalagi di tanah seluas tujuh hektar. Orang itu bisa ada di mana saja.
Melody menghentikan langkahnya begitu tiba di dekat sungai yang dikelilingi pohon apel. Akhirnya dia mendesah lega ketika melihat Fendrel ada di sana dengan beberapa anak yang sedang latihan memanah. Mereka tertawa dan memuji satu sama lain, ada juga yang mengejek walau hanya sebuah candaan.
Tiga anak laki-laki yang menyadari kehadiran Melody langsung terdiam. Mereka yang terdiam menarik anak-anak yang lain hingga akhirnya Fendrel sadar ada yang salah dengan sekelilingnya.
Begitu melihat Melody yang sedang berjalan ke arahnya, peri itu tersenyum sinis. "Dan akhirnya kau menyesalinya—"
"Pergi ke gerbang secepatnya!" desak Melody.
Fendrel melesatkan anak panahnya tanpa melirik lingkaran merah di papan target yang berjarak dua puluh meter dari tempatnya berpijak. Wajahnya tetap tersenyum sinis pada gadis itu—seolah-olah mengejek semua kesalahan yang diperbuatnya.
Anak-anak perguruan menyadari akan ada pertempuran mulut diantara peri dan sang putri. Mereka berpamitan dan pergi ke tempat lain untuk memberikan privasi. Setelah mereka pergi, Melody kembali angkat bicara. Daripada meminta, gadis itu terdengar seperti mengusir. Fendrel tidak menanggapi dan tetap menembakkan anak panahnya ke sasaran yang sama. Enam anak panah yang terbelah di papan target kini berjatuhan ketika Fendrel menembakkan anak panah berikutnya.
"Fendrel! Mereka membutuhkanmu. Kau harus pergi untuk mengawasi gerbang!" sergah Melody sambil menghampiri Fendrel. Dirampasnya busur kayu berlapis perak itu sampai Fendrel melotot marah. "Cepat pergi!"
"Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian di tempat ini," sahut Fendrel.
"Aku bisa pulang sendiri," bantah Melody.
"Dan membiarkanmu sendirian adalah cara terbaik untuk dibunuh."
"Aku bisa meminta Tuan Billy menjagaku."
Fendrel menghela napas panjang. "Melody, tanpa berada di gerbang pun, aku bisa melihat situasi di sana dari sini." Pernyataan itu membuat Melody terperangah. Fendrel tahu gadis itu akan memarahinya, jadi dia segera mengonfirmasi, "bagaimana kalau Anders, Ryuu atau Lydia yang ada disana? Karena ulahmu, mereka tidak bisa bertugas."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Children of Moon (#1 Moon Series) ✔ [REPUBLISH]
Fantastik[TELAH TERBIT | High Fantasy Romance] REPUBLISH Karya ini dilindungi oleh UU Hak Cipta No.28 Tahun 2014 Nominasi Best Fantasy Story dari @PejuangKata Bertahun-tahun setelah kabar duka melanda Freltalida, Melody ditinggalkan di sebuah desa terpencil...