Kau bisa melatih kekuatan perisaimuBagi Melody, terlalu banyak hal yang tidak adil untuknya di dunia ini. Kepergian kakaknya saat dibutuhkan, terpilihnya Fendrel menjadi gurunya, menghapalkan sesuatu yang tidak disukai dan yang paling mengesalkan adalah ketika hendak membela diri malah disalahkan. Menghajar pengawal yang hendak menangkapnya adalah wajar, apalagi ini menyangkut melindungi nyawanya.
"Tuan Kinson akan membunuhku, Kak!" bela Melody.
Sudah satu jam lamanya Phillippe menggelar persidangan kecil di perpustakaan. Pemuda itu berdiri di seberang adiknya yang sedang duduk di kursi kayu. Tadi dia melihat bagaimana adiknya menendang dan meninju seorang penjaga sampai pingsan. Di matanya itu adalah tindakan yang tidak pantas.
"Seharusnya kau menggunakan kekuatan pelindungmu, bukan menghajar mereka seperti orang kerasukan!" geram Phillippe.
Benar juga. Menggunakan perisai bisa membuat siapapun tidak berani menyentuhnya. Betapa bodohnya sampai gadis itu ingin menghantamkan kepalanya di dinding sekarang. Pikirannya suka berjalan lamban sampai dia ragu adiknya Phillippe apa bukan.
"Tidak ada yang bilang padaku harus begitu, Kak."
"Kau yang memiliki kekuatan itu, masa lupa?"
"Aku hanya ingat Rexy dan kedua ularku."
"Sudah pasti kau tidak bisa memanggil mereka di dalam istana."
"Iya, iya! Ini salahku! Aku lupa dan... bodoh."
"Kau tidak bodoh. Kau hanya sedang takut dan memikirkan banyak hal. Mulai sekarang, kenali potensimu dan gunakan semua itu untuk melindungi diri sendiri."
"Tapi bagaimana dengan bela diri, Kak? Aku bisa—"
"Tidak! Tetaplah pada kewajibanmu sebagai seorang Putri. Menghajar orang lain tidak dibenarkan. Kau harus tegar dan angkuh pada siapapun yang berani mengancammu. Karena ketika kau takut, musuh akan mudah melukaimu."
Melody menggigit bibir bawahnya sambil memandang perapian di sampingnya. Tindakan spontannya sulit dihindari, tapi dia harus tetap berusaha mengikuti keinginan kakaknya. "Baik."
"Kau bisa melatih kekuatan perisaimu," usul Phillippe hingga permata hazel itu berbinar. Urusan sihir, Phillippe pasti akan melatihnya. Itu berarti penderitaannya bersama Fendrel telah berakhir.
"Kakak akan disini terus kan?"
"Tidak. Aku akan pergi lagi untuk mengerjakan sesuatu." Begitu melihat wajah adiknya yang cemberut, Phillippe hanya bisa membalas dengan senyum getir. "Berlatihlah bersama keluargamu yang lain! Mereka akan membantumu."
"Kapan sih kakak memiliki waktu kosong untukku?"
"Kalau keadaannya tidak segenting ini, aku akan selalu memiliki waktu untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Children of Moon (#1 Moon Series) ✔ [REPUBLISH]
Fantasy[TELAH TERBIT | High Fantasy Romance] REPUBLISH Karya ini dilindungi oleh UU Hak Cipta No.28 Tahun 2014 Nominasi Best Fantasy Story dari @PejuangKata Bertahun-tahun setelah kabar duka melanda Freltalida, Melody ditinggalkan di sebuah desa terpencil...