Setiap langkah dan pikiran makhluk hidup yang berada di pesawat ini adalah milikku.Prajurit Frelles tampak lebih sibuk dari biasanya. Setelah mesin satu kembali menyala, pesawat melaju mengarungi ruang hampa udara dengan kecepatan tinggi. Tiba di perbatasan Bextrov membuat semua orang waspada.
Untuk mengatasi kebosanan, Melody mencoba menuliskan kegiatannya selama di luar Freltalida dalam buku catatannya. Ekspektasinya begitu tinggi. Menulis bisa menyenangkan, tapi begitu dia mencoba menorehkan kata-kata di atas kertas, kepalanya langsung pusing tujuh keliling.
"Sial!" umpat Melody. Rasanya kesal ketika tidak memiliki bakat satu pun yang bisa dikembangkan. Ternyata belum tentu orang yang suka membaca bisa menulis. Tapi di pikirannya begitu banyak hal yang ingin dia sampaikan. Kakaknya tidak ada di ruangannya sehingga hanya buku kosong yang bisa menjadi tempat untuk mencurahkan segalanya. Dengan dongkol Melody kembali meraih penanya dan menempelkannya di atas kertas.
Baru saja dia mencatat satu bait kalimat, tiba-tiba pesawat bergetar hebat. Tubuh Melody terkunci hingga gadis itu tidak bisa bergerak. Sesuatu yang tajam memasuki kepalanya seolah sedang mencabik-cabik pikirannya. Melody menjerit, tapi tidak bisa. Batinnya memanggil kakaknya berkali-kali, tapi tidak ada yang datang ke ruangannya.
Rute langit Bextrov tidak mungkin semengerikan ini. Energi ini lebih mirip seperti sihir tingkat tinggi. Jangan-jangan terjadi sesuatu pada kakaknya.
Tak lama kemudian sihir mengerikan itu menghilang. Melody terjatuh ke atas lantai dan tubuhnya gemetar hebat. Sihir itu datang dan pergi seolah menghisap semua kehidupan yang dilaluinya. Melody merangkak ke arah pintu dan memanggil kakaknya berkali-kali sambil terisak pelan.
Tepat saat dibutuhkan, Phillippe masuk ke ruang kerjanya dan diikuti oleh trio serigala di belakangnya. Pemuda itu segera membuka pintu kamarnya dan menarik Melody ke dalam pelukannya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Phillippe.
Melody mengangguk sambil menepuk pipinya berkali-kali agar pemandangan buram yang dilihatnya segera berakhir.
"Phillippe, dia kuat," ujar Emory yang membuat Melody mendongak kebingungan.
"Kau bisa menjadikannya senjata untuk mencari mata-mata musuh," usul Allan.
"Meski dia kuat, dia harus banyak berlatih. Kejadian tadi menandakan dirinya belum sanggup menguasai kemampuannya sendiri. Bawa dia ke ruangan ini!" perintah Phillippe sampai ketiga sahabatnya mengangguk setuju. Mereka pun pergi dari ruangan itu untuk menjemput seseorang.
"Kak, sebenarnya ada apa?" tanya Melody.
"Aku sedang mencoba melatih kekuatan tersembunyi dari para kesatria bintang. Tidak kusangka Fendrel memiliki telepati sekuat itu."
"Fendrel?" Phillippe mengangguk sampai Melody menelan ludah. "J-jadi maksud kakak yang tadi itu—"
"Itu ulah Fendrel."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Children of Moon (#1 Moon Series) ✔ [REPUBLISH]
Fantastik[TELAH TERBIT | High Fantasy Romance] REPUBLISH Karya ini dilindungi oleh UU Hak Cipta No.28 Tahun 2014 Nominasi Best Fantasy Story dari @PejuangKata Bertahun-tahun setelah kabar duka melanda Freltalida, Melody ditinggalkan di sebuah desa terpencil...