Kita bisa menggulingkannya dan menaruh orang yang pantas untuk menduduki takhta.Siang hari yang teduh dengan fatamorgana yang menyelimuti seperempat langit, Melody tidak berhenti melamun di balkon kamarnya. Kalimat kakaknya selalu terngiang-ngiang di kepalanya.
Aku selalu mencintaimu.
Jatuh cinta memang terkadang membuat seseorang menjadi gila. Senyum tanpa sebab, tidur tanpa resah, dan benci tapi rindu. Namun semua orang tetap berlomba-lomba untuk mencarinya, bahkan sampai ke ujung dunia.
"Ih, aku kesal diabaikan terus," gerutu Eline.
"Iya, iya. Ada apa?" sahut Melody.
Seharusnya Melody gembira ketika sahabatnya kembali mengunjunginya, tapi pikirannya dipenuhi bayangan kakaknya yang tersenyum dan mengecup bibirnya. Dirinya tidak bisa berhenti memikirkannya sampai Eline yang eksistensinya ada hanyalah embusan angin pagi yang sudah berlalu.
"Pilih mana: merah burgundi atau scarlet?" tanya Eline sambil mengangkat papan cat warna yang baru dibelinya kemarin.
"Kau mau melukis apa sih?"
"Mawar. Tapi banyak sekali jenis mawar, jadi aku bingung memilih warna apa."
"Kau bisa pergi ke taman untuk melihat-lihat warnanya."
"Aku malas ke sana. Makanya aku bertanya, tapi diabaikan terus. Kau sedang apa sih? Dari tadi melamun terus."
Melody kembali menyandarkan perutnya di pagar balkon sambil menyelami pikirannya. Dari caranya memandang langit dan tersenyum, Eline sudah tahu kalau sahabatnya sedang kasmaran.
"Umm, jadi, siapa yang menembakmu duluan?" Pertanyaan impulsif Eline membuat Melody terenyak.
"Apa maksudmu?"
Eline mendengus. "Masih tidak mengerti juga. Maksudku, siapa cowok yang membuatmu senyum-senyum sendiri?"
Semburat merah seketika muncul di pipi Melody. "Kakakku."
"Apa dia menciummu lagi?" Melody menggeleng. "Lalu apa?"
"Dia hanya bilang mencintaiku."
Ekspresi lelah bak orang tua yang berkali-kali menasehati anak tapi tak pernah didengar tergambar jelas di wajah Eline. Beberapa hari yang lalu jantungnya nyaris copot begitu mendengar pernyataan Melody kalau kakaknya menciumnya. Phillippe mencium Melody!? Sesama saudara kandung! Yang benar saja!
Awalnya Eline menganggap itu hanya bualan atau sekedar angan-angan, lagipula saat itu ada Fendrel dan wajah merona sahabatnya langsung luntur di hadapan peri itu. Tapi melihat wajahnya sekarang, jelas sekali kalau itu nyata. Kenyataan dapat membekas dengan sempurna tanpa cela. Tatapan dan senyuman itu terlihat sangat meyakinkan.
Meski begitu, Eline tetap ragu."Mencintaimu bukan berarti cinta dari seorang pria untuk wanita, Mel."
Bibir Melody berkedut, tidak setuju. "Tapi dia menciumku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Children of Moon (#1 Moon Series) ✔ [REPUBLISH]
Fantasía[TELAH TERBIT | High Fantasy Romance] REPUBLISH Karya ini dilindungi oleh UU Hak Cipta No.28 Tahun 2014 Nominasi Best Fantasy Story dari @PejuangKata Bertahun-tahun setelah kabar duka melanda Freltalida, Melody ditinggalkan di sebuah desa terpencil...