Fendrel mendekap Melody lebih erat dalam kehangatan tubuhnya.Suasana halaman istana bagian selatan tampak tegang. Melody berdiri di dekat pagar balkon lantai tiga sambil menonton aksi kesatria bintang yang bertarung satu sama lain di bawah sana. Phillippe hadir dan menguji kemampuan saudara-saudarinya dengan serius.
Sudah berhari-hari Melody tidak bertemu dengannya. Kesibukan kakaknya benar-benar tidak bisa diganggu gugat. Tidak ada yang menceritakan seperti apa kegiatan kakaknya. Setiap kali Melody bertanya, kakaknya hanya menjawab tentang rapat, pusaka, dan gerbang. Melody tahu kakaknya memiliki peran penting di negeri ini, tapi rasanya tidak adil. Melody ingin berbagi beban—merasakan bagaimana bertanggung jawab atas negerinya. Namun kakaknya tidak pernah memberikan kesempatan itu padanya.
Tidak pernah.
Suara dentingan besi yang bertemu menimbulkan hempasan energi yang membuat tanaman hias di sekitarnya rusak. Lydia menghantamkan senjatanya di atas pedang Macht milik Phillippe. Pangeran pengendali api itu kini tahu kekuatan ayunan wanita itu.
Begitu Lydia mundur, Ryuu dan Anders melompat dan menghantam pedang besar beraura merah itu dengan senjata mereka. Meski kekuatan hantamannya tidak sebesar Lydia, keduanya mampu membuat tempat dimana Phillippe berpijak menjadi retak.
"Di antara kalian berlima, siapa yang terkuat?" tanya Melody tiba-tiba.
Fendrel yang sedari tadi memandang aksi seru di bawah sana langsung melirik gadis itu. Begitu permata mereka bertemu, muncul lonjakan perasaan aneh itu lagi. Tatapan lugu Melody akhir-akhir ini sering mengganggu konsentrasinya. Tubuhnya yang kecil dan ramping membuatnya ingin mendekapnya dalam kehangatan miliknya. Dan bibir itu. Bibir tipis merah muda yang selalu cemberut saat bersamanya kini sedikit terbuka dan mengundang hasrat untuk menjelajahi isinya.
Dengan merapatkan gigi dan mengepalkan kedua tangannya, Fendrel memandang pertarungan di bawah sana lagi. "Tidak perlu kujelaskan. Kau sudah tahu jawabannya."
"Menurutku, kakakku kuat dalam sihir, lalu kau dalam pertarungan fisik," ujar Melody.
"Meski begitu kau tidak bisa meremehkan yang lain," bantah Fendrel sampai Melody kembali meliriknya. "Anders sangat pandai bermain peran dan memanipulasi psikologis seseorang. Berbaur dan membaca gerak-gerik orang adalah hal yang paling mudah untuknya. Phillippe mengarahkannya untuk menjadi mata-mata. Sementara Lydia dan Ryuu, mereka menyukai teknologi dan sains. Lydia menguasai mesin dan Ryuu menguasai algoritma matematika dan komputer yang rumit. Saat bekerja sama, mereka berdua bisa menciptakan senjata dan alat peretas sistem paling mutakhir."
Melody memandang para kesatria bintang di bawah sana dengan takjub. "Wow, aku tidak mengira mereka sehebat itu."
"Setidaknya Phillippe mengarahkan mereka dengan tepat."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Children of Moon (#1 Moon Series) ✔ [REPUBLISH]
Fantasía[TELAH TERBIT | High Fantasy Romance] REPUBLISH Karya ini dilindungi oleh UU Hak Cipta No.28 Tahun 2014 Nominasi Best Fantasy Story dari @PejuangKata Bertahun-tahun setelah kabar duka melanda Freltalida, Melody ditinggalkan di sebuah desa terpencil...