Ini balasan untukmu, Putri Nakal! Pelajari bab ini dan hayati setiap kata dalam jiwamu.
"Jangan mendekat!" teriak Melody ketika menyadari Fendrel sudah berjarak dua meter di belakangnya. Gadis itu mendongkol dan meneriakinya berkali-kali di koridor.
Inginnya Melody menikmati pemandangan laut timur di belakang istana sambil menceritakan kejadian semalam yang tak terlupakan pada sahabatnya, tapi kehadiran Fendrel sangat mengganggu.
Eline yang bersamanya turut bingung dengan suasana ini. Tidak biasanya dia melihat Melody bisa marah seperti itu, apalagi sampai berteriak berkali-kali.
"Aku harus menjagamu," sahut Fendrel dengan enteng. Tatapan datar tak berdosanya membuat Melody sangat jengkel sampai ingin menyeretnya ke lautan.
"Aku akan membekukan laut sebelum menyentuhnya."
Lagi-lagi peri itu membaca pikirannya.
"Mari buat kesepakatan! Kau harus—"
"Aku hanya mengikuti perintah Phillippe."
Melody mendesis hingga urat-urat di wajahnya terlihat tipis. "Aku kan adiknya!"
"Meski kau istrinya pun, aku hanya mengikuti perintahnya."
Melody berteriak kesal lalu kembali berjalan menyusuri koridor istana yang sepi. Setiap kali dirinya protes, Fendrel selalu melakukan pembelaan yang tidak bisa diunggulinya. Malam itu—setelah kakaknya menciumnya untuk pertama kali—Melody melihat sendiri bagaimana Fendrel membungkuk di hadapan mereka sebagai pengabdian diri pada Phillippe. Elf di dunia Ljorath sangat menghormati orang yang telah menolongnya.
Tapi kenapa harus Phillippe? Padahal peri itu bertemu dengannya pertama kali. Melody yang telah menolong rakyat Ljorath di Benteng Pecuria. Bukan kakaknya!
"Mel, Mel! Kakakmu pasti memilih Kak Fendrel dengan suatu alasan kan?" tanya Eline sambil berjalan tergopoh-gopoh, mengikuti langkah kaki sahabatnya yang lebih cepat dari biasanya.
"Dia punya kemampuan telepati! Dia juga satu-satunya kesatria bintang yang lolos dari rangkaian ujian yang diberikan kakakku!" geram Melody, nyaris seperti teriakan.
Eline terperangah mendengarnya. "D-dia lolos sendirian? M-maksudmu dia kuat?"
"Ya! Kakakku meremehkanku dengan meminta seorang kesatria bintang terkuat untuk menjagaku. Seharusnya dia jadi prajurit penjaga gerbang saja!"
"Bukankah itu tandanya kau bakal baik-baik saja?"
Melody menghentikan langkahnya lalu berkacak pinggang di depan Eline. Matanya yang nyaris melotot penuh itu berhasil membuat bulu kuduk Eline berdiri. "Baik-baik saja bagaimana? Kebebasanku hilang! Aku tidak bisa bermain apapun sepuasnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Children of Moon (#1 Moon Series) ✔ [REPUBLISH]
Fantasy[TELAH TERBIT | High Fantasy Romance] REPUBLISH Karya ini dilindungi oleh UU Hak Cipta No.28 Tahun 2014 Nominasi Best Fantasy Story dari @PejuangKata Bertahun-tahun setelah kabar duka melanda Freltalida, Melody ditinggalkan di sebuah desa terpencil...