63. Pengakuan

1.8K 169 62
                                    

Cemburu memang sakit, tapi ketika orang bodoh sepertinya yang merasakannya, dia akan melakukan tindakan bodoh.

Cemburu memang sakit, tapi ketika orang bodoh sepertinya yang merasakannya, dia akan melakukan tindakan bodoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Phillippe menggertakan gigi dan memandang tajam siapapun yang ditatapnya. Suasana aula istana nampak tegang. Tidak ada yang berani angkat bicara selama sang pangeran murka. Fendrel berdiri di seberangnya dan berusaha tidak gentar dengan kemurkaan kesatria elemen api yang sudah diujung tanduk.

"Ini sudah kesekian kalinya mereka menyerang adikku. Akan kubakar seluruh markas Quimiste sampai mereka bersujud meminta ampun!" teriak Phillippe.

"Tidak semua Quimiste adalah jahat," sela Fred.

"Apa tiga bukti itu tidak cukup!? Pertama, mereka mengepungnya di Nacce. Kedua, mereka menjadikannya kelinci percobaan. Lalu sekarang mereka meracuninya di Calbeen. Jika Fendrel tidak membekukan lukanya, aku akan kehilangan adikku sekarang!"

Tuan Billy memasuki ruangan hingga ketegangan itu terhenti sesaat. Melihat wajah lelah pengusaha itu berhasil menyulut kemarahan Phillippe.

"Kenapa kau mengundangnya ke Calbeen?!" teriak Phillippe sambil menghampiri Tuan Billy. Pemuda itu nyaris menghantamkan tinju ke wajah sang milyuner. Namun dengan sigap, Fred dan Anders langsung menahannya.

"Kau bilang akan mendatangi setiap pembukaan usahaku. Kau sibuk dan adikmu mau menghadirinya," bela Tuan Billy.

"Dan lihat apa yang terjadi sekarang! Jenkin pasti salah satu pelakunya," tuding Phillippe.

"Jika dia melakukannya, kenapa dia harus meninggal!?" seru Tuan Billy. Suasana seketika menjadi hening. "Dia meninggal satu jam yang lalu. Para penyembuh tidak bisa mengobati lukanya."

"Semoga Dewi Honn menuntunnya ke Firdass," ucap Fred dan Emory bersamaan. Para kesatria bintang menunduk dan berdoa dalam hati.

Phillippe meninju pilar di sampingnya hingga muncul retakan yang memanjang ke langit-langit. Ujung kepalan tangannya mengeluarkan percikan api dan menimbulkan bau hangus. Saat itulah matanya tanpa sengaja menatap Fendrel. Kemarahannya kembali memuncak sampai pemuda itu menghampiri sang peri.

"Kau membawanya ke sana!" seru Phillippe mengguntur.

"Dia menginginkannya," jawab Fendrel.

"Dia seharusnya diam di istana dan tidak menginjakkan kakinya ke manapun!"

"Kau ingin dia terkurung di sini selamanya!?" pekik Fendrel. Nadanya yang terdengar lebih tinggi membuat Phillippe memandangnya dengan tajam.

"Dia aman di sini," balas Phillippe.

"Dia bukan peliharaan yang bisa kau kurung selamanya!"

The Last Children of Moon (#1 Moon Series) ✔ [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang