[] 06 []

353 41 15
                                    

Untuk yang kedua kalinya, kamu datang bukan sebagai orang asing
- Karina Latisha -

✨✨✨

Aku hampir saja ingin membanting pena yang ada karena saat ini aku benar-benar tidak bisa fokus di pelajaran Miss Niken. Pikiranku kacau, bahkan bisa dibilang lebih kacau daripada saat aku kehilangan Mama untuk selama-lamanya.

Jujur saja, aku tidak tahu mengapa aku bisa begini. Begini dalam artian seperti terkurung dalam suatu kandang dan aku tidak bisa keluar dari kandang itu.

Pikiranku kemana-mana. Ada ketakutan yang menyiratkan bahwa mulai sekarang aku akan sering bertemu dengan pria itu. Pria yang kudapati oleh mata di halaman parkir sekolah. Aku menggigit bibir bawahku sendiri cemas. Gelisah di dalam dudukku. Sedikit-sedikit bergerak mirip cewek yang sedang datang bulan.

Aku yakin, Milka-lewat ekor matanya-menangkap diriku yang nampak tidak tenang. Ya... kalau aku bisa bilang yang sejujur-jujurnya, aku ingin bercerita padanya. Sayangnya, itu lebih dari sulit.

"Ada pertanyaan?" Miss Niken bersuara sebelum memberikan latihan soal kepada para siswa-itu merupakan metode cara mengajar Miss Niken, selalu memberi latihan soal setelah ia menjelaskan. Dan aku sama sekali tidak bisa fokus dengan penjelasannya tadi. Tamatlah aku!

"Tidak ada?" Miss Niken mengedarkan pandang ke seluruh ruangan dan didapati anak-anak menggeleng. "Baiklah, kalian bisa kerjakan latihan soal lima yang ada di buku. Pakai cara jangan lupa. Kalau bisa selesai hari ini, saya akan ambil nilainya. Tapi kalau nggak cukup ya terpaksa kalian buat PR dan saya ambil nilai di pertemuan berikutnya." jelas Miss Niken sekomplit-komplitnya.

Astaga? Aku tidak salah dengar, kan? Aku bahkan masih ambigu dengan beberapa penjelasan dari Miss Niken. Aku mengusap keningku tanda gusar. Menarik nafas panjang tidak kentara.

"Kamu kenapa, sih, Rin?" tanya Milka membuyarkan lamunan ku. Aku menoleh ke arahnya, kudapati wajahnya yang oriental itu menatapku dengan tatapan bingung.

"Kok kayaknya dari tadi kamu kebingungan gitu. Lagi ada masalah?" tanyanya lagi. Aku menggeleng. Walaupun sebenarnya aku memang sedang ada masalah. Aku ketakutan tanpa sebab.

"Enggak, Mil. Aku cuma..." Aku bingung mencari kata apa yang pas.

"Cuma?"

"Cuma lagi nggak enak badan, aja," jawabku bohong.

"Nggak enak badan? Kamu sakit? Kenapa nggak bilang sama aku? Kan kalau kamu bilang aku bisa anterin ke UKS waktu istirahat."

Milka tetaplah Milka yang peduli. Aku tersenyum getir, "Enggak apa-apa, kok, Mil. Aku masih oke. Paling nanti pas pulang sekolah badan aku udah agak enakan."

"Beneran nggak apa-apa? Kamu nggak lagi bohong, kan, Rin?"

"I'm okay and I don't lie," jawabku sambil tersenyum.

Pun Milka mengangguk. Kulihat dia kembali fokus pada tugas fisika-nya.
Sementara aku? Entahlah sampai kapan aku terus merasa ketakutan tanpa sebab seperti ini. Seandainya bisa kuputar waktu, aku ingin kembali ke masa dimana aku tidak bertemu lelaki itu dan tidak bersikap sok pahlawan.

✨✨✨

Pembelajaran hari ini akhirnya usai juga. Kebetulan, Miss Hana hari ini sedang tidak masuk jadi evaluasi di kelas ditiadakan dahulu. Aku merapikan semua barang-barangku dan langsung bergegas keluar bersama Milka yang sampai saat ini senantiasa mendorong kursi rodaku.

Namun, saat aku tiba di ambang pintu, tiba-tiba aku dan Milka diberhentikan secara paksa oleh Bella. Cewek itu berdiri menghalangi kami berdua yang ingin lewat. Aku lantas mendongakkan kepala, menatapnya dengan kernyitan di dahi.

ELEVARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang