Karina Latisha adalah seorang gadis tuna daksa yang ingin merasakan indahnya dunia remaja. Memberanikan diri untuk bersekolah di sebuah sekolah swasta, ia bertemu dengan sosok Gazlan Samudera yang memiliki pesona bak Dewa Yunani. Keduanya punya rasa...
Sekarang, aku sudah berada di dalam kelas. Berusaha memasang tampang biasa saja. Padahal suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana tidak? Aku malu selepas menyerukan nama Gazlan dengan suara yang begitu nyaring. Ah, aku menyesal telah melakukannya. Dan ya.. beberapa teman melirikku tak suka. Mungkin karena suaraku tadi menganggu mereka. Tapi, tidak saat kusadari bahwa kursi di sebelahku kosong.
Kemana perginya Milka?
Jam sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima belas menit. Sebentar lagi adalah bel mulainya sekolah. Tidak biasanya Milka datang mepet layaknya hari ini. Bahkan, biasanya Milka datang lebih awal dariku. Tapi, sebentar.. kenapa juga aku harus heboh memikirkannya? Kenapa aku harus ingin tahu? Bisa saja Milka memang tidak masuk hari ini.
Seharusnya aku tak usah peduli.
Tetapi, keputusan yang aku ambil adalah suatu kesalahan besar. Kali ini, aku harus peduli. Milka datang. Akan tetapi aku melihat perbedaan darinya. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan wajahnya. Wajah yang biasanya hanya dia taburi dan olesi bedak bayi untuk mencerahkan, pagi ini Milka terlihat mencolok dengan liptint pink di bibirnya.
Rambutnya sengaja ia gerai—padahal biasanya selalu ia kuncir kuda. Tidak hanya itu, di ujung tiap helai rambutnya, Milka sepertinya sengaja membuat curly disana. Tidak bisa aku pungkiri betapa cantiknya seorang Diaramilka Anatelia. Tiba-tiba, dengan konyolnya aku melirik ke bawah, menatap diriku sendiri. Aku sedang berusaha membandingkan diriku dengan dirinya.
Astaga, Karina! Apa yang sedang kamu lakukan? Aku menggeleng cepat, menyanggah hal apa yang sedang kulakukan sekaligus kupikirkan.
"Eh, Mil, ini serius lo?" Aku mendengar Kenzo bersuara, menatap Milka dengan tatapan kagum.
"Gila, lo cantik banget, Mil." puji Gerald.
"Mil, kenapa sih nggak kayak gini aja dari dulu? Jujur, gue suka banget sama style lo. Cucok abis!" Lalu suara Renata yang terdengar menimpali ucapan Gerald.
Kenapa kupingku mendadak panas?
Aku menatap Milka dari kejauhan. Ia nampak tersenyum hangat, membalas semua pujian yang dilontarkan kepadanya. Dan di sisi lain, aku bisa melihat wajah Bella yang sedikit murung akibat hadirnya Milka di depan kelas. Ya jelas, karena selama ini Bella yang selalu jadi bintang kelas.
"Lo bangun jam berapa, Mil?" susul Clara, perempuan yang duduk di sebelah Renata.
"Bangun seperti biasa." jawab Milka.
Oh, ya? Benarkah? Tidakkah ia bangun lebih awal dari biasanya?
"Seriusan? Berarti dandan lo cepet banget, ya? Gila! Lo cans banget, sumpah."
Milka terkekeh, "Makasih, ya, temen-temen. Tapi Milka mau duduk dulu."
"Sini aja, Mil." seru Rico memanggil Milka.
"Jangan-jangan. Bahaya kalo lo duduk sama Rico, Mil. Mending sama gue aja, disini."
Aku heran dengan teman-temanku. Bukannya Milka sudah punya tempat duduk? Dia 'kan duduk di sebelahku. Dasar aneh.
"Mil, gimana kalau lo duduk di sebelah gue aja. Gue kebetulan ada tugas yang masih bingung, nih. Lo bisa ajarin gue, nggak?" Kemudian sosok Danu muncul dari belakang Rico untuk menghampiri Milka. Kulihat Milka tersenyum. Tapi senyuman itu aneh. Aneh sekali.
"Gimana, mau kan?"
Aku yakin seratus persen Milka akan menolak. Di sebelah Danu 'kan ada Rahayu. Tapi dugaanku salah. Salah besar. Dengan mudah dan tak bersalahnya Milka mengangguk mengiakan permintaan Danu. Astaga, Milka, disana ada Rahayu. Kamu mau kemana 'kan Rahayu?
"Yes!" Danu berdesis. Kemudian, aku melihat Danu kembali ke tempatnya dan langsung menyuruh Rahayu untuk pergi. "Minggir lo, Yu!" sentaknya pada Rahayu.
Rahayu memasang tampang bingung untuk sejenak. Namun sejurus kemudian ia sadar dan membalas ucapan Danu. "Ini 'kan tempat gue. Gue nggak mau minggir, dong."
"Heh, gembrot! Tempat lo itu bakal jadi tempatnya Milka. Cepetan minggir! Ceweknya udah nunggu, tuh. Lo duduk sama Karina aja sana, gih!"
Eh? Aku kaget setengah mati saat namaku disebut oleh Danu—orang yang bahkan sangat tak acuh denganku.
"Nggak mau, ah, Dan!" eyel Rahayu.
"Nih anak ngeyel banget, ya, jadi orang? Lo sadar diri kali. Lo nggak pantas sebelahan dengan gue. Awas!" Danu tetap bersikeras untuk menyingkirkan Rahayu dari tempatnya. Memang dasar Danu nggak bisa mikir! Itu 'kan tempatnya Rahayu, kenapa kamu suruh dia minggir? Dan parahnya, kenapa Milka tidak sadar bahwa kursi di sebelahku adalah tempatnya.
Kelas sejenak menjadi heboh hanya karena aksi Danu serta Rahayu. Keduanya sama-sama bersikeras dengan keinginan masing-masing. Tapi, aku tahu siapa yang salah. Danu yang salah. Dan mungkin juga... Milka. Mereka berdua sama-sama tak tahu diri.
Namun seketika pergulatan lidah antara Danu dan Rahayu berhenti. Adalah Milka yang angkat bicara, "Udah, udah. Kalian kenapa pada berantem, sih? Danu, kalau emang Rahayu nggak mau minggir, aku bisa duduk di tempat semula kok. Rahayu, maaf ya udah bikin Danu ngusir kamu." Suara Milka menggema ke seluruh ruangan. Membuat seluruh siswa menatapnya kagum. Tapi tidak denganku. Aku pikir Milka justru munafik.
"Tapi, Mil—"
"Hushh.." Milka menaruh jari telunjuknya di depan bibir. Kemudian ia melambaikan tangannya guna memanggil Danu. Bisa kulihat di wajahnya, Danu seperti menyesal tidak jadi duduk dengan Milka. Ya sudah pasti kalau itu. Seratus persen. Danu tidak jadi menang banyak, dong. Dan aku melihat Milka membisikkan sesuatu pada Danu—membuat seulas senyum terbit di wajah lelaki itu. Entahlah, aku tidak mau tahu apa yang Milka bisikkan pada Danu. Bukan urusanku.
Akan tetapi, yang menjadi masalah adalah, kenapa Milka harus berubah?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.