Karina Latisha adalah seorang gadis tuna daksa yang ingin merasakan indahnya dunia remaja. Memberanikan diri untuk bersekolah di sebuah sekolah swasta, ia bertemu dengan sosok Gazlan Samudera yang memiliki pesona bak Dewa Yunani. Keduanya punya rasa...
Sepertinya Gazlan memang tidak ditakdirkan untukku. Beberapa hari setelah kami bertemu yang di akhir pertemuan itu kita malah berpisah, aku memang sempat linglung untuk beberapa saat. Ketika aku mencoba menghubungi Gazlan, lelaki itu tidak mengangkatnya. Dia sungguh ingin aku pergi dari kehidupannya.
Aku kehilangan sandaran saat itu. Kehilangan seseorang yang sempat aku kira akan menemani aku selamanya. Namun ternyata dugaanku salah. Gazlan tidak sebaik itu. Seseorang yang sempat aku kira tidak berpihak padaku, ternyata semua omongannya adalah sebuah kebenaran. Ya. Milka.
Seharusnya memang aku tidak usah menaruh hati pada lelaki bernama Gazlan Samudra. Seharusnya aku tidak usah memandang sebelah mata ucapan Diaramilka Anatelia. Semuanya seolah berbalik. Aku menjadi tahu semuanya.
Awalnya.
Ya, awalnya. Awalnya aku memang membenarkan Milka. Tapi salah. Aku malah lebih salah.
Ucapan Milka memang benar bahwa aku tidak akan bahagia bersama Gazlan. Tetapi itu semua karena dirinya. Dirinya yang membuat hubunganku dengan Gazlan terpaksa berhenti karena sikap patriot mantan pacarku.
Mudahnya, seolah Milka yang meramal segalanya. Seolah Milka juga yang membuktikan ramalannya.
Kira-kira, beberapa hari setelah Gazlan memutuskanku, aku mendengar kabar dari anak-anak di sekolahku bahwa Gazlan dan Milka dikeluarkan dari SMA Bunga Bangsa. Suatu hal tak terduga yang terjadi di antara mereka membuat keduanya terpaksa tidak bisa melanjutkan pendidikan di SMA Bunga Bangsa.
Kudengar lagi, Gazlan sempat menjelaskan semuanya. Tetapi sekolah tetap tidak mau dengar. Sekolah tetap mengambil keputusan tegas untuk mengeluarkan Gazlan dan Milka dari sekolah. Aku yang saat itu mendengar hanya bisa menghela nafas panjang. Bukan saja aku kasihan pada Gazlan dan Milka. Tapi itu berarti aku akan kehilangan mereka berdua.
Selama masa-masa sendiri, aku akui aku kesepian. Kalau biasanya Gazlan selaku meneleponku dan kita berbicara hal-hal yang tidak penting, saat itu sungguh berbeda. Aku memandangi ponselku, berharap Gazlan masih bisa aku rasakan kehadirannya. Tapi tidak bisa. Aku membuang pikiran itu jauh-jauh.
Gazlan bukan lagi milikku.
Gazlan sudah menjadi milik Milka, dan selamanya akan begitu. Meskipun itu bukan keinginan Gazlan. Aku tahu itu.
Jadi, inilah kisahku dengan Gazlan. Berakhir dengan segala hal yang tak pernah kami duga sebelumnya. Firasatku telah terwujud dalam kehidupan yang nyata ini. Aku dan Gazlan telah kembali ke dunia masing-masing. Kata kita di antara kami sudah terhapus bersama desiran angin. Kita telah hilang, kembali terganti oleh aku dan kamu.
Rasanya memang sakit. Aku merasa tidak terima diperlakukan seperti itu. Baik dengan Gazlan maupun dengan Milka. Tapi... aku pikir Tuhan sudah merencanakan semuanya. Aku pikir Tuhan yang mengizinkan semuanya terjadi. Lagipula, untuk mendapat kebahagiaan yang sejati, terkadang kita harus patah hati dahulu, bukan?
Seperti kisahku dengan Christo. Iya, Christo si makhluk galak itu. Christo yang tidak lemah lembut seperti Gazlan. Christo yang simple, yang apa adanya, yang santai, tapi dibalik semua sifatnya aku menyakini dia adalah orang yang pasti.
Perjalanan cintaku dengan Christo memang tidak sempurna. Wanita masa lalu Christo kembali meminta pertanggungjawaban dari rasa sukanya. Christo menolak itu semua, dia mengatakan bahwa hatinya sudah menjadi milikku. Bahkan dengan segala keketusannya, dia berani berkata pada wanita itu bahwa semua itu adalah kesalahan wanita tersebut yang telah menyia-nyiakan perjuangannya. Christo tidak mau jatuh dalam penderitaan untuk kedua kalinya. Christo mengatakan cukup sekali saja ia berjuang sendirian.
Jujur saja, aku terharu saat mendengar semua ceritanya. Tetapi di sisi lain justru itu yang membuatku mulai menyimpan rasa kepadanya. Mulai? Ya itu dulu. Sekarang sudah tidak. Aku sungguh mencintainya.
Jika hidupku berubah setelah putus dengan Gazlan, kini hidupku juga berubah semenjak aku bertemu dengan Christo.
Lewat tatapan yang tak disengaja yang berakhir kegugupan, hingga pertemuan di Hotel Permata Bintang, membuat aku yakin bahwa seseorang yang ditakdirkan untukku bukanlah Gazlan melainkan Christo.
Aku tersenyum ketika bayangan wajah Christo muncul di benakku. Usia kami memang terpaut cukup jauh. Saat itu aku berusia tujuhbelas tahun dan dia berusia dua puluh lima tahun. Kami beda delapan tahun. Dan ya, karena perbedaan usia itu, Christo lebih terlihat seperti ayahku. Dia dewasa dan secara keseluruhan dia sangat mirip dengan papa.
Saat aku berpacaran dengan Christo, aku memang tidak bisa mengharapkan perasaan melayang-layang karena ungkapan-ungkapan gombalnya. Christo bukan tipe manis seperti kebanyakan pria, seperti Gazlan misalnya. Namun, meskipun begitu, aku sudah sangat bahagia bisa menemukan Christo. Dia mengayomiku dengan sangat. Malahan, terkadang aku berpikir mengapa pria seperti dia tidak mencari wanita yang sudah lulus kuliah saja. Dia justru memilihku yang bahkan belum menginjak bangku perkuliahan.
Dan yang terakhir tapi belum berakhir, aku ingin mencoba melupakan segala patah hati yang pernah aku rasakan. Tapi tidak dengan kenangan yang ada. Karena bagiku, semanis dan sepahit apa sebuah kenangan, kenangan pernah menjadi bagian dari hidup kita.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hellooo!! Hari ini update dua kali, ya!
Aku usahakan minggu ini juga update epilog, ya.
And then... siap² say goodbye sama Gazlan dan Milka, ya!