Karina Latisha adalah seorang gadis tuna daksa yang ingin merasakan indahnya dunia remaja. Memberanikan diri untuk bersekolah di sebuah sekolah swasta, ia bertemu dengan sosok Gazlan Samudera yang memiliki pesona bak Dewa Yunani. Keduanya punya rasa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Katanya, anak baru itu berhasil ngalahin popularitas Zendaya, loh!"
"Ah, masa?"
"Iya. Kalau kamu semua nggak percaya, coba deh kamu ke mading sekolah kita."
"Emangnya disana ada apa?"
"Mau lihat? Yuk, bareng aku! Aku juga mau lihat lagi soalnya!"
"Ya udah. Yuk!"
Aku tidak sengaja mendengar percakapan di antara dua gadis sepantaranku saat aku berada di lorong utama sekolah. Aku memang tidak sedang dengan Milka, karena dia sedang mengikuti ekskull fotografi yang jatuh tiap hari Senin. Dan kebetulan juga, Papa menjemputku agak siang. Jadi daripada waktuku kubuang-buang, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.
Namun, belum sampai aku di perpustakaan, aku mendengar dua remaja berbisik-bisik mengenaiku.
Ya, mengenaiku.
Mengenai aku dan kejadian kemarin Jumat.
Aku penasaran. Akhirnya, aku putuskan untuk berbalik arah dan pergi menuju mading sekolah. Benar saja, setelah aku sampai disana, banyak foto-fotoku bersama Gazlan tertempel disana. Tak hanya itu, ada juga fotoku saat aku terjatuh di tanah lapangan.
Apa ini? Mengapa ada berita seperti ini?
Ada tulisan besar yang menjadi judul dari foto-foto yang sudah tertempel ini, yaitu Trending Topic Today. Kuperhatikan sejenak foto-fotoku disana. Rasanya begitu menyakitkan, kamu yang punya impian begitu besar harus digagalkan dengan cara seperti ini.
Aku menatap nanar foto-foto itu. Beruntung, dua orang gadis yang tadi telah pergi meninggalkan lokasi mading. Kini, hanya aku sendiri yang berada disini. Di tempat dimana semua orang bisa leluasa menginjak-injak harga diriku. Aku tahu aku lumpuh, tapi tidak seharusnya aku mendapat perlakuan seperti ini, bukan?
Aku menarik nafas panjang, lalu menghelanya dengan pelan.
"Kerjaan anak jurnalistik."
Aku kaget setengah mati ketika mendengar suara itu. Aku menoleh, dan mendapati Gazlan berdiri di sampingku sekarang. Dengan posisi yang sama, dia juga menghadap ke arah mading.
"Kamu ngapain disini?" tanyaku.
"Lo pikir cuma lo doang yang tahu soal gosip kita?"
Aku menelan ludahku susah payah. Dasar bodoh! Aku merutuki diriku sendiri. Kenapa aku bisa sebodoh itu? Menanyakan hal yang tidak semestinya aku tanyakan padanya. Karena sudah pasti Gazlan tahu berita apa yang saat ini sedang heboh di sekolahan.
"Jadi orang populer itu nggak enak. Seakan-akan nggak punya privasi." ucapnya.
Oh ya? Aku bertanya dalam hati, enggan aku suarakan.
"Tapi lebih nggak enak punya kaki yang nggak berguna sama sekali." Aku asal nyeplos.
Dia menunduk, menoleh ke arahku. Aku jelas mendongak, lalu, singkatnya tatapan kami bertemu. Ada gelenyar aneh yang menggelitik leher dan perutku saat kami bertatapan. Segera aku memutus tatapan itu. Aku tidak mau terjadi hal yang lebih dari sekadar gelenyar-gelenyar aneh disekujur tubuhku.