Perasaan bukan lelucon seperti kamu yang menghilang tanpa kabar.
-Elevar-✨✨✨
Keesokan paginya, Gazlan yang kupikir akan kembali muncul untuk meminta maaf atas kejadian kemarin rupanya tidak. Gazlan tidak kunjung datang untuk berangkat ke sekolah bersamaku.
Aku pun juga tidak mau menelepon dirinya. Kalian tahu? Untuk apa aku menelepon? Ada kalanya kita tidak usah mengingatkan seseorang agar tidak berbuat suatu kesalahan. Ada kalanya kita membiarkannya agar dia sadar atas sikapnya sendiri.
Sama seperti sikapku kepada Gazlan.
Aku tidak mau susah-susah menghubunginya.
Ya Tuhan... kenapa harus seperti ini? Terlebih kepada sikapku. Apa semua ini dampak karena aku terlampau kecewa padanya? Kenapa hatiku mendadak sakit dan dadaku terasa sesak? Aku ingin menangis. Tapi untuk apa? Untuk apa aku menangisi suatu hal yang tak perlu ditangisi?
"Karina, pagi ini kamu berangkat sama papa aja. Dia nggak datang-datang. Papa nggak mau kamu telat." suara papa yang entah sosoknya muncul sejak kapan. Aku bahkan tak memperhatikan sekitarku. Aku terlalu fokus pada kemana perginya Gazlan.
"Iya, Pa. Karina berangkat sama Papa." kataku membalas ucapan papa.
Setelah papa selesai berkemas-kemas, aku dan papa masuk ke dalam mobil. Tentunya dengan aku yang dibantu papa agar bisa duduk dengan nyaman pada kursi mobil. Tak butuh waktu lama, papa melesatkan mobilnya setelah kami berpamitan pada Bi Ijah.
✨✨✨
"Karina!" panggil seseorang menyebut namaku.
Aku yang sedang melajukan kursi rodaku melewati lobi sekolah ingin berbalik ke belakang—namun sebelum aku melakukan itu—lelaki dengan seragam khas Bunga Bangsa tersebut sudah berdiri di hadapanku.
Dia... aku pernah melihatnya. Tapi aku lupa namanya.
"Sorry, gue Finn. Temannya Gazlan."
Dan kelupaanku itu sudah terjawab karena ia telah mengucapkan siapa namanya.
Kedatangan Finn padaku membuatku mengernyit bingung. Atau... jangan-jangan dia tahu kemana perginya Gazlan. Kalau begitu, aku akan semangat berbicara dengannya pagi ini. Namun ternyata dugaanku salah. Pemikiran bahwa Finn mengetahui dimana keberadaan Gazlan adalah omong kosong.
"Lo hari ini berangkat sama Gazlan?"
Oh ya tentu saja tidak. Jangankan pagi ini berangkat bersamanya, kemarin malam saja dia meninggalkanku.
Aku menggeleng, "Memang kenapa?" tanyaku pura-pura tidak tahu.
"Nggak kok. Kemarin malam gue telfon hapenya dia gak aktif. Terus nyokap bokapnya pada telfon gue juga. Gue kira Gazlan sama lo."
"Hah?" Aku menganga. "Nggak. Gazlan nggak sama aku. Aku juga nggak tahu dia ada dimana." jawabku. Enak sekali Finn bilang bahwa Gazlan bersamaku. Aku saja sempat kewalahan mencari Gazlan ada dimana.
"Ya udah. Berarti... lo beneran nggak tahu Gazlan ada dimana?" tanya Finn memastikan.
Aku menggeleng.
"Mm.. ya udah, thank's ya, Rin." Kemudian, Finn pergi meninggalkanku. Aku diam sejenak. Mendadak, aku tersadar akan suatu hal. Berarti... ini bukan lelucon yang disengaja. Finn saja yang merupakan sahabat Gazlan tidak tahu dimana keberadaan lelaki itu. Jangankan Finn, kedua orangtua Gazlan saja tidak tahu dimana anaknya sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELEVAR
Novela JuvenilKarina Latisha adalah seorang gadis tuna daksa yang ingin merasakan indahnya dunia remaja. Memberanikan diri untuk bersekolah di sebuah sekolah swasta, ia bertemu dengan sosok Gazlan Samudera yang memiliki pesona bak Dewa Yunani. Keduanya punya rasa...