kepercayaan🍃

427 16 0
                                    

"Raya kamu kenapa sih dari tadi jutekin aku?" Dava mengejar kekasihnya dengan jurus Langkah seribunya

"Sayang.."

"Yaampun yang, aku dari tadi manggil gak di orangin."

Raya pun berhenti seketika, sampai Dava menabrak punggungnya.

"Stop disitu!" Raya kembali melanjutkan Langkahnya untuk menuju Gerbang sekolah, karna bel pulang sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu.

Dava terus mengejar kekasihya itu Tanpa lelah, dengan Cepat Ia menarik Tangan Raya untuk ikut masuk kedalam Taksi yang sudah ia Pesan. Dava paham betul, jika ia mengajak Raya pergi menggunakan Motor Vesva nya itu tidak akan keburu, karena sudah pasti Raya akan Kembali Kabur darinya. Entah, mendapat Ide darimana Akhirnya Dava Berhasil membawa kekasihnya itu pergi kesuatu tempat menggunakan Taksi.

Sudah hampir 15 menit Mereka menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai disuatu Apartemen milik orang tuanya Dava.

Dava membuka pintu apartemennya, dengan Pin yang sudah ia masukan. Pun Raya menolak untuk ikut masuk kedalam. Namun, lagi-lagi Dava menarik Tangan Raya secara Paksa tetapi penuh dengan kehati-hatian.

"Aku mau pulang!" Pinta Raya pada Dava

"Gak akan aku biarin!"

"Yauda aku teriak minta tolong sekarang juga!"

"Silakan! Gak akan ada orang yang denger juga." Dava menjawab santai Ucapan Raya sembari Membereskan Apartemennya Yang Cukup berantakan itu. Raya menghentakan kakinya berkali-kali diatas Lantai. Apa maksud dan tujuan Dava mengajaknya kemari?padahal ia sedang marah kepadanya

"Kamu ngapain ajak aku kesini hah? Cuma berduaan doang lagi! Aku mau pulang!"

"Aku cuma pingin tau kejelasan dari kamu kenapa kamu mendadak berubah kayak gini?"

Seketika Raya tidak menjawab sepatah kata pun dari pertanyaan Yang Dava lontarkan. Raya bingung harus menjawab apa, kalau dia berkata jujur pada Dava. Ia takut bahwa apa yang ia lakukan sangat kekanakan sekali, ia marah tanpa memberitahu apa alasannya dia marah pada kekasihnya itu

"Kenapa diem?"

"Kamu jahat Dav, apa yang udah kamu lakuin sama Clarissa hah?" Raya tak kuasa menahan Airmatanya. Tetesan cairan bening itu tumpah begitu saja mengenai wajahnya yang putih bersih dan mulus itu.

Sementara, Dava semakin tidak mengerti apa yang sudah dikatakan oleh kekasihnya itu.

"Kamu bilang apa yang? Aku nggak ngerti!"

"Gak usah pakek pura-pura gak tau deh, dulu kamu sering tidur bareng Clarissa kan setiap kamu lagi mabuk? Jawab dav!!!" Raya mendekat kearah Dava sembari memukul-mukul dada bidangnya "kamu kenapa lakuin itu Dav? Kenapa separah itu masa lalu kamu hah?"

Dava menggenggam tangan Raya untuk membuatnya sedikit lebih tenang, baru setelah itu ia menjelaskan semuanya.
Raya menangis sejadi-jadinya, hatinya begitu hancur ketika melihat wajah dava yang kini ada dihadapannya.

Seorang yang ia harapkan tidak akan pernah menyakitinya itu, malah berbanding terbalik dengan kenyataan yang ia terima.

"Kamu percaya omong kosong itu?" Dava mengangkat dagu Raya dengan jari telunjuknya dan Mengusap Cairan bening itu dari wajah kekasihnya.

"Itu cuma omong kosong Clarissa aja sayang, kamu harus tau! Masa lalu aku emang suram, tapi aku selalu berusaha untuk menghargai setiap wanita. Aku gak pernah berani melakukan itu semua. Dulu aku memang pemabuk, tetapi tetap dalam Keadaan Nyawa yang masih bisa terkontrol."

"Bohong!"

"Aku gak bohong, kalo kamu masih gak percaya sama omongan aku. Coba tanya ke dia,dia tahu gak tanda lahir aku ada dimana? Kalo dia gak bisa atau salah jawab. Berarti itu semua sebatas fitnahan dia ke aku supaya kamu cemburu."

PELANGI SETELAH HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang