3 ...

894 94 8
                                    

          

VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

JANGAN LUPA!!!!!!!!!!!!!!


Katakan bila kehilangan itu tidak menghilangkan senyum manismu!

Rumahnya sepi, tidak ada siapapun hanya ada pak Amad dan bi Inah. Ia masuk rumah tanpa ekspresi papun sejak ia meninggalkan sahabatnya di kantin sekolah saat itu, bahkan saat diajak ngobrol oleh pak Amad di mobil sekalipun ia tak berekspresi. Ia langsung menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan setelahnya ia turun ke ruang keluarga lalu menyalakan televisi.

Ia menggenggam ponsel miliknya namun belum membuka ponsel itu sejak tadi pagi. Sejenak ia merasa harus membuka ponselnya  namun belum ada kesiapan untuk melihat isi ponsel itu.

Ia memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam beberapa kali. Beberapa saat ia meminum air putih yang sebelumnya ia telah meminta bi Inah untuk membawakan gelas dan satu teko air putih untuknya. Ia memejamkan matanya lagi namun tidak menarik nafas dalam-dalam. Setelah matanya terbuka, tangannya mulai bergerak meraih ponselnya itu.

Ia mulai membuka kunci ponselnya, dan jelas ia sangat terjekut ketika ia mengetahui ternyata yang dari pagi hingga siang tadi getar bukan hanya notif dari kalender namun terdapat 22 pesan yang dikirim oleh nomer yang sama, dan 22 panggilan tak terjawab dari nomer yang sama pulang.

Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu membuka isi pesan itu.

[ From :081322072207

To : Evelyn

"Hai Evelyn apa kamu ingat aku?]

[From : 081322072207

To : Evelyn

"Tanggal dua pulun dua juni, hihi aku rindu kamu"]

[From : 081322072207

To : Evelyn

"Sudah dua tahun ya Ely, apa kamu masih merasakannya?"]

[From : 081322072207

To : Evelyn
"Aku tahu kamu tidak akan mudah melupakan aku! aku bisa jamin itu"]

[From : 081322072207

To : Evelyn

"Kamu akan merasa terus merindukan aku!"]

[From : 081322072207

To : Evelyn

"Aku melihat kamu setiap waktu, dan aku hanya bisa mengabarimu setiap tanggal dua puluh dua juni, dan sekarang sudah tanggalnya. Aku benar-benar sangat merindukanmu Sayang!"]

[From : 081322072207

To : Evelyn

"Jangan nangis, takut, ataupun resah Ely! Aku selalu sama kamu"]

"Nomer ini lagi! Siapa sih yang ngirim! Gak mungkin kalau emang ini yang ngirim itu.... AAAAHHHHH!!!" Spontan Evelyn teriak histeris, mungkin ia lelah membaca semua sms yang masuk ke ponselnya itu.

Bi Inah dan pak Amad tak mendengar teriakannya karena meraka sedang keluar untuk belanja bulanan. Namun disaat bersamaan pintu rumah terbuka dan seseorang langsung teriak menyebut namanya sambil menghampirinya.

"Lyn lu kenapa sih, gue khawatir" ucap Amel. Memang Amel sudah mempunya feeling yang kuat untuk kerumah Evelyn, dan pas saja ketika Amel sudah berada di rumah Evelyn ia mendengar jeritan Evelyn yang tak biasanya.

Sarah tidak bisa ikut karna harus mengantar Kakaknya.

Amel langsung memeluk Evelyn dan melepaskan ponsel yang Evelyn genggang. Ia pun melihat apa yang ada di ponsel Evelyn. Sama terkejutnya dengan Evelyn, Amel langsung mempererat pelukannya setidaknya agak Evelyn sedikit tenang.

"Nomer itu lagi mel" isak tangis Evelyn membuat tak tega hati Amel kepadanya. Ia sedih saat melihat sahabatnya seperti ini karena masa lalunya.

Entah siapa yang telah mengirim sms itu kepadanya, entah niat apa yang dituju kepada Evelyn dari sang pengirim sms yang pasti nomer tersebut telah mengganggu senyum manis sahabatnya itu.

"Lyn liat gue! Liat gue sekarang!"

Evelyn mulai mengangkat kepalanya dengan air mata yang semakin deras keluar dari matanya. Amel menghampus air mata Evelyn, air mata yang disebabkan karna hal yang sama dengan satu tahun yang lalu.

"Udah dua tahun Lyn!" ucap Amel dengan tegas namun sebenarnya penuh dengan kasih sayang. Tak ada jawaban apapun dari Evelyn, matanya masih mengerluarkan air matanya.

"Udah dua tahun ini menyita fikiran lu, dan lu ga bisa gini terus" lanjut Amel yang sedari tadi mencoba menenangkan Evelyn.

"Mel, gue bingung siapa yang sms itu anehnya disetiap tanggal duapuluhdua juni. Gue kira Cuma tahun kemarin aja. Tapi ternyata sekarang juga, apa tahun besok juga mel? Terus gue salah apa mel? " ucap Evelyn dengan sedikit menahan isak tangisnya.

"Mel ini gue diteror berarti kan? Siapa mel siapa ! ngomong mel!" Evelyn terus berbicara disaat Amel mulai menatap matanya dalam-dalam tanpa satu katapun yang keluar dari mulut Amel.

"Dan lu tau gak mel? Gue kangen Faldy! Dan itu nyiksa gue" lanjut Evelyn dengan air mata yang makin deras.

"Lyn tuhan gak akan ngasih sesuatu yang gak bisa dihadapin oleh hambanya, tuhan ngasih cobaan kayak gini karna lu sanggup. Gue ngerti lu kangen Faldy, di sana juga pasti Faldy kangen sama lu. Kita emang gak bisa apa-apa Lyn, kita liat kedepannya kita cari tau orang di balik nomer itu kalau udah ada tanda-tandanya orangnya baru kita berbuat sesuatu. Gue bakalan sama lu terus Lyn" ucap Amel yang terus berusaha menengkan Evelyn.

"Mel makasih udah selalu nguatin gue"

"Karna engga ada sahabat yang ngebiarin sahabatnya terluka sendiri"

Berkat Amel, perasaan Evelyn mulai tenang yaa walau tidak berpengaruh banyak setidaknya ia masih memiliki Amel disisinya saat ini sehingga ia tidak usah terlalu memikirkan pesan singkat yang menghantuinya.

"Eh tapi Lyn, kayanya kebaikan gue harus ada imbalannya deh" ucap Amel berusaha memecahkan suasana agar tidak tegang.

"Maksud lo?"

"Ya lo ngasih gue makanan gitu. Yang harus lo tau nih yaaaa tadi dikantin itu makanan yang kita pesen ga kemakan akhirnya gue kasih ke anak-anak cowok, yang ada gue tekor bayarin kalian" protes Amel.

"Lah Sarah kemana?"

"Ada panggilan ngedate dadakan sama kakanya, gue bingung deh kakanya tau dari mana Sarah pulang cepet" Ucap Amel.

Untuk kali ini memang perlu diakui bahwa Amelpun mengincar kakak kandung Sarah. Ia selalu merasa kesal atau bisa kalian sebut dengan cemburu ketika Sarah harus menemani kakaknya berpergian.

"Ahh lo cemburu kali Mel. Usaha terus dapet engga" ledek Evelyn

"Tapi nih ya, gue juga ngincer kakak lu dong Lyn. Bersedia gak lu jadi adik ipar gue?"

"HIH NAJIZZZZ. Engga deh Mel engga, ribet"

"Hahah sialan loh! Udah ah gue mau ke dapur ya cari makan"

Terimakasih sahabat, setidaknya saat ini Evelyn merasa lebih baik dan juga perasaanya kini bisa ia kontrol. Entah apa yang akan terjadi nantinya. Namun untuk saat ini setidaknya Evelyn merasa bahagia karna Amel.


▪️▪️▪️

Vote Vote Vote
And See u On Next Chapter :))))))

Every-AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang