Jalanan jakarta yang macet dapat dilalui oleh Athala santai dengan membawa mobil sport Mazda MX 5 MZR miliknya. Athala memiliki selera yang unik, ia menyukai mobil sport yang terlihat mungil seperti mobil kesayangannya itu, bukan mobil sport yang terlihat sangat kekar seperti lambo dan temannya. Kini mobil kesayangan miliknya itu ia parkirkan di depan rumah mewah bercat putih susu dengan paduan warna dongker dan silver di beberapa sisinya.
"Permisi pak" ucap Athala sopan.
"Eh iya den, mau cari siapa ya?" ucap bapak tua yang sudah berumur dengan postur tubuh yang cukup besar, dan membukakan pintu gerbang untuk Athala.
Itu adalah Pak Amad.
Satpam sekaligus supir di rumah mewah ini. Sayangnya para penghuni rumah lebih sering berpergian tanpa Pak Amad, hanya sesekali aja jika butuh. Maka dari itu Pak Amad lebih sering menjaga rumah ini.
"Mau cari Evelyn pak, ada?" – Athala.
"Non Evelyn ya? Kayanya engga ada den, tapi bentar Bapak tanya nyonya dulu ya" belum sempat pak Amad melangkah masuk kedalam rumah, tiba-tiba suara wanita berpenampilan modern keluar dari pintu rumah itu.
"Ada siapa pak Amad?" iya, itu adalah suara bunda Evelyn, Selvi Bimantara.
"Ini ada yang nyari non Evelyn" – Pak Amad memecahkan fikiran Athala.
"Saya Athala tante, temannya Evelyn" ucap Athala sambil bersalaman dengan ibunda Evelyn.
"Eh temannya? Kirain tante pacarnya Evelyn hehehe" ucap ibunda Evelyn dengan senyum yang menimbulkan lesung pipit samar di pipi sebelah kirinya.
"Tapi Evelynnya tadi pergi sama temennya engga tau deh kemana, emang engga ada janjian dulu sama Evelyn?" – lanjutnya.
"Mau ngasih kejutan aja tan heheh" ucap Athala spontan. Benar-benar spontan.
"Wah lagi pdkt ya? Kok Evelyn gak cerita ya? Hehehe" – Ibunda Evelyn.
"Belum kali tan masih malu mungkin dia hehee" ucap Athala yang lagi-lagi diluar pikirannya sendiri.
"Yaudah kalau gitu mau nunggu aja apa gimana Tha? Kayanya sih bentar lagi pulang soalnya dia bilangnya ga lama" – Ibunda Evelyn.
"Saya tunggu aja kali ya tan"
"Yaudah yuk masuk, mobil kamu biar Pak Amad aja yang masukin" ucap ibunda Evelyn sambil melangkah masuk kedalam rumah.
Athala mengikuti bunda Evelyn dari belakang. Ketika melangkah masuk kedalam rumah Evelyn, Athala disugukan dengan foto keluarga yang terpampang jelas di ruang tamu. Dua orang tua dan tiga orang anak.
"Oh Evelyn anak cewek satu-satunya, pantes" batin Athala.
Sorot matanya tidak bisa lepas dari meja panjang yang menjajakan figura foto keluarga. Ia memperhatikan wajah bahagia Evelyn dalam foto tersebut. Tanpa ia sadar, ia tersenyum saat melihat foto masa kecil Evelyn.
"Kamu tunggu disini aja ya, kalau mau nonton tv remotnya ada di meja itu. Tante mau bikin minum dulu" – ibunda Evelyn dengan ramah.
"Iya tante terimakasih" – Athala, senyum manis.
Satu jam kemudian....
Evelyn belum juga memunculkan batang hidungnya.
Dua jam kemudian...
Masih sama masih dalam kondisi yang sama. Hanya ada suara televisi yang mengisi keheningan ruang tamu ini. Bunda Evelyn? Ia seorang wanita karir, jadi setelah nganter minuman untuk Athala dan berbincang sedikit. Bunda Evelyn pamit untuk kekamarnya karena ada yang harus dikerjakan.
Untuk biasanya, Athala engga pernah suka menunggu selama ini. Apalagi yang ditunggu seorang cewek yang sebenarnya banyak cewek yang malah nunggu seorang Athala Nathanio main kerumahnya. Sedangkan Evelyn? Malah pergi, buat Athala nunggu aja.
Sudah lebih dari empat jam Athala hanya duduk di ruang tamu ini, sesekali ia menatap seluruh isi rumah yang mampu ia tatap dan tersenyum sesekali ketika melihat foto Evelyn, dan juga sesekali ditemani oleh bunda Evelyn yang gak tega melihat Athala sedari tadi menunggu anaknya yang sampai detik ini belum pulang.
"Aduh Athala, maaf ya kamu jadi dibuat nunggu lama banget" ucap bunda sambil terus menatap layar ponselnya sambil memasang ekspresi tak enak hati. "Ini dari tadi tante telpon juga gak diangkat, kebiasaan kalau lagi main sama temennya lupa pulang. Tapi ini dia ga biasanya ga ngabari tante" lanjut bunda terus ngoceh.
Tak sempat Athala mengucapkan satu katapun. Suara kenalpot motor berhenti didepan rumah Evelyn, dan juga suara Evelyn jelas terdengar. Athala paham ini suara kenalpot motor sport, kemungkinannya sangat tipis kalau mengira Evelyn dianter pulang sama temen ceweknya dengan menggunakan motor sport apalagi ini udah malam. Athala tidak beranjak dari tempat duduknya, matanya ia fokuskan untuk melihat ke jendela berusaha mencari tahu siapa yang sedang bersama Evelyn.
Bunda langsung berjalan ke pintu dan menyambut kedangan anaknya dengan wajah yang masih tak enak hati dengan Athala.
"Assalamualaikum Bun" ucap Evelyn dan mencium tangan bundanya, bersamaan dengan seseorang yang bersama Evelyn.
Benar saja, ia seorang cowok yang sudah sangat tidak asing untuk Athala. Ia terus menatap tajam kearah Evelyn dan cowok itu.
"Bun ini Kevin, temen aku"
"De kok malem banget, ditelpon terus ga diangkat juga." – Bunda. Tanpa memperdulikan perkataan Evelyn yang memperkenalkan Kevin kepada bundanya.
Evelyn dan Kevin paham kalau bunda sedang dalam kondisi pada tingkat ke khawatiran yang tinggi.
"Maaf bun, tadi ada urusan sebentar. Terus hape aku ketinggalan bun." – Evelyn.
"Maaf tante saya anter Evelyn kemaleman" akhirnya Kevin bersuara.
"Ohiya lain kali kasih kabar ya nak Kevin" – Bunda.
"Bunda kenapa? Kok mukanya gitu?" lanjutnya, yang menyadari bahwa bundanya sedikit berbeda.
Bunda tidak menjawab memalui perkataan, tapi bunda menjawab melalui lirikan matanya yang spontan langsung melirik kearah seorang tamu setia menunggu Evelyn dari jam 2 siang.
Mata Evelyn langsung membulat. Ia tidak menyangka dengan apa yang ia lihat saat ini. Sorotan matanya langsung bertatapan dengan sorotan mata Athala yang tajam.
"Tante saya permisi pulang ya, keliatannya Evelyn cape biar dia istirahat aja" – Athala.
"Assalamualaikum tan, saya nitip ini untuk Evelyn" lanjutnya masih dengan tatapan yang dingin kepada Evelyn dan mencium tangan bunda lalu pergi.
"Wa.. Waalaikumsalam", hanya itu yang bunda katakan. Bukan ia tak peduli dengan Athala dan membiarkan Athala pulang begitu saja. Tapi bunda terlalu kaget melihat ekspresi Athala dan juga melihat barang yang Athala berikan kepada bunda untuk Evelyn.
Kotak musik.
Sama dengan bunda, Evelyn dan Kevin tidak bersuara mereka terlalu kaget melihat kehadiran Athala di rumah ini. Batang hidung Athala kini sudah tidak terlihat, suara mobil sportnya pun sudah tidak terdengar. Itu artinya ia sudah menjauh dari rumah Evelyn.
"Jadi dia serius sama omongannya? Padahal udah gue tolak, tapi dia masih nunggu." – batin Evelyn.
▪️▪️▪️
Vote Komen Vote
And See u On Next Chapter :))))))
KAMU SEDANG MEMBACA
Every-Always
Teen Fiction[Beberapa chapter - Private] Mendekati ending cerita agak slow update. ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| Ucapan Athala menggantung. Ia memejamkan mata dan menarik nafasnya dalam-dalam. "-saya merasa berubah setelah sa...