Selamat membaca, Athala rindu kalian.
Jangan lupa di vote :).Aku sedang meragu.
Dan, semua warna terlihat saru."Udah gak usah terlalu dipikirin. Ada aku"
Seperti keinginanya selama ini. Berangkat sekolah dengan laki-laki yang sangat ia rindukan.
Dan kini, semuanya terwujud. Evelyn bisa berangkat sekolah dengan Endy. Setidaknya sosok laki-laki yang kini ada disampingnya bisa mengurangi rasa sedihnya kemarin. Setelah semalaman saling cerita mengenai kehidupan masing-masing dalam dua negara yang berbeda, tentang cinta dan tentang rasa — terutama cerita soal Athala .
Ada rasa ketenangan yang Evelyn rasakan, dalam pelukan Endy malam itu.
"Mau dimobil aja nih? Gamau temenin aku keruang wakasek?" ucap Endy, sembari meraih tas yang ia taruh di kursi belakang mobilnya.
Evelyn membuka seatbelt yang digunakan, dan kemudian mengangguk sembari membuka pintu mobil.
Keduanya berjalan beriringan, Evelyn tahu bahwa banyak sepasang mata yang menatap tajam kearahnya.
"Eh itu cowok siapa anjer ganteng parah"
"Eh kok sama Evelyn sih"
"Gila Evelyn sama cowok yang gantengnya badai tornado topan angin puting beliung"
"Stttt ev,, Ssttt Evelyn, kenalin dong"
"Mantap stok cogan disekolah nambah"
"Mulus parah mukanya, gemay abis"
"Jodoh gue anjay"
"Tapi dia siapanya Evelyn ya?"
"Gak mungkin pacar, kan dia lagi deket sama ka Athala"
Kira-kira seperti itu lah kalimat yang masuk kedalam telinga Evelyn, dan perempuan itu juga sadar kalimat itu juga masuk kedalam telinga Endy. Laki-laki itu terus melukiskan senyum di wajahnya, berusaha menampilkan citra pandang yang baik dalam sekolah barunya.
"Anarkis sekali" ucap Endy — kedua bola matanya menjelajah isi sekolah ini. melihat bagaimana setiap sudut sekolah ini.
Evelyn menoleh kearah kembarannya itu, kemudian ia menyipitkan kedua matanya. "Bukannya cewek-cewek Jerman lebih anarkis?" tanya Evelyn.
"Kata siapa?" — Endy yang justru balik bertanya tanpa menoleh sedikitpun kearah Evelyn. Keduanya masih terus berjalan menuju ruang kesiswaan.
"Kata aku lah barusan kan" ucap Evelyn membuang pandangannya kedepan. Selalu saja seperti itu, ketika Endy berada di lingkungan baru pasti tatapannya fokus pada sekitar — seakan Evelyn tidak ada di sampingnya.
Bukannya langsung menjawab pertanyaan kembarannya itu, ia justru mengacak-ngacak rambut Evelyn dengan tangan kanannya itu. "Lebih anarkisan cewek di sekolah ini kayanya" ucap Endy.
"Dydy ih! Rambut gue berantakan nih!" ucap Evelyn jengkel.
"Impaskan?" Tanya Endy yang membuat kening Evelyn mengerut tak mengerti. "Impas sama hati kamu. Sama-sama berantakan. Hahaha" lanjut Endy sembari jalan mendahului Evelyn.
"Sialan!" ucap Evelyn berbalik badan, meninggalkan Endy yang jalan mendahuluinya. "Sana keruang kesiswaan sendiri . Gue mau berhenti aja buat nemenin lo hari ini. Bay!" lanjutnya.
Laki-laki itu berbalik badan, bibirnya memunculkan senyum manis melihat tingkah laku kembarannya ketika sedang marah-marah. Inilah yang salah satu dirindukan Endy ketika sedang jauh dari Evelyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Every-Always
Teen Fiction[Beberapa chapter - Private] Mendekati ending cerita agak slow update. ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| Ucapan Athala menggantung. Ia memejamkan mata dan menarik nafasnya dalam-dalam. "-saya merasa berubah setelah sa...