45 ...

68 4 0
                                    

Akankah kelopak itu ingin menjatuhkan dirinya, hari ini?

Hari kedua.

Hari kedua dimana Evelyn tidak mengenakan seragam sekolahnya – karena memang sedang libur lantaran siswa-siswi kelas 3 sedang melakukan try out. dan juga Hari kedua dimana Evelyn enggan untuk menghubungi kekasihnya – pikiran itu masih terus menancap di benaknya.

Ia selalu menunggu kekasihnya terlebih dahulu mengabarinya – padahal hatinya dan terlebih tangannya sudah sangat gatal ingin mengetik sesuatu untuk sekedar menanyakan kabar kekasihnya itu.

Jarum jam menunjukan pukul 3 sore waktu Indonesia bagian Barat – keadaan lalu lintas Jakarta sudah mulai padat mendekati jam pulang kerja, yang berarti sudah cukup lama juga Evelyn hanya berdiam diri di kamar sembari maraton nonton drama korea.

Apa yang sudah dipikirkan sejak kemarin tidak akan ia ubah, ia sudah memantapkan hati untuk itu. Ia tidak mau merasa hal yang sama kedua kalinya.

Papa Athala seorang pengusaha yang terkenal cukup tegas oleh rekannya, tapi juga ia merupakan sosok laki-laki yang cukup hangat kepada setiap orang.

Dari mana Evelyn tahu? Tentu saja dari website yang berisikan data profil umum para pengusaha-pengusaha yang terbilang sukses, kalian jangan lupa kalau Ayah Evelyn juga seorang pengusaha.

– Lalu kenapa tidak bersikap hangat dengan Evelyn kemarin lusa? Waktu Evelyn pertama kali bertemu dengan sosok laki-laki yang membesarkan kekasihnya itu.

Evelyn menekan tombol pause pada remote yang sedang ia genggam, Ia melirik ke arah ponselnya yang baru saja bergetar.

[Athala is calling...]

Kedua mata Evelyn menyipit – melihat apa yang tertera di layar ponselnya, kemudian melirik ke arah jam dinding yang ada di samping kanannya.

"Udah jam 3 lewat toh rupanya" – batin Evelyn.

Ia menggeser tanda berwarna hijau pada ponselnya, dan menempelkan benda itu ke telinganya.

"Hai" sapa kekasihnya dengan hangat di ujung telpon sana.

"Udah pulang?" Tanya Evelyn sembari membalikan badan menjadi telentang sembari memeluk bonekanya.

"Belum, tapi udah selesai Try out hari ini"

"Loh terus kamu dimana?"

"Di rumah Abel, males pulang. Pengen main game aja"

"Loh kenapa? kan main game bisa di rumah, kamu sekalian ganti baju – istirahat"

"Rumah Abel lebih deket ke rumah kamu soalnya"

Evelyn mengerutkan keningnya kala mendengar ucapan kekasihnya "Maksudnya?"

"Ya lebih deket, jadi kalau kangennya udah ga ketahan aku tinggal mampir ke rumah pacar aku"

Pipi Evelyn memanas mendengar perkataan manis dari seorang laki-laki yang banyak diincar oleh perempuan di sekolahnya, kalau kaya gini Evelyn merasa beruntung memenangkan hati Athala – walau rasa sedih masih menimpa hatinya.

"Kok diem? Kamu masih denger aku kan?"

"Eh...?"

"Tuh engga denger ya?"

"Hehehe denger kok. Aneh aja rasanya denger kata-kata manis dari laki-laki yang terkenal dinginnya di sekolah"

"Mereka belum kenal aku dan aku ga kenal mereka"

Every-AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang