18 ...

513 34 1
                                    


Dengan langkah kaki yang berusaha cepat, Amel dan Sarah masuk kekelas untuk mencari sosok sahabatnya itu. Mereka khawatir meninggalkan Evelyn sendiri. Pelajaran terakhir kosong, guru yang bersangkutan sih bilangnya ada urusan mendadak. Setidaknya pelajaran kosong ini bisa menormalkan kembali otak anak kelas XI MIPA 2 karena dikuras abis oleh pelajaran fisika.

Kelas kosong, engga ada siapapun.

"Coba lo telpon deh dia kemana" ucap Amel – sambil nengok kanan kiri siapa tau ia melihat Evelyn.

"Engga diangkat" – Sarah, terus mencet-mencet ponselnya.

Sarah dan Amel khawatir Evelyn melakukan hal yang engga-engga. Memang Evelyn bukan tipe seperti itu sih, tapi entah mengapa mereka berdua sangat khawatir. Apalagi mengingat ini sudah mendekati jam pulang sekolah.

Setiap sudut sekolah sudah mereka jelajahi, tapi tak kunjung menemukan Evelyn. Dari mulai kang wan sebagai OB disekolah ini, hingga kepala sekolah berani mereka tanya tentang keberadaan Evelyn.

Berani sekali mereka. Kalau kepala yayasan sedang ada di sekolah, mungkin mereka akan nanya ke kepala yayasan juga.

Tapi engga ada satupun dari mereka yang mengetahui keberadaan Evelyn.

Terakhir langkah kaki mereka, membawa mereka menuju taman belakang sekolah yang notabennya engga banyak murid yang dateng kesini. Paling ada beberapa yang selalu kesini, seperti orang-orang kutubuku misalnya. Taman ini sangat damai, tenang.

"Tunggu" – Sarah, tiba-tiba.

Pandangannya fokus kepada dua orang yang sedang berbincang. Keliatannya mereka sangat akrab. Ada tawa yang menambah keakraban mereka.

"Lu liat itu kan mel? – Sarah, matanya seolah menunjukan sesuatu.

Amel tidak menjawab, melainkan ia mengikuti arah tatapan mata Sarah.

Avelyn sedang bersama dengan Kevin. Ada lekukan senyum dibibir Evelyn, sepertinya itu tanda bahwa saat ini ia sedang baik-baik saja. Kevin mampu membuat Evelyn kembali tertawa hari ini.

Amel seolah berlari menghampiri mereka, ada nafas yang berat ketika berhenti persis didepan mereka yang sedang tertawa.

"Ikut gue!" ucap Amel sambil menarik kasar tangan Evelyn.

Evelyn kaget melihat Amel yang tiba-tiba ada dihadapannya dengan sikap kasarnya seperti ini. Seperti bukan Amel.

"Apa-apaan sih mel, sakit!" ucap Evelyn sambil melepaskan cengkraman Amel, dengan memaksa namun cengkraman Amel kali menguat.

"Lo denger ga sih gue ngomong! Ikut gue!" – amel, kali ini ia membentak Evelyn.

"Iya tapi lo kenapa sekasar ini sama gue!?" – Evelyn.

"Eh lo jangan kasar dong sama Evelyn" kali ini Kevin ikut bersuara sambil menarik Evelyn dan agak sedikit mendorong Amel.

"Lo yang jangan kasar sama cewek!" – Sarah, mendekat ke arah Amel dan mengelus lembut bahu Amel.

"Temen lo duluan yang kasar" – Kevin.

"Ya terus lo banci berani dorong cewek?" – Sarah.

Melihat Kevin mendorong Amel, Evelyn langsung melepaskan rangkulan Kevin dan mendekat ke arah Amel dan Sarah. Ada perasaan tak terima melihat sahabatnya didorong oleh seseorang seperti ini.

"Kayanya gue harus pergi dulu, maaf ka" ucap Evelyn ke Kevin, dengan nada yang tak bisa digambarkan.

💨💨💨

Evelyn berjalan cepat menuju kelas ketika meninggalkan Kevin di tempat itu sendiri. Amel dan Sarah hanya mengikuti, mereka tidak akan membiarkan Evelyn sendiri untuk sementara waktu ini. Amel merasa bahwa dirinya sudah lepas kendali, dan Sarah berusaha menenangkan Amel yang tengah emosi padahal sendirinya juga sedang emosi.

Every-AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang