Mentari menampakan sinarnya kembali, justru hari ini lebih bersinar dari hari kemarin. Panas yang berlebihan untuk pagi hari. Jangan tanya soal keadaan hatinya hari ini, yang jelas kalian pasti tahu – sedang dalam kondisi yang sangat tidak baik-baik saja. Ah mungkin terik matahari lebih panas pagi hari ini karna memang suasa hati saja.
Mengawali hari dengan seperti ini rasanya sangat berat. Dipaksa sarapan – its oke tapi tentunya hanya beberapa suapan saja. Diantar sekolah – itu pasti, namun tidak ada percakapan yang terjadi antara dirinya dengan supir pribadi rumahnya.
Sampai di sekolah – lempeng-lempeng aja, engga acara untuk keluar kelas bahkan untuk sekedar istirahat, kerjaannya hanya di kelas aja. Hingga pulang sekolah, hanya beberapa kali ini berbicara – itupun kalau penting banget. Tolong dicatet kata penting banget-nya, karena benar-benar seperti bukan dirinya sendiri.
Jadi kalian pernah mengalami hal yang serupa? Apa yang kalian lakukan saat itu?.
Jangan tanya juga soal kedua orang yang berpengaruh dalam hidupnya, seharian mereka sudah membujuk dengan berbagai cara agar goresan senyum tampak terukir di wajah perempuan lembut itu. Mungkin cara mereka belum oke dan juga tepat – nyatanya senyum itu belum timbul juga.
Tidak, mereka tidak menyerah. Mereka memaksa untuk menghabiskan waktu bersama – bertiga. Masa bodo dengan apa yang akan dilakukan oleh perempuan itu sebagai penolakan tapi kedua sahabatnya tetap memaksa.
Kalau kalian berfikir bahwa sedari tadi pagi hingga pulang sekolah Amel bersusah payah menahan diri untuk tidak keluar dari kelas hanya demi menghindar dari Vero, itu benar. Sangat dipastikan bahwa Amel dalam kondisi yang menahan lapar juga saat itu, tapi tenang – Evelyn dan Sarah dengan sigap membelikan makanan untuk Amel.
Evelyn sudah menceritakan semua apa yang ia lihat tempo hari kepada Sarah, dan perempuan itu menyetujui pendapat Evelyn untuk tidak dulu membahas soal itu di sekolah.
Yap! Di sini lah mereka sekarang.
Disebuah rumah besar –
tingkat dua –
berwarna putih susu serta perpaduan warna hijau toska yang terlihat lebih dominan dari pada warna putih susu itu.
Di rumah Amel.
Oke lebih spesifiknya, sekarang mereka ada di kamar Amel.
Tadi mama Amel mempersilahkan kedua sahabat anak bungsunya untuk naik ke atas – langsung ke kamar Amel.
Sekitar sepuluh menitan mereka berada di dalam kamar yang cukup luas dengan cat warna pink dusty berkolaborasi dengan warna salem muda, namun belum ada percakapan yang membuka keheningan dan kesenduan seharian ini.
Ada pergerakan dari Amel, ia berjalan menuju sebuah lemari setinggi dirinya kemudian jongkok di sebuah laci bagian bawah lemari itu. Evelyn bisa melihat dengan jelas bahwa ada keraguan ketika Amel membuka laci itu secara perlahan.
Ia mematung sebentar , kemudian mengambil sebuah figura cantik yang warnanya sama dengan warna cat di kamar ini – warna favorite Amel sejak ia kecil hingga sekarang dan hingga nanti mungkin.
Cukup lama Amel menatap dalam-dalam figura cantik yang mungkin sudah lama ada di dalam laci itu, dan selama itu pula Evelyn dan Sarah memperhatikan Amel tanpa suara. Dan dalam menit itu juga Amel sedang menghapus air matanya sendiri.
"Nih" ucap Amel sembari menyodorkan figura kepada Evelyn dan Sarah.
"Ini apa?" tanya Evelyn, sembari mengerutkan keningnya dan mengambil figura itu – ternyata Amel menutup foto di figura itu dengan lembaran putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Every-Always
Teen Fiction[Beberapa chapter - Private] Mendekati ending cerita agak slow update. ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| Ucapan Athala menggantung. Ia memejamkan mata dan menarik nafasnya dalam-dalam. "-saya merasa berubah setelah sa...