44 ...

412 17 1
                                    

Momen itu datang.
Aku tidak tahu akankah aku memang.

"Im Sorry for that Ev" ucap Athala – tetap berjalan di samping Evelyn.

Evelyn menghentikan langkahnya, "Untuk apa?".

"Karna ada Cindy tadi jadinya sekarang kita naik kendaraan umum dan yaaahh harus jalan gini" ujar Athala sembari memposisikan badannya untuk menghadap Evelyn.

Kedua ujung bibir Evelyn membentuk lengkungan manis, ia menatap wajah kekasihnya dengan lembut. Ada pancaran rasa bersalah dan ketulusan di dalamnya.

Ia menjinjitkan kakinya seraya berusaha lebih tinggi dari Athala kemudian mengacak-ngacak rambut kekasihnya itu sembari tertawa kecil "Lucu banget sih kamu" ucapnya.

Athala ikut tersenyum mendengar respon dari Evelyn, kemudian kedua tangannya mulai mengusap kedua pipi perempuannya dan – ...

"IH SAKITTT!!!" teriak Evelyn ketika Athala mencubit gemas kedua pipinya.

Athala justru tertawa melihat ekspresi Evelyn, kemudian ia menggandeng tangan kiri Evely. Kedua pasang kaki itu terus melangkah menuju rumah Evelyn.

Terlukis indah senyuman perempuan itu merasakan bagaimana sentuhan hangat kekasihnya itu melalui genggaman tangan. Semacam menyalurkan energy kelembutan dari Athala untuk Evelyn – perempuan itu semakin tersenyum merasakannya.

"Tunggu dulu..." ucap Evelyn dengan tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Athala menoleh ke belakang – tanpa melepaskan genggamannya.

"Kenapa?"

"Ini beneran engga apa-apa kalau aku ke rumah kamu?" tanya Evelyn – menatap dalam-dalam kedua bola mata kekasihnya, berharap mendapatkan jawaban dari pancaran mata kekasihnya. Bukannya wanita suka seperti itu?.

Athala melepaskan genggamannya, kedua tangannya menyentuh bahu Evelyn sembari sedikit menunduk. "Its okay, mama dan papaku engga akan makan kamu kok. Dan kita juga Cuma mau ambil mobil aku aja engga akan seabad disana" – Athala, ia tahu bahwa kekasihnya itu gugup.

Ini kali pertama bagi Evelyn bertemu dengan kedua orang tua Athala, kali kedua Evelyn berkunjung kerumah Athala – dan jelas kali ini tanpa bertemu perempuan dengan tangisan dramanya itu.

Evelyn semakin mengeratkan genggaman tangannya itu — Athala semakin mengembangkan senyum melihat tingkah kekasihnya itu.

💨💨💨

Kali ini perempuan itu sudah duduk dengan sedikit gugup di dalam rumah Athala – di ruang tamu yang tempoe lalu sempat ia duduki. – [chapter  38]. Dan Athala ? sembelum meninggalkan Evelyn di ruang tamu, bilangnya sih mau kekamarnya buat ganti baju dulu.

Walau ini kali kedua ia berada di tempat ini, kedua bola matanya masih berputar mengelilingi setiap sudut rumah Athala. "Masih sama kaya waktu itu" batin Evelyn "interior yang lucu dan elegan" lanjutnya dalam hati. Terdapat meja yang menjajakan figura keluarga rumah ini dan terpampang jelas wajah kepala keluarga dan bundahara keluarga ini dalam foto besar yang saat ini tepat berada di hadapan Evelyn.

"Ehalahh dalahhhhh... Ada tamu toh" – Suara wanita dengan sedikit menggema terdengar di telinga Evelyn datang dari arah ruang keluarga.

Seorang wanita dengan menggunakan celana kulot pendek hitam polos khas ibu-ibu berkelas dengan atasan kaos merah maroon – dengan rambut pendek sebahu. Terlihat sangat santai namun tidak menghilangkan sisi elegannya.

Dengan spontan Evelyn langsung bangun dari duduknya, ia menyapa wanita itu dengan senyuman sembari sedikit menunduk tanda bahwa ia menghormati wanita itu – bundahara rumah besar ini yang artinya wanita itu adalah mama Athala.

Every-AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang