"Kevin?" – batinnya.Baku hantam terjadi dihadapannya. Ada yang sedang berusaha menyelamatkannya.
Evelyn terdiam dalam pandangannya yang masih sedikit rabun.
"Muncul juga lo" ucap laki-laki yang brengsek itu, sambil tepuk tangan berjalan kearah seseorang.
"Tapi sayang, datengnya kecepetan. Gue belum ngerasain tubuh indahnya gadis kesayangan" – lanjut laki-laki itu, sambil tersenyum.
Hal tersebut membuat Evelyn terpaku diam dengan jantung yang tak karuan. Pandangannya makin lama makin normal, dengan jelas ia bisa melihat siapa yang mendobrak pintu tadi.
Alisnya tiba-tiba mengkerut, ketika melihat jelas sosok yang ada dihadapannya saat ini.
"Bukan, bukan Kevin.
Dia Athala" – batin Evelyn.
Tangan Evelyn semakin bergetar, semakin lemas dan kepalanya tiba-tiba jauh lebih pusing dari biasanya. Ada perasaan menyesal yang tiba-tiba muncul di hati dan pikirannya.
"Anjing!!!"
Athala sudah kehabisan rasa sabarnya saat ini. Ia masih mengenakan kemeja sekolah sama seperti Evelyn saat ini, itu artinya ia belum pulang sekolah. Kalau difikir-fikir ini sudah malam.
Tangan Athala semakin mengepal dan 'Arrggggggg' Athala berlari lalu menonjok pipi kiri laki-laki brengsek yang telanjang dada ini. Emosinya sudah tidak bisa ia tahan lagi, anak buah laki-laki ini sedang diurus oleh Vero dan Abel yang tiba-tiba saja datang setelah Athala menonjok laki-laki brengsek ini.
Ketika sedang Emosi, kekuatan Athala tiba-tiba meledak.
Laki-laki ini terjatuh karena hantaman keras dari Athala, ia tidak membalasnya. Ia memegang pipinya yang telah berdarah disudut bibir kirinya, ia justru tersenyum dan itu sangat jijik.
Tiba-tiba ruangan ini menjadi ramai ketika Amel dan Sarah juga dateng setelah Vero dan Abel. Mereka semua masih menggunakan seragam sekolah. Tanpa aba-aba dari siapapun, Amel dan Sarah langsung berlari menghampiri Evelyn yang terlihat sangat amat lemas. Habis tenaganya untuk berusaha berontak dari lelaki brengsek yang tadi hampir mengambil mahkotanya. Mereka memeluk Evelyn, erat sekali.
Amel dan Sarah mencoba membuka ikatan dikedua tangan Evelyn, untungnya Amel udah siapkan kater sejak tadi pagi ditasnya. Ia berusaha memotong tali tambang yang sangat tebal itu. Ikatannya sangat keras untuk dibuka, jadi setidaknya ia gunting dulu biar tangan Evelyn bisa bergerak. Dan mereka berusaha membuka pasungan yang menahan kedua kaki Evelyn. Berhasil, entah bagaimana caranya.
"Berani sekali penjilat kita ini sekarang" – laki-laki brengsek itu sambil berusaha bangun dan tepuk tangan lagi sambil tertawa.
Amel, Sarah, Vero dan Abel semuanya terdiam melihat laki-laki brengsek itu tertawa, apalagi Evelyn.
"Oh rupanya si penjilat ini sudah lebih jago untuk berantem" – lanjut laki-laki brengsek itu.
Athala hanya terdiam sambil terus mengepalkan kedua telapak tangannya, ia geram. Nafasnya ia keluarkan dengan kasar sampai terdengar hingga ketelinga Vero yang berada tiga langkah dibelakangnya. Matanya memerah dan tatapannya tajam menatap benci kearah lelaki brengsek itu. Suasananya sangat tenggang.
"Dulu kita sahabat... berteman bagai ulat..." – laki-laki brengsek itu malah bernyanyi dengan suara yang menjijikan.
"mengharapkan sinar menta" – lanjutnya menggantung, ia memutarkan bola matanya.
"Hahahaha" lelaki brengsek itu malah ketawa.
"Bangsat!" ucap Athala kesal namun tangannya masih diam, ia masih menatap tajam kearah laki-laki brengsek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Every-Always
Teen Fiction[Beberapa chapter - Private] Mendekati ending cerita agak slow update. ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| Ucapan Athala menggantung. Ia memejamkan mata dan menarik nafasnya dalam-dalam. "-saya merasa berubah setelah sa...