42 ...

247 21 2
                                    

Ayo, jangan lupa tinggalin jejak!!!

Untuk pertama kalinya Evelyn mengetuk pintu dahulu sebelum memasuki ruang kelasnya. Hal itu menjadi pemandangan aneh untuk teman-temannya, karena tidak ada dari mereka yang ketika masuk kelas mengetuk pintu dulu – beda halnya kalau sudah ada guru di dalam kelas.

"Lo sakit ya lyn?" Tanya Sarah.

"Eh kenapa gitu?" – Evelyn yang justru malah balik bertanya.

Sarah mengerutkan keningnya menatap Evelyn dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ada sesuatu yang berbeda dari Evelyn menurut Sarah.

"Kenapa sih Sarah sayang??" – Evelyn, sembari mencubit kedua pipi Sarah dengan gemas.

"Lu abis menang lotere ya?" tanya Sarah, yang justru mendapat pukulan kecil dari Evelyn. "Sakit anjeng!" omel Sarah.

"Gue ga dipecat kali dari rumah jadi gue masih punya uang halal" ucap Evelyn sembari mengeluarkan ponsel dan duduk di tempat duduknya.

"Iya uang halalnya buat ikutan lotere. Lagian lu hari ini beda banget deh"

"Beda gimana?"

Sarah memperhatikan Evelyn lagi, matanya menjelajah kesetiap ruang diwajah Evelyn.

"Nih" ucap Sarah sembari menunjuk bibir Evelyn. "Biasanya ga pernah nih pake yang kaya gini. Dan—" Sarah memajukan badannya kemudian ia menghirup aroma tubuh Evelyn lebih lekat "Engga biasanya lo pake parfume sebegitu keciumnya sampe ngalahin bau parfume Laras. Lo ga lagi ngincer om-om kan?" tanya Sarah.

"Yahhh dandanan gue semalem abis ketemu om-om masih keliatan banget ya Sar?" cakap Evelyn sembari membuat lirikan nakal untuk Sarah.

"Om-omnya kak Athala maksud lo?" Sahut Amel yang datang tiba-tiba dari belakang punggung Sarah.

Mendengar itu Evelyn membulatkan kedua matanya seraya memberi suatu isyarat pada Amel, sedangkah Sarah mengerutkan keningnnya dan menyipitkan matanya seraya ia tidak mengetahui apa maksud dari ucapan dan isyarat kedua sahabatnya itu.

"Tunggu" ucap Sarah.

"Jangan bilang lo udah jadian sama ka Athala?" lanjutnya sembari agak berbisik.

"Ahha!!" ucap Amel spontan, sembari melirik kearah Evelyn. "Bentar lagi punya cucu deh kita"

"Eh lo semalem engga ngapa-ngapain kan Lyn?"

"Yaelah Sar ngapain sih lo nanya gitu, udah gede kali Evelyn biarin aja mau ngapa-ngapain juga"

"Eh tolol, masih pagi Mel jangan membocorkan kebiasaan lo sama ka Vero deh"

"Bangke kok jadi gue"

Evelyn yang mengedar hal itu hanya tersenyum sembari menggeleng-geleng kepala. "Sarap lo semua"

Suasana di kelasnya terlihat seperti hari-hari sekolah pada umumnya. Berisik – saling ngobrol sana-sini – ada kubu A dan ada kubu B – ada juga orang yang ikut di kubu mana aja. Kedua sahabatnya itu masih beradu omongan satu sama lain, Evelyn menikmati suasana itu. Hari ini moodnya sedang dalam kondisi yang baik.

"Ada Evelyn?" ucap seseorang dengan lantang di depan kelasnya. Suara yang tak asing bagi Evelyn dan juga bagi murid lainnya.

Semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut seketika menghentikan aktivitasnya dan mematung sebentar, menatap sosok yang tiba-tiba ada di hadapan mereka. Mata Evelyn membulat melihat pemilik suara.

"Pak Willy, ada apa ya?" ucap Evelyn sembari berdiri dari posisi duduknya.

"Keruangan saya" ucap guru tersebut yang membuat orang sekitar bertanya-tanya.

Every-AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang