20 ...

523 30 3
                                    

Handphone miliknya terus berdering, namun tidak ada yang peduli. Orang disekelilingnya sibuk dengan kegiatan mereka, dan sesekali melirik kearahnya. Dari lima detik yang lalu ia sudah tersadar dari obat bius yang beberapa jam sebelumnya telah membuatnya tak sadar. Tangannya berusaha bergerak, kelopak matanya sulit sekali untuk terbuka, bibirnya seketika berat untuk berbicara. Kepalanya pusing.

Telinganya mendengar bahwa ada orang disekelilingnya, walau ia belum melihat dengan jelas ada siapa saja disana namun ia merasa bahwa ia sedang dalam bahaya.

Evelyn langsung tersadar. Ia mematung, jantungnya sulit dikondisikan.

Ia sadar jika saat ini

Ia sedang disandera. Bahkan ia dipasung.

Di atas

TEMPAT TIDUR.

Sekarang ia dapat melihat dengan jelas ada berapa orang disekitarnya, namun ia belum tahu siapa aja disana. Semua menggunakan masker hitam, dan seorang yang menggunakan kacatama serta topi hitam.

Tingkat ketakutannya berada dalam tingkat paling tinggi. Tinggi sekali.

"Kalian siapa!"

Evelyn teriak. Sebenarnya ia masih berat untuk berbicara, apalagi teriak. Tapi apa yang bisa ia lakukan selain bersuara dengan lantang? Setidaknya ia bisa berdoa agar ada seseorang yang menolongnya saat ini.

Seseorang dari mereka, laki-laki yang berpakaian serba hitam sama seperti yang lain. Bedanya laki-laki yang hendak menghampirinya ini memakai kacamata dan topi hitam. Laki-laki itu semakin mendekat ke arah Evelyn.

Laki-laki tepuk tangan. Mata Evelyn makin membulat, tangannya diikat mencoba meremas sesuatu. Ia sangat panik.

"Gais, yang kita nanti-nanti udah bangun rupanya" ucapnya, kini ia naik ke atas tempat tidur.

"Ingin bermain sekarang sayang?" – lanjutnya, ia membuka masker hitamnya. Namun Evelyn masih tidak mengenalnya.

Laki-laki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Evelyn. Tangannya melengelus pipi mulus milik Evelyn. Evelyn tidak bisa menampar laki-laki ini sekarang, walau ia mau. Tangannya tak berdaya. Kakinya dipasung seperti orang gila, tangannya diikat kencang dengan tali tambang.

"Ja..jangan mendekat!" – Evelyn, sangat ketakutan.

"Kenapa sayang? Kita akan bersenang-senang malam ini!" ucap laki-laki itu dengan senyum smirk yang menjijikan bagi Evelyn.

"Si...siiapa lo!!?" – Evelyn.

"Kekasihmu, sayang." – laki-laki itu mengedipan matanya kearah Evelyn, kemudian melirik kearah seseorang lainnya yang ada di ruangan tersebut.

"Nyalain kameranya sekarang" – lanjut laki-laki itu.

Orang lain itu hanya mengangguk dan mulai memencet tombol kamera yang ternyata kamera itu sudah berdiri diatas tripot. Merekam.

"Mari kita bersenang-senang, sayang"

Laki-laki itu membuka kancing bajunya satu persatu, tubuh Evelyn semakin mengeluarkan keringat dingin. Ia takut, laki-laki ini tidak baik.

"Jaa..jangan macem macem, gue mohon!" ucap Evelyn, ketika tangan laki-laki itu berusaha membelai Evelyn yang susah payah berusaha untuk memberontak.

Sudah ratusan kalimat yang diucapakan Evelyn susah payah memohon kepada laki-laki bajingan ini, tapi tak ada jawaban darinya. Badan Evelyn sudah terguyur keringatnya sendiri, ia sudah tidak berfikir apapun. Laki-laki ini menginginkan sesuatu dari Evelyn.

Every-AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang