"Demi apa lo sekarang pacaran sama ka Athala?"
"Gila lo nyolong start dong!"
Baru saja Athala meninggalkan mereka, dan baru saja ketiga perempuan itu melangkah memasuki kelasnya. Teman-teman kelasnya itu keburu menyambar Evelyn dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh yang sering Evelyn dengan hari ini. Sampai Evelyn hapal.
"Kecilin kali volume suara lo ras, ra" protes Amel, ya jelas – bisa-bisa suara Laras dan Clara terdengar hingga ke gerbang sekolah.
"Eh cengcorang, gue ga nanya sama lo!" bantah Laras, ia menyingkirkan Amel yang berada di samping Evelyn sehingga dirinya bisa persis di samping Evelyn.
"Tau nih ikut-ikutan aja"
"Jadi gimana Lyn, lo beneran pacaran sama ka Athala?"
"Eh iya gue juga awalnya kaget, engga percaya. Tapi pas ngeliat perlakuan ka Athala sama lo tadi mana mungkin itu bohongan." pikir Fauzyah.
Evelyn mendecak pinggang dengan malas, ia berjalan menuju mejanya. Tentu saja segerombolan teman-temannya mengikuti kemana arah Evelyn pergi.
"Emang sejak kapan kalian pacaran? Kok gue engga tau sih" – Laras, duduk di kursi depan meja Evelyn.
"Iya gue engga pernah ngeliat lu jalan sama ka Athala deh" sambung Sisi.
"Atau gara-gata meteor garden nolongin lo?"
"Kok lu bisa sih cepet banget dapetin ka Athala, padahal lo kan belum lama pindah ke sini?"
"Gue dari jaman kelas 10 sampe sekarang belum kesampean tuh. Lu enak banget, anak baru udah jadi pacarnya pangeran sekolah"
"Ceritain dong Lyn!!"
"Nah yaudah sekarang lo jawab deh Lyn, biar semua jelas. Biar bisa gue sebar juga ke anak-anak yang lain" – Laras.
Sarah yang mendengar perkataan Laras itu spontan menoyor kepala Laras, "Gila lo ya, temen sendiri mau lo jadiin bahan gosip!"
"Eh awas aja ya kalau ada berita yang engga-engga soal Evelyn!" ancam Amel.
"Yaudah makannya jelasin dong" – Laras, sembari mengelus-elus kepalanya itu.
Evelyn menenggelamkan wajahnya di atas lipatan tangannya itu. Di dalamnya ia sangat memperkerjakan otaknya untuk berfikir keras memikirkan cara menghindari pertanyaan mereka.
Sebenarnya Evelyn bisa saja menjawab semua pertanyaan temannya itu. Ada dua jawaban yang berhak ia lontarkan. Pertama, ia berhak menjawab "iya" tapi belum ada status resmi yang mengingat hubungan dirinya dengan Atahal. Yang kedua, ia berhak menjawab "engga" tapi apa arti dari perlakuan Athala terhadap dirinya kemarin dan hari ini. Maka dari itu untuk saat ini ia memilih untuk bungkam, diam.
"Evelyn!"
Suara berat yang dilontarkan seorang laki-laki itu tiba-tiba menggema di kelas, nafasnya ngos-ngosan – wajahnya terlihat sangat lelah.
Evelyn mengangkat kepalanya, agak pusing. Ia menyipitkan mata melihat seorang laki-laki yang seperti habis berlari-larian ini mendekatinya."Kenapa ky?" ucapnya.
"Lo dipanggil
ke ruang kesiswaan sekarang" – Rizky, sang ketua kelas.
Spontan ia langsung berdiri dan membulatkan matanya. Dipanggil – ruang kesiswaan – sekarang – ada apa?.
Tatapan matanya menatap ke arah Amel dan Sarah, dibalas anggukan oleh keduanya itu. Mereka mengerti bahwa Evelyn butuh keduanya untuk menemaninya memenuhi panggilan ke ruang kesiswaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Every-Always
Teen Fiction[Beberapa chapter - Private] Mendekati ending cerita agak slow update. ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| Ucapan Athala menggantung. Ia memejamkan mata dan menarik nafasnya dalam-dalam. "-saya merasa berubah setelah sa...