4 ...

772 72 11
                                    



Apa yang bisa dilakukan setelah kehilangan?

Kemarin memang menjadi hari yang panjang untuk Evelyn, namun ia mampu melewatkannya bersama dengan sahabatnya terlebih ketika malam hari ia memilih untuk tidur dengan Bundanya agar tidak terbawa suasana dari kehampaan yang pada hari itu menimpanya. Hari ini, hari yang baru untuk ia kembali dengan senyum yang cerah walau tak dapat dipungkiri bahwa sisa-sisa susana kemarin makin menempel di matanya.

"Eh tunggu" Langkahnya terhenti di koridor sekolah ketika Evelyn merasa ada yang sedang berusaha menghentikan langkahnya. Ia lalu berbalik dan mendapatkan kakak kelasnya yang waktu bertemu di ruang guru kini ada di hadapannya.

"Kakak manggil saya?"

"Menurut lo gue manggil tiang ini? Di sini Cuma ada kita berdua" dengan daya khasnya, dingin.

"Kalau gitu ada apa kakak manggil saya?"

"Kaku banget bahasanya kaya ngomong sama guru"

"Karna kakak lebih tua dari saya"

"Cuma beda setahun"

"Beda setahun juga lebih tua kakak dari pada saya."

"Oke terserah"

"Kakak manggil saya ada apa?"

"Kita belum kenalan. Lo anak XI Mipa 2 kan?"

"Loh waktu di ruang guru kakak udah nanya nama saya dan sekarang kakak sudah tau kelas saya, berarti kakak kenal saya dong"

"Jangan kegeeran, gue cuma gak sengaja aja liat lo di kelas itu"

"Oh oke. Kakak siapa?"

"Siapa apanya?"

"Tadi katanya mau kenalan"

"Jadi mau kenalan juga"

"Saya kekelas aja deh ka kalau memang gada yang diomongin"

"Gue Athala anak XII Mipa 4"

"Oh oke ka Athala, ada lagi kak? Saya harus masuk kelas"

"Gue mau tau nama panjang lo"

"Untuk apa? Kakak ditugasin sama guru untuk mencari tahu nama anak kelas XI?"

"Ada peraturannya ya mau tau nama panjang harus dapet tugas dulu dari guru"

"Ya aneh aja, yang saya denger kakak dikagumi banyak cewek di sekolah ini, tapi kok tiba-tiba mau tau nama panjang saya"

"Harusnya lo seneng gue tanya gitu kalau emang di luar sana banyak yang mau kenalan sama gue"

"Jangan sombong, saya tidak seperti mereka"

"Intinya siapa nama panjang lo"

"Maaf ka saya harus masuk sudah bel" Ucap Evelyn sambil melangkah meninggalkan Athala yang masih berdiri mematung sambil menatap Evelyn kesal.

"Gue bakalan dapetin nama panjang lo, dan kalau gue udah dapet nama panjang lo, lo harus mau gue ajak jalan" ucap Athala sambil teriak membuat beberapa murid melihat kearah Evelyn, alhasil Evelyn menjadi malu serta kesal akibat ulah Athala.

💨💨💨

Evelyn sudah memasuki ruang kelasnya, namun ia mendapati ruangan itu dengan keadaan sepi. Ia tidak berfikir kalau ia datang terlalu pagi karena bukan ia bukan tipe orang yang suka datang pagi dan terlebih seingat Evelyn 5 menit yang lalu bel tanda masuk kelas jam pertama sudah mulai. Ia mengecek grup kelasnya dan mendapatkan info bahwa mereka sedang asyik menonton pertandingan basket antar angkatan.

"Sepagi ini ada pertandingan basket? Yang ngantur jadwal rajin banget" keluh Evelyn sembari menaruh tasnya di meja dan terpaksa berjalan menuju lapangan basket. Karna ia tidak mungkin di kelas sendirian, ia juga tipe orang yang penakut dan tidak terlalu suka sepi jika hatinya sedang baik-baik saja, ya tentu berbeda jika ia sedang sedih.

Nyatanya pada saat Evelyn sampai di area lapangan basket ia tidak bisa langsung menemukan teman-temannya khususnya kedua sahabatnya karena lapangan tersebut sudah penuh dengan penonton terutama kaum wanita yang bersorak-sorak menyebut nama kakak kelas, katanya untuk menyemangati kakak kelasnya tapi justru malah sangat berisik bisa saja mengganggu konsentrasi para pemain tapi semoga para pemain tetap dapat konsentrasi.

"Evelyn!"

Langkahnya terhenti, pandangannya mencari sumber suara yang memanggil. Kepalanya itu naik turun untuk melihat siapa yang menyebut namanya namun tidak kelihatan. Ia sangat yakin bahwa yang memanggilnya itu Sarah, ia sangat hafal betul suara kedua sahabatnya itu. Tapi ia tak kunjung menemukan Sarah maupun Amel.

"Lyn! Evelyn di sini di deket pohon beringin !"

Sontak pandangannya langsung mengarah ke arah pohon beringin dan menemukan sosok yang sudah ia duga. Sarah dan Amel sedang duduk di pinggir lapangan bersama dengan es potong yang sedang mereka nikmati.

"Eh kok jam segini udah ada pertandingan sih?" tanya Evelyn kepada kedua sahabatnya sambil ikut duduk diantara keduanya itu.

"Lo semalem gak pantengin grup kelas ya?" Ucap Amel yang bukan menjawab pertanyaan Evelyn, ia malah balik bertanya sambil menjilat es potong yang memang sedang buming di sekolahnya. Alhasil yang membuat tukang es potong laris manis, panggil saja mang Uka biar akrab katanya belum seharian jualan di sekolah sudah habis terjual apalagi saat ada acara tertentu untuk menghilangkan panas sih alasan murid membeli es potong.

"Gue tidur di kamar bunda jadi males megang hp"

"Pantes aja semalem tuh grup rame gara-gara hari ini enggak ada jam pelajaran, tapi diganti sama pertandingan basket dan futsal antar angkatan." Oceh Sarah.

"Lah emangnya kenapa kok tumben banget"

"Sekolah kita mau ulang tahun, katanya sih hari ini H-30 sebelum ulang tahun sekolah jadi dibikin pra-event h-30 gitu sama anak osis dan para guru"

"Dadakan kayak gini?"

"Kalau soal itu gue gatau deh. Yaudah lah ya Lyn nikmatin aja hari ini kan jarang banget"

Ketiganya menikmati pertandingan hari ini, walau acaranya dilakukan secara mendadak namun tetap berjalan dengan sangat mengasyikan. Amel sesekali memperhatikan air wajah Evelyn, ia senang karena kini sahabatnya sudah kembali tidak seperti kemarin. Apa yang bisa dilakukan setelah kehilangan? Yang pasti Evelyn harus terus menjalani hidup ini dengan baik setiap harinya, begitu juga dengan Amel dan Sarah yang harus menjalani persahabatan mereka bertiga dengan warna setiap harinya. Ia bersyukur karena tuhan menciptakan Evelyn dan Sarah untuknya, untuk melengkapi kisah hidupnya.


▪️▪️▪️

Vote Komen Vote
And See u On Next Chapter :))))))

Every-AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang