11 ...

604 51 3
                                    

Budayakan NgeVote dulu baru baca hehehe :)

Lagi dan lagi, pagi Evelyn disambut oleh matanya yang masih sedikit bengkak karena nangis semalam hingga ia tertidur. Padahal hari ini ada ulangan Matematika, berharap nilainya lebih baik dari ulangan sebelumnya. Tapi apa boleh buat? Semalam bukannya ia belajar, malah Evelyn nangis penyesalan.

Sebenarnya jika dikatakan sebuah tangisan penyesalanpun kurang tepat, karena Evelyn masih kekeh sama pendiriannya bahwa ia sudah menolak ajakan Athala. Jadi semalam Evelyn menangiskan hal apa? Pagi ini Evelyn tidak berniat untuk memikirkan tangisannya semalam.

"De, sarapan dulu nih" teriak Bunda.

Evelyn tidak menjawab teriakan bunda, ia sibuk menghias diri agar orang lain tidak menyadari mata Evelyn yang sembab.

Buku pelajaran hari ini? Sudah...

Pulpen ? Kayanya sih udah, kalau tibat-tiba engga ada ya minjem aja...

Corectionpen? Engga punya hahaha...

Rok 5cm diatas lutut? Oke engga kependekan jadi aman...

Kemeja sekolah? Udah disetrika sama bi Inah, jadi oke rapih...

Rambut? Udah dicatok jadi siap deh...

Make up? Evelyn bukan tipe cewek bermakeup tebal ketika sekolah, jadi natural its oke...

Mata ? Hmm urusan nanti deh, masih banyak alasan yang bisa ia gunakan...

"Kak Cikal ayo berangkat" ucap Evelyn sembari menuruni anak tangga.

"Ayo apa?" jawab Cikal ketus.

"Berangkat ih. Kok lu masih pake kolor sih, nanti gue telat ih!"

"Lah lu lupa? Gue seminggu ini kan cuti, jadi engga masuk".

"Yah terus gue berangkat sama siapa dong?"

"Mana gue tau, emang gue supir lo"

"Masih pagi marah-marah mulu. Pms lo ya ka"

"Udah udah ah, kalian berdua ribut terus. Itu pak Amad udah siap de, kamu buruan gih ini sarapan dulu" ucap Bunda yang juga sedang bersiap untuk pergi kebutik.

"Ade bawa mobil aja deh bun"

"Engga, bunda mau pake mobilnya"

"Lah mobil bunda kemana?"

"Mau dicuci" – Bunda

"Udah ya bunda berangkat dulu. Hari ini butik rame jadi bunda harus standby di butik dari pagi. Bi Inah bantuin bunda di butik karna kekurangan tenaga. Cikal nanti kamu makannya beli aja ya atau terserah kamu aja, bahan makanan semua ada di kulkas. Ade kamu kalau pulang sekolah mau main bilang dulu sama bunda, ayah atau ke kak Cikal" lanjut bunda tanpa berhenti dulu untuk nafas paling tidak 5 detik saja.

"Bunda berangkat ya, Assalamualaikum" dan kemudian aroma khas bunda sudah tidak tercium lagi.

Itu yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi Evelyn untuk bundanya. Walau bundanya seorang wanita karir, tapi ia tidak pernah lupa dengan keluarga. Perhatiannya selalu terfokus pada anak dan suaminya. Semua bisa di handle dengan rapih oleh Bunda.

💨💨💨

Masih untung nasib Evelyn karena tidak terlambat masuk kesekolah. Kalau aja tadi dia masih sibuk cekcok dengan kakak kandungnya itu, pasti saat ini Evelyn tidak bernasib baik seperti ini.

Ia percepat langkah kakinya, tidak datang terlambat kesekolah udah berhasil ia lewatin. Tinggal yang satu ini yang musti Evelyn kejar, bikin contekan rumus buat ulangan Matematika. Guru matematika yang mengajar di kelas Evelyn memang engga kejam dan engga rewel, tapi kalau lagi ulangan guru matematika itu sibuk memperhatikan satu persatu murid yang ada di ruang kelas.

Every-AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang