28 ...

544 40 4
                                    


Sudah 20 menit berlalu, tapi suasana di mobil masih cangung. Saat dua insan yang berbeda memasukin mobil tadi hingga sampai saat ini belum ada yang bersuara untuk memecahkan keheningan. Evelyn duduk di sebelah laki-laki yang dengan seenaknya mengajaknya keluar sebelum waktu yang.

Sebenernya laki-laki itu tidak merengek-rengek untuk memaksa Evelyn pergi saat itu juga. Ia hanya mengeluarkan satu kalimat, dan setelah itu dia diam. Kalian pasti tau siapa yang membawa Evelyn pada akhirnya menuruti ajakan laki-laki itu dengan berat hati, ya orang itu adalah bunda.


"Saya mau ngajak kamu pergi sekarang"


Ahh Shit!.

Kenapa laki-laki itu harus kalimat itu didepan bunda dan ayah?.

Otomatis bunda meng-iyakan walau bukan bunda yang di ajak pergi dan jelas-jelas bukan bunda yang akan pergi bersamanya. Baru tadi saling pelukan dengan bunda, sekarang Evelyn mengerutu dalam hatinya sendiri.

Evelyn lirik jam tangan yang ia gunakan dengan warna yang tidak senada dengan pakaiannya. Hasil dari keburu-buruannya tadi.

"Ini baru jam dua belas, kakak bilang kan kemarin mau jemput jam dua siang"

Setelah menelan saliva dengan susah payah, ia memberanikan diri untuk memecahkan keheningan yang ada. Dengan tatapan lurus kedepan, ia tidak berani untuk menatap atau hanya sekedar menoleh kearah laki-laki yang ada disampingnya itu. Evelyn juga yakin kalau laki-laki itu tetap fokus ke depan.

"Tiba-tiba saya maunya sekarang"

Evelyn seketika menoleh ke laki-laki itu, walau awalnya takut tapi entah kenapa semenjak laki-laki itu berbicara kepalanya otomatis menoleh kearah kanannya.





"Dia nyebut dirinya pake "saya" ? kirain didepan bunda doang" - batin Evelyn.


"Kenapa kamu natap saya kaya gitu?" ucap Athala masih sama, masih memperhatikan jalanan.

Seketika nafas Evelyn terhenti seketika, padahal laki-laki itu tidak melirik sedikitpun kearah Evelyn. Ucapannya langsung menembak pada sasaran. Evelyn langsung membuang muka, ia menatap kaca mobil disebelah kirinya untuk melihat jalanan. Nafasnya masih ia atur sedemikian rupa agar tidak kelihat gugup.

"Jawab saya kali lyn"

"Eh.. ke..kenapa?" – Evelyn, hancur benteng pertahanannya agar tidak gugup, nyatanya gugup sekali.

"Kenapa kamu natap saya kaya gitu?" – Athala, ia mengulangi perkataannya dengan sama persis dan nada yang sama persis. Dingin.

"Saya kaget aja dengan kakak ngomong dengan sebutan 'saya' "

"Saya tahu harus memperlakukan cewek kaya kamu itu seperti apa dan memperlakukan cewek kaya fans saya itu seperti apa"


Deg


DEG


D E G

Ada apa ini? kenapa jantung Evelyn berdetak lebih cepat dari sebelum laki-laki di sampingnya melontarkan kata seperti itu. Kenapa seketika ada posisi spesial untuknya ketimbang para fansnya?. Benteng pertahananya untuk tetap terlihat tenang benar-benar hancur, ia semakin gugup. Ini bukan jatuh cinta, ini hanya rasa gugup saja. Iya semoga saja.

Tak ada lagi ucapan yang dilontarkan Evelyn untuk membalas perkataan laki-laki itu. Begitu pula dengan Athala, mulutnya tidak lagi bergerak untuk berbicara. Matanya masih tetap fokus memperhatikan jalanan ibu kota yang sedang padat merayap ini.

40 menit berlalu, jalanan Jakarta siang ini yang padat merayap mampu membuat Evelyn semakin harus menahan rasa canggung di dalam mobilnya lebih lama dari biasanya. Kalau saja tadi jalanannya sangat lancar, paling hanya membutuhkan 30 menit-an setelah percakapan terakhir itu untuk sampai di tempat ini.

Every-AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang