“mana berkas pengembangan produk yang saya minta?”, tanya Amberly pada sekretarisnya, Fifi. “sudah saya letakkan di atas meja, bu”, jawab Fifi cepat. Setelah mendengar jawaban Fifi, Amberly langsung berjalan masuk ke ruangannya. Ruang kerjanya sangat luas dengan dinding kaca yang memperlihatkan padatnya Kota Jakarta.Ia duduk di singgasananya kemudian membaca berkas yang ia minta tadi. Amberly sedang sibuk dengan pengembangan produk apelnya. Ia berpikir untuk membuat produk roti dan cake.
Ia membaca dengan serius setiap lembarnya dan menandai yang ia anggap penting sampai sebuah telepon menginterupsi pekerjaannya.
Tangannya yang hendak meraih ponselnya seketika menggantung setelah melihat nama yang ada di layar ponselnya. ‘my mom’, ia menghembuskan napas pelan. Setelah deringan ketiga, akhirnya Amberly mengangkat dan men-loud speakernya.
“ya mom?”, sapanya kemudian kembali membaca berkasnya. ‘kamu nggak lupa malem ini resepsi pernikahannya Ajeng sama Kevin kan?’, tanya Tiara memastikan. “iyaa, aku inget”, jawabnya. Ajeng adalah anak dari adik Tiara, alias sepupu Amberly. ‘jangan telat. Kamu harus uda jemput kita jam 6 tepat. Mengerti?’, kata Tiara mengerti betul sifat putrinya yang tak kenal waktu saat bekerja.
“iyaa, mommyku tercintaaa. Aku nggak akan lupa”, kata Amberly meyakinkan Tiara. ‘ah, ya. Satu lagi’, sambung Tiara membuat Amberly menutup berkasnya dan mempersiapkan diri untuk mendengar apa yang akan dikatakan ibunya, ia tahu pasti apa yang akan dikatakannya.
‘kapan kamu bawa calon ke rumah?’, benar dugaan Amberly, pertanyaan itu lagi. “not now mom”, sahut Amberly jengah. ‘sepupu kamu, Ajeng, yang lebih muda dari kamu aja uda nikah. Masak kamu belom sih, Em? Inget kamu uda 27 tahun. Bentar lagi kepala 3. Kalo uda ketuaan nanti nggak ada yang mau sama kamu gimana? Nanti mommy gagal gendung cucu dong’, kata Tiara panjang lebar.
Amberly yang sudah bosan dengan pembahasan ini akhirnya memilih untuk segera mengakhirinya. “i know, mom. Aku tutup ya. Lagi banyak kerjaan, bye”, Amberly memutus sambungan teleponnya sepihak.
“tiap hari bahasnya gituan. Pusing gue”, katanya pelan sambil memijit pelipisnya yang mulai berdenyut.“maaf, bu. Jam 2 siang ini, ibu ada rapat dengan pak Albert, kolega ibu dari Singapura”, kata Fifi setelah mengetuk pintu. “iya, saya akan segera kesana”, jawab Amberly cepat kemudian Fifi pun keluar dari ruangan Amberly.
Rapat nya dengan Albert, pemilik Supermarket terbesar di Singapura, berlangsung cukup lama. Mereka membahas berbagai macam produk dari Amber Food yang dapat dipasarkan di Singapura melalu Supermarketnya. Albert membuat peraturan yang cukup ketat untuk semua produk yang akan masuk ke dalam Supermarketnya. Kesalahan kecil dapat menghancurkan segala kerja kerasnya selama ini.
Kerjasama ini sudah berjalan satu bulan lamanya dan produk Amberly belum juga dipasarkan di Singapura. Kesabaran Amberly cukup besar mengingat hasil yang akan ia dapatkan setelah kerjasama mereka benar-benar terjalin.
“terimakasih atas waktunya. Biarkan orang saya mengantar bapak ke Hotel tempat bapak menginap”, kata Amberly berbahasa inggris sambil mengulurkan tangannya.
“terimakasih. Semoga kerjasama ini dapat terus berjalan sampai produk anda benar-benar memasuki pasar Singapura”, balas Albert sambil menjabat tangan Amberly. Kemudian Amberly mengantar Albert, membukakan pintunya sopan dan mengantar Albert pergi dengan sopan. Ia bergegas setelah melihat jam tangannya menunjukkan pukul 5 sore.
Ia menginjak pedal gas mobilnya dalam-dalam, membelah jalanan kota yang mulai lenggang. Butuh waktu setengah jam untuk sampai di rumah orang tuanya. “Em!”, panggil Tiara. “hey, mommy”, sapa Amberly kemudian memeluk Tiara sekilas. “kamu lusuh banget deh. Mandi sana! Gaunnya uda mommy siapkan di kamarmu. Cepat!”, kata Tiara heboh setelah melihat wajah lelah putrinya. Amberly hanya menurut tanpa mendebat sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBERLY
Random[TAMAT] "Semua tidak akan sesuai dengan apa yang kita inginkan, karena Tuhan memiliki kuasa untuk mengubah takdir tanpa seizin kita" - Amberly Kim - "Walau semua takdir Tuhan merubah semua rencana kita, aku percaya semua takdir itu menuntunku pada...