Progress (1)

2K 79 3
                                    

Setelah Amberly mengadakan jumpa pers, berita semakin cepat menyebar dan sampai di telinga Albert, koleganya yang berada di Singapura. “saya membatalkan perjanjian ini”, kata Albert pada Axel dalam bahasa Inggris. “tuan tidak bisa memutuskannya secara sepihak. Masalah yang terjadi di perusahaan kami akan segera teratasi. Jadi saya mohon, jangan bapak putuskan perjanjian ini”, pinta Axel.

“saya sudah mengatakan saya tidak mentolerir produk yang rusak dan merugikan konsumen. Jika saya tetap menjual produk dari perusahaan kalian, nama baik saya kan tercoreng”, kata Albert masih tetap teguh dengan pendiriannya. “sebaiknya bapak temui Nona Amberly terlebih dahulu. diskusikan dan cari solusinya bersama”, bujuk Axel.

“saya tidak perlu mendiskusikan apa-apa lagi. Saya sudah lihat Pers Conference yang Amberly buat dan dia mengakui semuanya. Itu berarti memang semuanya adalah kesalahan kalian”, tolak Albert kemudian hendak berdiri. “pulanglah. Orang saya akan ke Indonesia untuk mengurus semuanya”, kata Albert tegas kemudian pergi diikuti beberapa orang setianya.

Axel yang panik kemudian mendial nomor Amberly. ‘halo!’, sapa Amberly diseberang sana. “bu, ibu harus ke Singapura secepatnya! Pak Albert membatalkan perjanjiannya”, kata Axel cepat. ‘apa!’, pekik Amberly kaget. ‘saya akan segera terbang ke Singapura. Pastikan kamu terus membujuk tuan Albert. Saya mengandalkanmu, Axel’, sambung Amberly. “baik, bu”, kata Axel kemudian memutus sambungan teleponnya.

Beberapa jam setelah menerima telepon dari Axel, Amberly langsung bergegas ke Singapura sendiri. Butuh waktu beberapa jam untuk sampai kesana. Hari mulai malam dan Amberly mengurungkan niatnya untuk menemui Albert. Lebih baik ia temui besok pagi.

Keesokan paginya, Amberly datang ke perusahaan Albert dan bertemu dengan Axel disana. “saya ingin bertemu tuan Albert”, katanya pada sekretarisnya. Wanita itu menelepon dan ternyata Albert mempersilakan Amberly untuk masuk. “selamat pagi, tuan”, sapa Amberly sambil menjabat tangan Albert diikuti oleh Axel. “cepat sekali pergerakan kamu”, kata Albert sambil mempersilakan mereka duduk. “saya dengar dari Axel bahwa bapak hendak membatalkan perjanjian dengan perusahaan saya”, kata Amberly dan Albert hanya mengangguk.

“saya mengerti kenapa bapak hendak membatalkan perjanjian ini. Mungkin jika saya di posisi bapak, saya akan melakukan hal yang sama”, kata Amberly menggantung. “tapi sebaiknya bapak pahami dulu situasinya”, sambung Amberly kemudian membuka laptop yang ia bawa dan menyalakan satu video. Albert memperhatikannya dengan seksama.

‘saya Dendi Akbar. saya adalah kaki tangan dari Satya Food & Beverages. Saya diminta untuk menghancurkan Amber Food yang mereka anggap rival yang cukup tangguh. Andi Wibowo yang memerintahkan semuanya dengan iming-iming uang untuk pengobatan putri saya di Singapura. Saya bersedia menjadi saksi di pengadilan nanti dan saya memohon maaf sebesar-besarnya kepada nona Amberly Kim, selaku Presiden Direktur Amber Food’, Dendi yang sedang duduk di sofa berbicara panjang lebar tentang pengakuannya.

“dari pengakuan ini, tuan Albert seharusnya mengerti bahwa ini hanya salah paham. Bukan kami yang melakukan kesalahan tapi kami dijebak”, kata Amberly sambil menutup laptopnya dan memberikannya pada Axel. “kami sudah memiliki bukti kuat dan kuasa hukum saya sudah mengajukan tuntutan. Berikan kami waktu untuk membersihkan nama perusahaan kami”, pinta Amberly penuh harap.

“Satya Food & Baverages, bukan perusahan yang mudah untuk ditaklukan dan mereka salah satu kolega saya”, akhirnya Albert buka suara. “saya tahu. Jadi, saya mohon pada tuan Albert untuk membantu kami. Bantu saya untuk menegakkan kebenaran dan keadilan”, kata Amberly cepat. “insting saya mengatakan, saya harus berpihak pada anda nona Amberly”, kata Albert yang membuat Amberly tersenyum lebar. “terimakasih, tuan”, kata Amberly senang.

Pertemuannya hari ini dengan Albert berjalan dengan lancar. Amberly tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mengembalikan nama baiknya dan mencebloskan Andi Wibowo ke penjara.

-------------------------------------------------------------

“Esther! Jemput gue di bandara”, pinta Amberly sambil mendudukkan tubuhnya yang remuk redam. ‘wait a minute’, balas Esther kemudian bergegas melajukan mobilnya ke Bandara. 30 menit menunggu, akhirnya Esther pun sampai. Ia berlari-lari mencari keberadaan Amberly. kakinya berhenti setelah melihat Amberly yang terduduk dengan majalah di tangannya.

“Em!”, panggil Esther kemudian  berjalan menghampirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Em!”, panggil Esther kemudian  berjalan menghampirinya. “gimana masalah lo di Singapura?”, tanya Esther sambil duduk di samping Amberly. “beres. Kolega gue masih percaya sama gue. Walaupun launching produk gue di Singapura ditunda, tapi itu lebih baik daripada enggak sama sekali”, jelas Amberly.

“lo kurusan deh. Pasti lo lupa makan lagi kan?”, tanya Esther khawatir. “nggak kepikiran buat makan gue. Eh, tadi di majalah ini gue liat ada mukanya Blue”, kata Amberly girang sambil menunjukkan majalah yang ia baca tadi.

“adik lo uda gue bikin jadi terkenal”, kata Esther sombong. “adek gue kan orangnya ribet. Lo nggak pusing mikirin kelakuannya dia?”, tanya Amberly ingin tahu. “ribetan mikirin lo daripada Blue”, sahut Esther yang membuat Amberly tersenyum. “siapa juga yang minta lo buat mikirin gue. Kagak ada kan?”, kata Amberly sambil menutup wajah Esther dengan satu tangannya.

“itu bukannya Amberly sama Esther yaa? Waahh, so sweet banget siihh. Gue foto ah”, kata salah satu remaja yang berada tak jauh dari mereka. ‘cekrek’, beberapa orang lain yang menyadarinya pun ikut mengambil foto mereka.

“maaf, mengganggu”, Amberly dan Esther menoleh ke sumber suara. “boleh saya minta foto?”, tanyanya yang membuat Amberly dan Esther saling pandang. “ya, silakan”, kata Esther memperbolehkan. “fotoin dong”, katanya pada salah satu temannya. “satu dua tiga. Cekrek”, mereka bertiga berpose bersama.

“terimakasih”, katanya senang kemudian pergi. “cabut yuk! Keburu seantero bandara minta foto semua”, kata Esther kemudian menggenggam tangan Amberly dan satu tangannya yang lain menyeret koper milik Amberly. “kita kayak pacaran beneran nggak sih?”, tanya Amberly heran sambil mengangkat tangannya yang digenggam Esther. “lo kan pacar gue beneran”, sahut Esther percaya diri.

“sejak kapan gue jadi pacar lo beneran”, kata Amberly sedikit tersenyum. “sejak gue lebih milih mengorbankan semuanya demi lo”, jawab Esther serius tanpa memandang Amberly. “kita jalanin aja dulu”, kata Amberly membuat Esther memandangnya lekat kemudian tersenyum senang.

-------------------------------------------------------------

Hallloooowww!!! Long weekend nya mau kelar nih. Kalian uda kemana aja? Author abis dari jogja nich hihihi

Malem ini aku publish part radak panjang. Gimana menurut kalian? Kurang panjang? Atau malah kepanjangan? Wkwkwk

Makasih buat like nya yaa readers semuaaa!!

Happy reading!! {}

AMBERLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang