“apa kamu ingin meminum sesuatu? Sepertinya kamu masih sedikit mabuk”, kata Amberly ketika mereka berdua sudah berada di dalam apartemen Amberly dan duduk di mini bar milik Amberly. “apa kamu ada teh hijau? Biasanya aku meminumnya setelah minum alkohol”, jawab Esther pelan sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.
“sejak kapan kamu mengonsumsi alkohol? kau tahu, alkohol tidak baik untuk kesehatanmu”, kata Amberly lembut sambil menyeduh teh hijaunya. “sudah lama. Aku tidak ingat kapan pertama kali aku meminumnya”, jawab Esther cepat.
“minumlah ini”, kata Amberly sambil menyodorkan secangkir teh hijau permintaan Esther. “thanks”, katanya pelan kemudian menyesapnya sedikit demi sedikit. “apa sudah lebih baik?”, tanya Amberly setelah melihat Esther menghabiskan minumannya. “i think so”, jawabnya pelan. “apa ada lagi yang mau kamu bicarakan denganku? Walaupun aku sudah tahu semuanya, tapi aku masih berharap kamu yang menceritakannya sendiri padaku”, kata Amberly sambil menatap Esther lekat.
“beberapa hari lalu, pengacara ayahku datang menemuiku”, kata Esther mulai menceritakannya pada Amberly. “sebelumnya aku belum menyadari bahwa orang yang mencoba menghancurkan perusahaanmu sebenarnya adalah ayahku, sampai kuasa hukumnya menemuiku dan memberi berkas perkaranya”, lanjutnya. Amberly hanya diam mendengarkannya.
“disana tertulis banyak tuntutan yang diajukan pada ayahku, termasuk kasus 10 tahun lalu. Dan itu juga mengenai keluargamu, Em. Ketika itu, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Apakah aku harus melepaskanmu atau tidak? Apakah aku harus berkata jujur atau tidak? Apakah seharusnya aku membantu ayahku? Semua pertanyaan itu berkecamuk di kepalaku dan aku tidak menemukan solusi apapun”, katanya masih terdengar frustasi.
“ketika aku membaca berkas perkara 10 tahun lalu, aku teringat sesuatu. Ayahku pernah memberikan sebuah flashdisc dan ayahku berkata aku harus menyimpannya baik-baik. Mengeluarkan bukti ini ketika ayahku sedang berada di ujung tanduk. Awalnya aku benar-benar tidak ingin peduli, karena jika aku peduli, aku akan sangat menyakitimu. Tapi sisi hatiku yang lain tidak menyetujui logikaku dan aku memutuskan untuk mencari dimana flashdisc itu berada”, sambungnya lagi, masih menatap Amberly lekat. Pandangan Amberly pun tak pernah sedetik pun beralih.
“aku mencari dan terus mencari, akhirnya aku menemukannya. Aku membaca seluruh berkas yang ada di flashdisc itu. Semuanya terasa benar dan masuk akal. Ayahku memang tidak bersalah 10 tahun lalu”, katanya yang membuat Amberly beranjak. “kenapa kamu sangat percaya ayahmu tidak bersalah? Apa yang kamu tahu? Bukankah kamu sudah tahu semua penderitaanku dan keluargaku selama ini?”, tanya Amberly tenang dengan emosi yang tersirat. “Dengarkan aku dulu”, kata Esther lembut sambil menggenggam tangan Amberly yang terkulai di atas meja mini bar.
“setelah membaca berkas itu, aku menguatkan diri untuk bertemu dengannya. Aku harus tahu semua kebenarannya untuk mengambil keputusan. Ayahku penasehat perusahaan ayahmu bukan? Yang kamu tahu pasti tentang ayahku yang berkhianat dan membantu rival ayahmu. Bukan seperti itu, Em. Walaupun memang terlihat seperti itu”, kata Esther berhasil membujuk Amberly untuk duduk kembali.
“apa kamu ingat tentang cerita ibuku yang meninggal karena kecelakaan?”, Amberly mengangguk. “itu adalah salah satu ancaman Hardi Satya”, sambung Esther. “jangan bilang kalau...”, kalimat Amberly menggantung karena terkejut. “benar sekali, Em. Hardi Satya mengancam ayahku. Jika ayahku tidak menuruti semua ucapannya, mungkin aku tidak akan berada disini sekarang”, kata Esther cepat. Matanya redup, sarat akan kesedihan.
“sebenarnya apa yang Hardi mau dari ayahmu?”, tanya Amberly mulai mencoba memercayai Andi Wibowo, ayah Esther. “dia hanya butuh pengikut setia yang bisa kapan saja ia jadikan kambing hitam”, jawab Esther cepat sambil menahan emosinya. “lalu bagaimana dengan perusahaanku? Apa ayahmu bersedia menjadi kambing hitamnya lagi?”, tanya Amberly. “pasti begitu”, jawab Esther mantab.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBERLY
De Todo[TAMAT] "Semua tidak akan sesuai dengan apa yang kita inginkan, karena Tuhan memiliki kuasa untuk mengubah takdir tanpa seizin kita" - Amberly Kim - "Walau semua takdir Tuhan merubah semua rencana kita, aku percaya semua takdir itu menuntunku pada...