Trapped

1.9K 64 2
                                    

“Sudah siap untuk menangkap ikan besar hari ini?”, tanya Joko penuh semangat kepada anak buahnya. “siap, pak!”, jawab mereka serentak. “ayo kita berangkat!”, kata Joko kemudian berjalan cepat menuju mobilnya, diikuti oleh yang lain. “kita sedang dalam perjalanan kesana”, kata Joko melalui telepon. ‘baiklah. Tetap koordinasikan semuanya dengan saya’, balas Hilman kemudian memutus sambungannya. Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai di kantor pusat Satya Food & Beverages.

Joko bersama yang lainnya turun dari mobil kemudian berjalan cepat menuju ruangan Hardi. Suara berisik dari sepatu mereka memenuhi ruangan. Semua mata yang memperhatikannya terlihat kebingungan. Berbisik dan bertanya apa yang sebenarnya sedang terjadi di perusahaan tempat mereka bekerja.

‘tok tok’, Joko mengetuk pintu dan masuk tanpa mendengar persetujuan. “selamat siang!”, sapa Joko setelah melihat Hardi duduk santai di singgasananya. “oh, saya sudah dengar tentang penggeledahan yang akan kalian lakukan”, katanya santai dengan smirk nya. “benar sekali. ini surat penggeledahannya”, kata Joko sambil mengambil secarik kertas dari saku dalam jasnya kemudian membukanya. Hardi hanya tersenyum tak menjawab.

“kami mohon agar anda bisa diajak bekerja sama”, kata Joko setelah tak mendengar jawaban. “silakan. Tapi saya mohon jangan ganggu pegawai saya yang sedang bekerja. Bekerjalah dengan senyap dan cepat”, kata Hardi menatap Joko lekat. “cepat bawa semuanya! Tanpa terkecuali!”, kata Joko tegas masih menatap Hardi lekat. “baik”, jawab mereka kemudian menyebar untuk mengambil semua dokumen yang ada disana.

“bukankah anda punya tempat rahasia, tuan Hardi?”, tanya Joko sarkastik. Hanya ada mereka berdua di ruangan itu. “hampir saja saya lupa. Mari saya antar”, kata Hardi pura-pura teringat kemudian berjalan keluar ruangan.

Joko tersenyum miring kemudian berbalik dan berjalan mengikuti Hardi. Mereka masuk ke dalam lift menuju lantai 8 versi Hardi. ‘ting’, dan sampailah mereka. Joko terus memperhatikan gerak-gerik Hardi. “woah, ruang rahasia anda besar sekali ternyata”, kata Joko santai berpura-pura kagum setelah melihat interiornya.

“saya harus menjaga semua dokumen dengan baik. Bukankah anda setuju?”, kata Hardi tenang, mencoba mengintimidasi Joko. Joko berjalan dan memperhatikan setiap incinya. “saya setuju”, jawab Joko. Hardi mengikuti setiap langkah yang diambil Joko. Sampailah mereka di rak yang bersih dan kosong.

“rak 10b”, gumam Joko. “kenapa hanya rak ini yang kosong?”, tanya Joko ingin tahu. “saya memang menyediakan rak kosong untuk dokumen yang lain”, jawab Hardi cepat sambil mencoba mengontrol air mukanya. 

Kemudian terdengar dering telepon milik Joko. “permisi sebentar”, kata Joko pada Hardi untuk mengangkat teleponnya. ‘semua sudah saya amankan’, terdengar dari seberang sana yang membuat Joko tersenyum kemenangan dan menatap Hardi remeh.

Ia lalu memutus sambungannya. “benarkah? Bukannya anda memindahnya ke tempat lain?”, tanya Joko lagi membuat kening Hardi berkerut. Giliran ponsel Hardi yang berdering. “halo!”, sapa Hardi. ‘pihak kepolisian sudah menyita semua dokumen di Puri’, jawab lawan bicaranya cepat dan sedikit terengah. “apa?!”, pekik Hardi kemudian melihat Joko dengan senyum penuh arti. “Sialan!”, umpatnya sambil memutus sambungannya sepihak kemudian berlari meninggalkan Joko.
Joko menaiki lift menuju lantai dasar. Ia tersenyum kecil melihat anak buahnya masih memasuk-masukkan dokumen ke dalam box. “cepat letakkan semuanya! Masih banyak yang harus kita urus”, teriak Joko yang membuat anak buahnya menatapnya bingung.

“kita tinggalkan semuanya pak?”, tanya salah seorang sambil menunjuk box-box yang sudah mereka tata. “kita tidak butuh itu semua. Ayo pergi!”, jawab Joko kemudian berjalan penuh kepercayaan diri menuju mobilnya. Anak buahnya saling pandang kemudian hanya mengikuti perintah atasannya tanpa banyak bertanya.

AMBERLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang