Pagi ini, foto Amberly dan Esther yang berpelukan di lobby Amber Food telah tersebar luas. Mulai dari koran, majalah, artikel sampai berita Televisi sekalipun. Amber Food yang tersandung suatu kasus masih hangat diperbincangkan sekarang, ditambah lagi kisah romansa antara pemilik Amber Food dengan fotografer terkenal.
Seolah menjadi selebriti, mereka berdua sudah memiliki kelompok penggemar yang cukup banyak. Web resmi penggemar dimana-mana, official account penggemar juga sudah memiliki banyak pengikut. Tak sedikit juga yang tak suka dengan hubungan mereka.
“astagaaaa!”, pekik Amberly setelah membaca artikel yang dikirimkan Blue 5 menit yang lalu. “mulut-mulut penggosip emang setan semua!”, umpat Amberly setelah sadar isi artikel itu hanya kompor untuk mengalihkan kasus Amber Food.
“Hilman, jemput saya sekarang di kantor! Bawa semua bukti yang sudah kamu dapatkan! Kita akan menemui seseorang”, titah Amberly.Setelah 30 menit perjalanan, sampailah mereka di JF Firm.
“ini bukti-bukti yang sudah kami dapatkan”, kata Hilman sambil memberikan sebuah koper kecil dan membukanya untuk menghadap Jeffry. Disana ada sebuah foto, flashdisc, beberapa kertas dan juga CD rekaman. “banyak juga yang sudah kalian dapatkan”, puji Jeff sambil mengusap dagunya pelan.
“kami sudah membuka jalan untukmu. Cepat tangkap dan seret mereka di hadapanku! Pastikan mereka dapat hukuman terberat”, kata Amberly tak terbantahkan. “tenang saja. Akan aku minta temanku untuk mengurus ini”, kata Jeffry kemudian menutup kopernya.
“aahh, temanku itu adalah seorang jaksa. Akan kupastikan ia menuntut dengan hukuman terberat”, sambungnya dengan senyum manis.
Selang beberapa jam, kasus Amber Food menjadi trending topic lagi, menggantikan kisah romansa Amberly dan Esther di Internet.Jeffry mempublikasikan CCTV pabrik dan menunjukkan sosok pria yang menjadi kaki tangan pesaingnya. Semua orang yang melihat dan membacanya, sibuk menerka-nerka siapa orang dibalik kasus ini.
“lo uda makan?”, tanya Esther yang sedang berdiri bersandar di ambang pintu memandang Amberly yang menopang kepala dengan kedua tangannya dan sekarang sudah menoleh ke sumber suara. “belom lah”, jawabnya cepat. Esther dengan senyum manisnya mengangkat bungkusan plastik yang ada di tangannya membuat Amberly ikut tersenyum.
Esther berjalan menghampiri Amberly setelah menutup pintu dan duduk di hadapannya. “bawa apaan lo?”, tanya Amberly penasaran sambil mengambil kotak makan dari plastik putih itu. “gue yang masak”, setelah melihat tatapan bertanya dari Amberly. Esther memasak berbagai macam masakan untuk Amberly.
Ada nasi goreng, telur goreng, suwiran daging sapi kecap, salad dan potongan apel. Tak lupa sekotak susu. Benar-benar makanan 4 sehat 5 sempurna. “bisa masak juga lo?”, tanya Amberly takjub sekaligus tak percaya. “udaa makan sana. Nggak usah kebanyakan tanya”, kata Esther malas. “oke oke”, sahut Amberly kemudian memasukkan makanannya satu per satu.
“enak?”, tanya Esther was-was. “enak banget, sumpah!”, pekik Amberly senang dengan mulut penuh. “telen dulu baru ngomong”, kata Esther mengingatkan. “lo nya nanya pas gue ngunyah”, balas Amberly jengah setelah menelan semua makanannya.
“bolehlah, lo masakin gue tiap hari”, kata Amberly menaikturunkan salah satu alisnya.“ogah. Harusnya lo belajar masak. Terus masakin gue, suami lo, tiap pagi”, tolak Esther sambil menggerakkan telunjuknya ke kanan dan ke kiri. “siapa juga yang mau jadi istri lo!”, sahut Amberly mulai malas meladeni celotehan Esther dan memilih fokus dengan makanan yang ada di hadapannya, membuat Esther tersenyum kecil.
-------------------------------------------------------------
Part ini aku buat biar kalian nggak pusing mikir kasusnya Em wkwk. Makanya kubuat ceritanya lebih santai. Menuai keromantisan Esther dan Em *iuh alay
Suka dengan cerita aku? Cus ikutin kelanjutannya :))
Love you all so much!! :* {}
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBERLY
Random[TAMAT] "Semua tidak akan sesuai dengan apa yang kita inginkan, karena Tuhan memiliki kuasa untuk mengubah takdir tanpa seizin kita" - Amberly Kim - "Walau semua takdir Tuhan merubah semua rencana kita, aku percaya semua takdir itu menuntunku pada...