“hanya itu satu-satunya cara. Apa kalian terima, penjahat seperti mereka masih harus berkeliaran?”, tanya Hilman sarkastik. Mereka semua pun terdiam. “kita bisa memenjarakan mereka tanpa harus mengorbankan Hilman”, John pun akhirnya angkat bicara.
“apa maksudmu?”, tanya Esther cepat. “Hilman tidak perlu ikut campur dalam masalah ini”, jawab John menatap mereka semua bergantian. “biarkan Esther, Om Andi dan Victor yang mengurusnya. Aku juga selalu siap untuk membantu”, lanjutnya.
“aku setuju”, sahut Esther dan Victor bersamaan, diikuti anggukan kecil dari Andi. “bagaimana bisa aku tidak ikut campur dalam masalah se-penting ini?”, pekik Hilman tak terima. “kamu juga harus mementingkan dirimu, Hilman!”, teriak John. “tenanglah semuanya!”, kata Victor mencoba melerai.
“maksudku, kau bukan sepenuhnya tidak ikut campur dalam masalah ini. Kau turut andil tapi bukan menghadapinya secara langsung. Bekerjalah dibalik layar. Apa kau mengerti?!”, jelas John sedikit meninggi.
Hilman terdiam sambil menimbang keputusan yang terbaik. “baiklah. Akan kulakukan seperti yang kalian minta. Tapi jika identitasku terbongkar, jangan lakukan lebih dari ini”, pinta Hilman. “identitasmu tidak akan pernah terbongkar”, sahut John mantab.
Keesokan harinya di kediaman keluarga Wisnuanggoro. Seorang berjas hitam mengetuk pintu sambil membawa tas kerjanya. “silakan masuk”, kata Adelia mempersilakanya masuk.
“kamu tidak bekerja, Adelia?”, tanyanya sambil berjalan masuk ke dalam rumah. “tidak, om. Ayah minta saya kembali ke Jakarta. Padahal pekerjaan saya masih banyak di Bandung”, jawab Adelia sambil tersenyum ramah. “om mau minum apa?”, tanya Adelia setelah pria itu duduk di ruang tamu. “apa saja”, jawabnya cepat dan Adelia pun segera menyiapkannya minum setelah memanggil ayahnya.
“bagaimana kabar anda, tuan?”, sapanya sambil berdiri dan mengulurkan tangannya. “tidak terlalu baik”, jawab Dika jujur sambil menjabat tangannya. “apa ada sesuatu yang penting, Gilang?”, tanya Dika to the point setelah mereka duduk berhadapan.
“apa anda tahu jika Andi sudah bebas?”, tanya Gilang, pengacara Hardi Satya, memastikan. “semua orang juga sudah tahu jika Andi dibebaskan”, sahut Dika cepat, membenarkannya. “anda dalam bahaya”, kata Gilang yang membuat Dika mengerenyitkan dahinya. “selama ini Andi berada di pihak lawan”, jelas Gilang.
“jelaskan padaku! Jangan berbelit-belit!”, pekik Dika masih belum mengerti apa yang dimaksudkan oleh Gilang. “seperti yang anda tahu, sidang putusan disiarkan secara langsung. Sebelum itu, mereka masih melakukan sidang secara tertutup. Jadi, tidak ada wartawan yang memberitakannya”, kata Gilang sambil menatap Dika lekat.
“disanalah saya melihat dan mendengar kebenarannya”, sambungnya yang membuat rasa keingintahuan Dika semakin mencuat. “Dika bekerjasama dengan Hilman”, lanjut Gilang. Adelia datang menghampiri mereka kemudian meletakkan dua cangkir teh ke atas meja. “siapa Hilman?”, tanya Dika. Sontak Adelia pun sedikit terkejut mendengar nama seseorang yang ia kenal.
“Hilman adalah orang kepercayaan Amberly. Selama ini dia yang menyelidiki keluarga anda dan keluarga Tuan Hardi Satya”, jawab Gilang yang membuat Adelia membelalakkan matanya. Untuk menutupi keterkejutannya, ia pun langsung berjalan menjauhi mereka berdua.
“kenapa kak Hilman harus menyelidiki keluarga kami?”, tanyanya pelan pada diri sendiri kemudian masuk ke dalam kamarnya. Adelia berjalan mondar-mandir sambil memutar memori otaknya. “Om Gilang selalu datang kemari jika ada sesuatu yang sangat penting”, katanya sambil menggigiti kuku jarinya.
“sewaktu perusahaan hampir bangkrut, om Gilang datang dan menawarkan bantuannya. Sekarang perusahaan baik-baik saja karena bantuan dari om Hardi”, katanya lagi.“om Gilang juga datang saat HS Food&Beverages sedang terancam”, sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBERLY
Random[TAMAT] "Semua tidak akan sesuai dengan apa yang kita inginkan, karena Tuhan memiliki kuasa untuk mengubah takdir tanpa seizin kita" - Amberly Kim - "Walau semua takdir Tuhan merubah semua rencana kita, aku percaya semua takdir itu menuntunku pada...