Is It Romantic?

2.1K 65 6
                                    

Esther’s POV

Pagi ini, seperti biasa, aku sudah berada di rumah Mrs. Kim, yang tak lain dan tak bukan adalah bibi Em. “kamu tidak bekerja? Kenapa setiap hari kemari?”, tanya Mrs. Kim padaku sambil menyirami bunga yang ia rawat di halaman rumahnya.

Aku sudah membawa gunting khusus berkebun untuk membantunya, bahasa kerennya sekarang aku sedang cari muka. Apa aku mengerti cara memakainya? Jangan ditanya, pastinya tidak bisa. Semalam aku mempelajarinya dari internet. Cukup mudah dan sepertinya aku memiliki bakat lain selain memotret. Haha.

“aku akan membantumu”, kataku dalam bahasa inggris sambil berjalan menghampirinya. “sampai kapan kamu akan berada disini?”, tanyanya ramah. “sampai bibi bisa datang ke acaraku minggu depan”, jawabku cepat yang membuatnya menoleh.

“apa kamu benar-benar akan melamarnya?”, tanyanya lagi sambil sedikit tersenyum. “tentu saja. Untuk apa aku jauh-jauh kemari jika hanya untuk mengajaknya bermain-main”, jawabku cepat dan yakin sambil mulai memotong rumput-rumput liar.

Kulihat Mrs. Kim berjalan masuk ke dalam rumah dan aku pun mengikutinya dari belakang. “apa kamu mau minum sesuatu?”, tanyanya. “apa saja. Terimakasih”, jawabku sopan. “baiklah. Duduk dulu selagi aku membuatkanmu minum”, katanya kemudian berjalan menuju dapur.

Aku duduk di sofa dan memperhatikan seisi rumah. Berbeda dengan saudaranya, rumah Mrs. Kim lebih sederhana dan modern. Untuk selera, tak jauh berbeda dengan Mr.Kim, Minimalis. Tetapi menurutku disini masih terasa lebih nyaman dan homey.

 Tetapi menurutku disini masih terasa lebih nyaman dan homey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kudengar suami Mrs. Kim sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Ia tinggal dengan anak perempuannya yang masih duduk di bangku kuliah. Anak laki-laki pertamanya sudah menikah sehingga mereka tinggal terpisah. “silakan diminum”, katanya sambil meletakkan dua cangkir teh di atas meja.

“apa Em menyuruhmu untuk mengundangku ke acaramu?”, tanyanya membuka obrolan. Aku menjawab setelah menyesap tehku sedikit. “tidak. Aku hanya ingin memberinya kejutan. Tolong bantu aku. Kumohon”, pintaku tulus. 

“apa kakakku juga datang?”, tanyanya untuk kesekian kalinya. “tentu saja. Sebelum kesini aku ke USA hanya untuk mengundangnya. Dan beliau berkata akan datang”, jawabku cepat sedikit membujuknya. “benarkah? Hebat sekali kamu bisa membujuknya datang”, timpalnya sedikit terkejut. Aku juga terkejut karena aku tahu pasti kesibukannya sehari-hari. Sangat sulit untuk mengatur jadwalnya.

Mrs. Kim mengecek sesuatu dari ponselnya kemudian menatapku. “baiklah, akan kuusahakan datang minggu depan”, katanya akhirnya. Jika aku tidak mengontrol responku, mungkin aku akan melompat kegirangan seperti anak kecil yang diberi hadiah. “terimakasih sudah mau membantuku”, kataku sambil tersenyum lebar dan memeluknya sekilas. Singkat cerita, akhirnya aku kembali ke tanah air.

Besok adalah hari yang sudah aku tunggu-tunggu. Semua keluarga Em sudah berada disini sejak tadi pagi. Aku sudah meminta mereka untuk merahasiakan kedatangan mereka dari Em. Sebenarnya aku merasa bersalah pada Em karena mereka semua sekarang sedang bercengkerama di sebuah Hall Hotel yang sudah kupesan tanpa Em.

AMBERLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang