Our Destiny

1.5K 51 2
                                    

“ayah? Aku rasa tidak mungkin. Semua keluarganya ada di luar negeri. Mana mungkin ayahnya bekerja disana”, sahut Amberly setelah mengecek profil Hilman sekali lagi. “apa mungkin dia anak haram Hardi? Dia anak dari salah satu wanita selingkuhan Hardi?”, sambung Amberly menatap Esther lekat.

“bukan, Em. Kamu ingat jika ayahku sudah mengirim semua berkas mengenai Hardi? Aku sudah mengeceknya dan tidak ada apapun mengenai Hilman”, sahut Esther.
“lalu siapa orang yang berpengaruh disana?”, tanya Amberly pelan sambil berpikir. “Adelia tidak mungkin berbohong. Aku bisa merasakan kejujuran di setiap ucapannya. Sedari tadi aku berpikir tapi tidak menemukan apapun”, kata Esther. Ingatan Amberly kembali berputar ketika Binta mengatakan mengenai Andi dan Hilman.

Otaknya secara otomatis menyambungkan semua hal yang ia tahu. “orang yang berpengaruh disana selain Hardi adalah penasehat nya”, Amberly berkata dengan tempo pelan. Esther menatapnya lekat sambil menunggu apa yang akan dikatakan Amberly selanjutnya.
“mungkinkah kalau Hardi adalah ayahnya?”, tanya Amberly sambil menatap Esther lekat.

“maksudmu?”, tanya Esther bingung dengan praduga Amberly. “apa mungkin Hilman adalah anak ayahmu? Yang berarti dia adalah saudaramu?”, tanya Amberly lagi. “jika praduga mu benar, bagaimana bisa aku melupakan saudaraku sendiri. Jangan asal bicara, Em”, kata Esther sambil menggelengkan kepalanya.

“kamu bilang ayahmu menghilang belasan tahun kan? bisa saja ayahmu menikah lagi. Bisa saja kan?”, Amberly membuka kemungkinan lain. Esther terdiam dan meraih lembaran kertas yang ada di atas meja. Ia membaca profil Hilman dengan seksama. “jika pradugamu benar, tentu saja Hilman akan menjadi adikku”, kata Esther sambil menyodorkan selembar kertas itu pada Amberly.

“dia lahir tahun 1988 sedangkan aku lahir tahun 1990. Pradugamu salah lagi, Em”, sambung Esther kemudian menyilangkan kedua tangannya. “lalu siapa Hilman sebenarnya? dan apa hubungannya dengan semua ini?”, tanya Amberly kebingungan sambil memegangi kepalanya. “kita pasti bisa memecahkan masalah ini”, kata Esther percaya diri.

Keesokan harinya. “Victor, apa kamu menemukan sesuatu yang aneh dari Hilman?”, tanya Amberly melalui telepon. ‘tidak ada, bu’, jawab Victor yang membuat Amberly cemas. “baiklah. Laporkan terus pada saya mengenai Hilman”, kata Amberly tegas. ‘baik, bu’, kemudian Amberly pun menutup sambungan teleponnya. “Hilman orang yang sangat teliti dan bersih. Tidak mungkin dia meninggalkan sesuatu yang bisa membuatku curiga. Atau mungkin dia tahu jika aku sedang mengintainya? Tapi bagaimana bisa dia tahu?”, otak Amberly rasanya hampir pecah karena tak kunjung mendapatkan solusi.

Sedangkan Esther sibuk dengan projectnya bersama Adelia dan Kirana. Hari ini jadwalnya mereka untuk melakukan pemotretan. Berbagai macam tempat dan pakaian sudah dicobanya. Hampir satu jam mereka bekerja, akhirnya Esther memutuskan untuk beristirahat sebentar. “istirahat 30 menit. Wardrobe, tolong siapkan pakaian selanjutnya”, kata Esther kemudian duduk di sebuah sofa. ‘apa mungkin praduga Amberly benar? Tapi sepertinya tidak mungkin’, batin Esther berkecamuk.

“hey”, suara Adelia mengacaukan lamunan Esther. “apa kamu sedang ada masalah? Kenapa mukanya lesu gitu?”, tanya Adelia sambil memberikan minuman kaleng pada Esther. “ada sedikit masalah”, jawab Esther sambil membuka minuman kalengnya. “setiap masalah pasti ada jalan keluarnya”, komentar Adelia kemudian meminum minumannya. “boleh aku tanya mengenai Hilman? Aku sedikit tertarik mengenai kisahnya”, kata Esther bicara sesantai mungkin agar Adelia tidak curiga. “apa yang mau kamu tahu?”, tanya Adelia penasaran.

“kamu tahu latar belakang keluarganya? Atau mungkin kisahnya sebelum masuk masa perkuliahan?”, tanya Esther lagi. “dia tidak terlalu terbuka mengenai hal-hal yang bersifat pribadi. Tapi yang aku tahu pasti, dia pernah menjadi korban kekerasan oleh kedua orang tuanya”, jawab Adelia. “kekerasan?”, tanya Esther terkejut. “awalnya aku juga tidak tahu sampai aku melihat semua bekas luka yang ada di tangannya. Setelah mendesaknya, akhirnya ia mulai bercerita mengenai hal itu”, jelas Adelia.

AMBERLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang