Ini Terakhir (1)

1.5K 54 4
                                    

Dear my readers, please vote every part of Amberly. I appreciate it.
Regards, -AF-

Flashback.

“kakak tidak pernah menganggap kami keluarga? Tidak pernah sekalipun?”, tanya Adelia dengan air mata yang berlinang. Hatinya terasa sakit akan kebenaran yang ia terima tentang keluarganya. “tentu saja kamu keluargaku”, jawab Hilman cepat. “tapi aku tidak mau ada korban selanjutnya. Kau mengerti maksudku kan?”, sambung Hilman.

“aku mohon, jangan bongkar semuanya kak. aku tidak bisa melihat ayah dan kak Benny dipenjara. Bisakah kakak memaafkan mereka dan kita kembali seperti dulu? Menjadi keluarga?”, pinta Adelia sambil menggenggam tangan Hilman erat. “aku tidak bisa, Adelia. Aku harap kamu bisa mengerti”, jawab Hilman masih teguh.

“percuma saja aku memohon pada kakak. Aku tahu betul sifat kakak seperti apa. Baiklah, aku mengerti”, kata Adelia sambil menyeka air matanya kemudian pergi meninggalkan Hilman. Adelia berjalan cepat menuju mobilnya dan tangisnya pun pecah. Ia menangis sejadinya.

Setelah kepergian Adelia, Hilman hanya diam dan memikirkan beberapa hal yang mungkin bisa ia lakukan. Hilman terpikirkan sesuatu lalu ia berlari untuk mengejar Adelia. “Adelia! Adelia!”, teriak Hilman setelah melihat mobil Adelia sudah melaju cukup kencang. Ia pun masuk ke dalam mobilnya dan mengejar mobil Adelia.

Beberapa kali Hilman mencoba menghentikan mobil Adelia, akhirnya kali ini ia berhasil. Mobilnya berhenti tepat di hadapan mobil Adelia.
Hilman turun dari mobil dan mengetuk kaca mobil Adelia. Dengan berat hati, Adelia pun membuka kaca mobilnya.

“biarkan kakak bicara padamu sebentar”, kata Hilman lembut kemudian Adelia mempersilakannya masuk ke dalam mobilnya. “apa kamu masih tidak percaya pada kakak? Tentang perilaku ayahmu dan juga kakakmu”, kata Hilman membuka pembicaraan. “apa yang mau kakak katakan? Langsung saja pada intinya”, sahut Adelia cepat.

“kamu bisa mengetesnya jika memang kamu belum memercayaiku”, kata Hilman membuat Adelia mengerutkan keningnya. “jelaskan padaku, apa maksud kakak?”, tanya Adelia masih bingung.

“kamu bisa menyinggung tentangku pada ayahmu, tentang semua hal yang aku ceritakan padamu tadi. Kamu bisa membahasnya dengan ayahmu dan kamu bisa lihat bagaimana reaksinya. Setelah itu, kamu bisa ambil keputusan. Aku tahu, kamu wanita yang cukup pintar untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah”, jelas Hilman yang belum menjawab pertanyaan Adelia.

“aku tidak mengerti”, balas Adelia meminta penjelasan lebih dari Hilman. “coba saja lakukan apa yang aku katakan. Kamu akan mengerti setelah kamu melakukannya”, jawab Hilman dengan senyum kecil kemudian mengusap kepala Adelia pelan dan keluar dari mobilnya. Adelia melihat kepergian Hilman dengan rasa penasaran dan ia pun bergegas untuk pulang.

Sesampainya di rumah, Adelia pun mengobrol dengan ayahnya di ruang keluarga. Ia mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya mengenai Hilman dan inilah saatnya. “ayah juga punya tanggung jawab lain selain kami bertiga. Apa ayah lupa?”, tanya Adelia membuat Dika mengerutkan keningnya.

“kak Robert”, sambung Adelia menjawab semua pertanyaan yang ada di kepala Dika. “untuk apa kamu membahas Robert?”, tiba-tiba Dika meninggikan suaranya, membuat Adelia sedikit terkejut. “setelah kak Robert menghilang, aku rasa ayah tidak pernah mencarinya”, kata Adelia sambil mencoba menyembunyikan rasa takutnya.

“untuk apa ayah mencarinya? Dia anak yang tidak berguna. Ayah bersyukur dia pergi dari rumah ini tanpa ayah minta”, jawab Dika menurunkan nada suaranya. “aku tak percaya ayah bisa se-arogan ini. Apa ibu tahu yang ayah lakukan selama ini?”, tanya Adelia. “Tentu saja, tidak”, sambungnya cepat dengan senyum miring.

AMBERLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang