“rencana kita sudah sangat matang dan tidak mungkin gagal. Tinggal sedikit lagi kita akan berhasil, Robert. Ingat semua yang sudah kita lakukan sampai sejauh ini. Ketakutan mu ini sangat tidak mendasar. Kamu, Esther dan juga Amberly, tujuan kalian sama. Pikirkan itu, Robert! Jangan biarkan emosi menguasaimu. Berpikirlah dengan otakmu!”, kata Andi meninggi, mencoba menyadarkan Hilman.
Hilman menarik napas dalam dan kemudian menghembuskannya. Ia terdiam sejenak untuk menenangkan pikirannya. “baiklah, om. Aku akan menemui om lagi nanti”, kata Hilman akhirnya, kemudian meninggalkan ruangan itu.
Hilman berjalan menuju tempat dimana mobilnya terparkir. Setelah masuk ke dalam mobil, ia pun mendial nomor seseorang. “hey, John! Aku butuh bantuanmu. Segeralah kemari. Hubungi aku jika kamu sudah sampai di Indonesia”, katanya to the point setelah deringan ketiga. Setelah menelepon John, ia mendapatkan sebuah pesan dan Hilman pun langsung melajukan mobilnya dengan kencang. Ia semakin menekan pedal gas nya untuk memburu waktu dan sampailah ia di Rumah Sakit. Karena tergesa, ia pun meninggalkan ponselnya di dalam mobil.
Ia berlari masuk dan mencari ruangan seseorang yang ia kenal. “berapa nomor ruangan atas nama Adelia Wisnuanggoro?”, tanya Hilman dengan napas sedikit tersengal. “Adelia Wisnuanggoro ada di bangsal 8, nomor 112”, jawab salah satu suster disana setelah mengecek data pasien. “baiklah, terimakasih”, kata Hilman cepat kemudian langsung berlari ke ruangan Adelia. ‘sreekk’, Hilman menggeser pintu ruangan dengan keras dan ia mendapati Adelia yang sedang terduduk sambil memandang ke arah pintu dengan wajah terkejut. “kak Hilman?”, katanya setelah menghembuskan napas panjang.
“kenapa kamu bisa masuk rumah sakit?”, tanyanya cepat, masih berdiri di ambang pintu. “huft. Pasti Ferdian yang kasih tau kakak kan? emang ember banget tuh anak. Aku masih bisa membatalkan pertunanganku dengan Ferdian kan?”, sahut Adelia sedikit kesal dengan kebiasaan tunangannya itu. “ini bukan waktunya bercanda”, kata Hilman sambil menutup pintu kemudian berjalan menghampiri Adelia.
“oke oke, aku diem. Jadi kenapa kakak kemari?”, tanya Adelia dengan wajah polosnya. “menurutmu kenapa? Stupid girl”, ledek Hilman setelah duduk di samping ranjang Adelia. Adelia hanya diam dan membuang muka karena kesal mendengar ledekan Hilman.
“jadi kenapa kamu bisa masuk rumah sakit? Bukannya kemarin kamu nggak papa ya? Masih sempet pemotretan kan? terus kenapa?”, tanya Hilman bertubi-tubi. “tanyanya satu-satu bisa kan, kak? tadi itu aku kepeleset di kamar mandi, terus pingsan. Kak Hilman tau lah, ibu seperti apa. Jadi, aku langsung dibawa ke rumah sakit pake mobil ambulance. Ditambah lagi Ferdian tuh, lebay banget sampe ngehubungin kak Hilman”, jelas Adelia.
“lagian kamu di kamar mandi ngapain sih? sampe kepeleset segala. Nge-disco di dalem kamar mandi?”, ledek Hilman kedua kalinya.“sebenernya kakak kesini tujuannya apa sih? khawatir sama aku apa cuman mau ngeledekin doang?”, tanya Adelia kesal. “bukan dua-duanya”, jawab Hilman cepat sambil tersenyum tipis dan mendapatkan tatapan tajam dari Adelia.
“eh, btw darimana kakak tahu kalo kemarin aku pemotretan? Perasaan aku nggak bilang apa-apa ke kakak”, tanya Adelia setelah menemukan kejanggalan. “hear me. i’m just wanna ask you something”, Hilman menatap Adelia serius. “kemarin apa saja yang kamu bicarakan dengan Esther?”, sambungnya. “kakak kenal Esther?”, tanya Adelia bingung. “jawab pertanyaanku, Adelia”, sahut Hilman cepat. “hanya pembicaraan antara narasumber dengan wartawan?”, kata Adelia tidak yakin dengan jawabannya.
“ceritakan secara rinci”, pinta Hilman. Adelia mengerejapkan matanya sedikit lebih cepat karena bingung dengan tingkah laku Hilman. “dia bertanya latar belakang keluargaku, dimana aku menempuh pendidikan selama ini dan pekerjaanku sebelum menjadi GM”, jawab Adelia sambil memutar memori di otaknya. “lalu?”, tanya Hilman ingin tahu lebih dari itu. “Aku juga menceritakannya, saat aku menjadi sekretaris di perusahaan yang kakak rekomendasikan”, jawab Adelia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBERLY
Random[TAMAT] "Semua tidak akan sesuai dengan apa yang kita inginkan, karena Tuhan memiliki kuasa untuk mengubah takdir tanpa seizin kita" - Amberly Kim - "Walau semua takdir Tuhan merubah semua rencana kita, aku percaya semua takdir itu menuntunku pada...