"Jadi?"
"Jadi apanya?"
"Jadi kita gimana Bell?" kata Willy gemas. Kembali meminta kepastian.
"Hubungan kita?"
"Yaiyalah, apalagi coba?"
"Kita mulai pelan-pelan ya?" dengan suara hampir tak terdengar Abell menjelaskan, "kita saling menjajaki dulu sebelum lanjut ke tahap selanjutnya, gimana?"
Lama Willy terdiam, sudah lama ia mengejar-ngejar Abell, dan segala usahanya selalu berakhir dengan kekecewaan di pihaknya. Baru kali ini Abell mau memberinya kesempatan lebih, "Okey, nggak masalah," jawab Willy dengan wajah masam.
"Kenapa Will?" tanya Abell rikuh, ia takut jika keputusannya barusan melukai hatinya. Sudah lama ia menggantung hubungannya dengan Willy, tapi ia masih butuh satu kepastian lagi. Kepastian dari sahabat dekatnya. Andi.
"Cuma berandai-andai aja Bell,"
"Berandai-andai apa Will?"
"Andai kita nggak ada dalam posisi seperti ini, pasti udah dari dulu aku boyong kamu kepelaminan. Tadi pagi aja, aku udah ngebet banget pengen bangun tenda di depan hotel terus ngajakin kamu kawin, hehehe,"
"Dasar gila kamu!" serobot Abell beringas, ia sama sekali tak pernah membayangkan hal-hal seperti itu.
"Mungkin aku memang harus gila biar kamu ada di sisiku terus Bell,"
"Ah, udahlah. Ngomong sama kamu itu sering ngaconya! Kamu hati-hati ya? Jangan ngebut nyepedanya!"
"Kamu juga Bell, hati-hati. Awas ya kalau nanti kecantol sama cowok di jalan!" Abell tersenyum, ia suka sifat Willy yang posesit dan cemburuan, "aku aja yang ngejar-ngejar setahun masih digantung,"
"Apaan sih kamu, aku nggak gampangan kok Will,
"Tapi aku kadang mikir deh Bell, kalau kamu emang sengaja buat aku ngejar-ngejar kamu setahun terakhir,"
"Lho kok bisa?"
"Soalnya banyak orang yang bilang kalau masa-masa pendekatan itu lebih indah daripada pas pacaran. Aku mikirnya kamu emang sengaja buat masa pendekatan kita lebih lama, sekalian buat kamu jaga-jaga kalau nanti pas pacaran nggak seperti yang kamu inginkan, hahaha,"
"Ngarang!" jawab Abell langsung,
"Eh, tapi ada benernya juga sih, seumpama nanti pas kita pacaran sifatmu berubah, kan aku juga yang repot,""Nggak bakal ada yang berubah Bell, di depan kamu aku apa adanya kok,"
"Halah, nggak ada yang nggak berubah Will di dunia ini. Apalagi masalah pacaran kaya gini, nggak ada yang pasti,"
"Kalau mau yang pasti-pasti makanya cepet dong terima tawaran aku Bell, nggak capek apa kamunya nolak aku terus tiap hari?"
"Lha kamunya capek nggak nembak aku tiap hari?" serobot Abell langsung.
"Enggak," jawab Willy cepat, "perjuangan instan cuma bakal ngasih hal-hal yang nggak kita butuhkan Bell, hanya pemuas keinginan saja,"
"Nah itu kamu tahu, keep fighting Will!"
"Oke deh sayang,"
"Belum resmi! Nggak usah sayang-sayangan dulu!"
"Emangnya kalau udah resmi pengennya dipanggil apa Bell? Ayah bunda?"
"Nggak usah bikin ide aneh-aneh dulu deh! Bikin shock aja!"
"Bercanda Bell,"
"Udah ah. Bye Will, nanti kabarin kalau sudah sampe rumah,"
"Bye Bell, sebenernya aku pengen cium kamu lagi Bell! Udah nggak tahan daritadi soalnya! Hehehe,"