Satu persatu bulan berjalan dengan singkat, bara yang dahulu meledak ledak hebat kini hanya meninggalkan kehangatan, percik-percik hangat yang membuat semua hal menjadi indah dan lengkap. Percik yang dapat mengungkap keindahan bila di pandang bersama orang yang tepat.Pagi hari di saat aku ulang tahun, banyak hal yang membuatku merenung. Jika tahun-tahun sebelumnya keluargaku selalu memberiku kejutan saat tengah malam dan di lanjut makan besar di malam selanjutnya. Kali ini tidak, tak ada lagi selebrasi tahunan seperti itu lagi. Semuanya udah berubah Bell, kamu udah diusir, nggak dianggep anak lagi sama orang tuamu, kataku dalam hati, air mata mulai bertimbulan di sudut-sudut mataku. Kuat, kuat, yang kuat Bell.
Sambil menyiapkan roti bakar untuk sarapan, iseng aku cek hapeku. Berharap-harap ada pesan dari sahabat-sahabatku. Tapi, ternyata tak ada satupun pesan masuk. Aku mendengus sebal. Bahkan dari Andi dan Willy juga sama sekali tak ada pesan singkat sedikitpun, mungkin mereka sibuk, batinku sedikit jengkel.
Notifikasi pesan baru membuatku berlari dari kamar, segera aku cek pesan yang baru terlampir, dari Willy,
Aku udah di depan.
Aku kecewa, sama sekali tak seperti yang aku harapkan. Entah kenapa pagi itu aku terobsesi dengan ucapan selamat, yang sayangnya hari ini sama sekali tak ada satupun masuk ke dalam inbox hapeku.
Bahkan saat Willy mengantarku hingga ke cafe, ia biasa saja, seolah ini bukan hari penting. Sebenarnya, aku memang tak terlalu mengharap apapun, tapi setidaknya ucapan selamat ulang tahun, sudah cukup. Ia yang biasanya basa-basi dulu sebelum berangkat ke distro, hari ini juga langsung pergi begitu saja setelah mengantarku. Membuatku menjadi jengkel hari.
Apa mereka mau buat kejutan ya? Kataku dengan senyum licik.
Saat cafe tak terlalu ramai, sengaja aku sempatkan diri untuk berkeliling, melihat-lihat ruangan-ruangan lain, sudut-sudut tersembunyi, siapa tahu mereka nyembunyiin sesuatu disana. Kataku riang. Tapi setelah beberapa menit keliling cafe, aku kembali di buat kecewa. Ternyata memang tak ada apa-apa. Mungkin mereka beneran lupa. Lagian sudah umur segini, mungkin memang sudah saatnya nggak ada perayaan. Tapi masa sih mereka lupa? Kataku tak terima. Mereka kan berteman denganku di facebook, masa iya nggak ada yang lihat notifikasi kalau hari ini aku ulang tahun?
Dengan berat hati, akhirnya aku jalani jam-jam berikutnya dengan wajah musam. Hingga tak terasa sudah jam 10 malam, dan tak ada apa-apa!. Huh!. Di halaman luar cafe, aku menunggu Willy menjemputku dengan wajah cemberut. Sesekali aku melihat layar hapeku, berharap-harap jika teman-temanku yang sudah pulang kerja dan lagi santai ingat hari ulang tahunku dan mengucapkan selamat untukku. Lagi-lagi aku kecewa. Bahkan, sampai sekarang tak ada notifikasi sama sekali. Sialan!
Tepat pada saat Willy datang, dengan senyuman cengengesan seperti biasanya, belasan notifikasi tiba-tiba memberondong hapeku. Saat aku baca, ucapan-ucapan selamat dari teman-teman terdekat langsung membuat hatiku hangat,
“Teman terbaik tidak pernah berbohong satu sama lain dan saya harus jujur dengan kamu. Bahwa kamu sudah semakin tua dan semakin jelek, hahaha... Selamat ulang tahun sahabatku, tetep kuat, jadi orang yang menginspirasi, dan yang paling penting jangan lupa makan-makannya, traktiran kui seng paling penting lho Bell, ”
“Pada ulang tahunmu kali ini, jangan lupa untuk menetapkan tujuan di langit yang tinggi dan menghabiskan sisa kesedihan di tahun ini saja. Dan mencoba membangun roket untuk sampai ketujuan itu. Selamat ulang tahun ya sayang, kado nyusul ya!”
“Persahabatan adalah semua tentang memberi dan menerima. Kamu dapat mengambil hadiah yang aku siapkan untukmu hanya jika kamu memberikan pesta yang mengagumkan dan makanan yang banyak sebagai imbalanya. Hehehe... Selamat ulang tahun sahabatku, muach muach muach...”