2

1.7K 243 5
                                    

Elisa tidak bisa berhenti tertawa saat Sharon meminta maaf karena tidak sopan dan karena ia tidak tahu bahwa ia baru saja berjalan bersama seorang puteri kerajaan. Tentu saja Elisa tidak keberatan akan hal itu. Menjadi seorang puteri kerajaan bukan berarti ia harus bersikap angkuh dan pilih-pilih teman. Tentu saja ayahnya tidak akan suka. Dan ibunya juga selalu mengingatkan Elisa untuk berteman dengan siapa saja. Jadi, Elisa harus menenangkan Sharon bahwa tidak apa-apa untuk tidak mengenal dirinya dan Elisa sangat maklum karena Sharon belum begitu mengerti tentang sistem kerajaan.

Akhirnya kedua gadis itu sampai di aula yang sudah mulai dipenuhi oleh para siswa baru, juga beberapa senior. Tentu saja anak-anak kerajaan menjadi sorotan. Seperti Elisa. Beberapa lelaki menghampirinya dan menyapanya. Kerumunan lelaki itu baru bubar saat ada seorang lelaki tampan menghampiri Elisa. Tampaknya para lelaki itu tahu kapan harus mundur. Kini giliran para siswi baru yang terpesona dengan lelaki itu.

Lelaki itu tampan, kulitnya putih, raut wajahnya tampak dingin dan kaku, ia tidak terlalu tinggi tapi cukup mengintimidasi. Sharon diam-diam mengagumi wajah lelaki itu yang hampir sempurna. Terdapat bekas luka di dekat matanya. Tapi sesungguhnya hal itu membuatnya terlihat gagah.

“Elisa,” sapanya.

“Hai, Kak Taeyong. Kakak salah satu seniornya?”

“Iya. Kalau mereka mengganggumu bilang padaku, ya? Aku, Yuta, Jaehyun, Doyoung, dan yang lain akan melindungimu.”

“Aku baik-baik saja, Kak. Ngomong-ngomong, perkenalkan, ini temanku, Sharon. Sharon, ini Kak Taeyong. Kalau kau butuh bantuan katakan saja padanya ya?” Elisa mengenalkan Sharon dan Taeyong.

“Selamat sore, Kak. Saya Sharon, temannya Elisa. Sebentar, atau sebaiknya aku panggil Tuan Puteri Elisa?” Sharon jadi salah tingkah sendiri karena mendadak Elisa mengenalkannya pada Taeyong.

“Elisa saja. Kau kan temanku, Sharon!” sela Elisa.

“Baiklah, Sharon, aku Taeyong. Kau adalah teman pertama Elisa. Tolong jaga Elisa ya?”

Sebenarnya Sharon merasa ia yang perlu dijaga. Tapi Taeyong yang memintanya. Jadi dengan senang hati, Sharon menerimanya. “Tenang saja, Kak. Aku tidak akan membiarkan seorang pun menyentuh Elisa!”

Taeyong tersenyum. Raut dinginnya hilang, ia terlihat hangat dan menyenangkan. “Terima kasih, Sharon. Kalau ada apa-apa beritahu kami saja ya?”

Sharon mengangguk dan berterimakasih untuk tawaran Taeyong. Taeyong berpamitan lalu ia pergi. Sharon tidak bisa melepaskan pandangannya dari Taeyong dan membuat Elisa tertawa.

“Apakah kau menyukainya? Sayangnya Kak Taeyong bisa menjadi sangat protektif. Kau mungkin menyukainya, atau mungkin membencinya karena sifatnya yang satu itu.”

“Tidak, siapa bilang aku menyukai Kak Taeyong? Aku hanya mengaguminya kok,” elak Sharon.

“Iya, deh. Memang semua perempuan tidak kesulitan untuk jatuh cinta pada Kak Taeyong. Dia tampan kan?”

“Perhatian! Kepada para siswa baru harap membentuk dua barisan,” suara tersebut sukses mengalihkan atensi seluruh siswa baru dan menyelamatkan Sharon dari pertanyaan Elisa.

Semua siswa baru berbaris. Setelah Sharon perhatikan, ternyata tidak banyak siswa baru di sini. Biasanya satu angkatan akan mencapai ratusan. Namun di sini satu angkatan hanya sekitar 30 siswa Sharon rasa? Karena rasanya hanya seperti satu kelas. Di depan, dua siswa kelas 2 dan 3 memandu tur sambil menjelaskan beberapa hal sambil berjalan. Siswa kelas 2 tersebut bernama Doyoung, lelaki imut yang mirip kelinci, sementara siswa kelas 3 adalah Johnny, lelaki bertubuh tinggi yang tampan. Di kiri dan kanan ada beberapa senior yang mengikuti untuk menjaga barisan, begitu pula di belakang. Lingkungan sekolah cukup luas jadi sebelum ada yang tersesat lebih baik para siswa baru diawasi.
Mereka mengelilingi satu ruangan ke ruangan lain, satu bangunan ke bangunan lain, satu lapangan ke lapangan lain. Sekolah ini sepertinya terlalu luas untuk ukuran siswa satu sekolah yang mungkin hanya berjumlah 100 siswa.

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang