39

616 97 2
                                    

"Aku jadi ingat."

"Ingat apa?" tanya Sharon sambil duduk di ujung bangku taman supaya tidak berdekatan dengan Taeyong.

"Ciuman pertama kita."

"Tolong jangan menyebut hal-hal seperti itu, aku tidak nyaman," kata Sharon tegas.

"Kau berubah banyak. Banyak sekali," ucap Taeyong sambil menatap lekat wajah Sharon.

"Hanya itu yang ingin kau bicarakan?"

"Apakah aku tidak pantas kau panggil 'Kakak' lagi Sharon?" tanya Taeyong dengan nada sedih yang tidak bisa ia sembunyikan.

"Kau bukan kakak kelasku lagi, kan?"

Taeyong menghela napas panjang. "Kau benar, aku tidak bisa menyangkalnya."

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?"

Taeyong mengalihkan pandangannya dari Sharon, ia tidak bisa mengatakan ini sambil menatap mata Sharon. "Aku akan dijodohkan."

"Wah, selamat."

"Tapi aku tidak mau," Taeyong akhirnya memberanikan diri untuk melihat Sharon. "Apakah aku bisa mendapatkan kesempatan kedua?"

"Harus berapa kali aku bilang? Kita terlalu berbeda. Aku tidak bisa membayangkan penyerangan yang diinisiasi oleh Johnny kembali terulang. Kau bahkan tega menyerangku."

"Tapi aku tidak berniat melukaimu, Sharon," elak Taeyong.

"Siapa yang tahu apa niatmu?" tukas Sharon, menolak ucapan Taeyong.

"Sejak kapan hal ini menjadi rumit bagi kita? Aku ingin kembali ke masa sekolah dulu, di saat kau menyukaiku."

"Oh aku jadi ingat kau pernah menolakku di saat aku menyukaimu. Kau mengatakan bahwa kau hanya menganggapku adik, berarti dari awal kau juga tidak ingin memiliki hubungan denganku kan?"

"Di saat itu juga rumit, Sharon. Sebenarnya aku sudah menyukaimu, tapi takdir tidak mengizinkan kita untuk bersama."

"Nah, berarti sekarang kau sudah mengerti. Kau sendiri juga memikirkan itu, lalu kenapa sekarang kau tidak menyerah juga? Jadi, tolong ya. Tolong menyerah," pinta Sharon.

"Apakah kalau aku tidak menolakmu dari awal semuanya akan berubah?"

"Mungkin. Mungkin kita lebih dapat mendiskusikan semuanya dengan kepala dingin. Aku tidak perlu pergi darimu. Dari awal kau juga merasa kita tidak ditakdirkan bersama kan? Walaupun tahun-tahun sudah berlalu, tidak ada yang berubah."

"Maafkan aku, Sharon. Aku sudah sangat bodoh menolakmu dulu," Taeyong menatap Sharon dan berusaha menahan supaya suaranya tidak tercekat.

"Bukan salahmu, Taeyong. Aku sekarang sudah mengerti, kok. Dan selama ini ada Kak Chan di sisiku. Aku tidak mau membuatnya menunggu lagi," Sharon berusaha tersenyum. Walaupun ia tidak yakin dengan perasaannya sendiri, namun ia tidak ingin menyakiti Chan lagi.

"Apakah kau sungguh mencintainya?"

"Ya," jawab Sharon tegas.

'Sebagai seorang kakak,' namun Sharon hanya dapat melanjutkan itu dalam hati.

Taeyong mengangguk. "Aku mengerti. Aku akan menerima perjodohanku, kalau begitu."

Di saat seperti ini Sharon malah merasa tidak rela. Ia menatap Taeyong lekat. Rasanya tidak rela lelaki ini dimiliki oleh orang lain. Tapi Sharon juga tidak ingin menghalangi kebahagiaan Taeyong. Mungkin saja Taeyong akan jauh lebih bahagia bersama orang lain? Sharon bahkan tidak bisa memastikan perasaannya sendiri, apakah Sharon pantas untuk Taeyong? Sharon juga merasa ia sangat berhutang dengan Chan. Rasanya akan sangat jahat kalau Sharon meninggalkan Chan.

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang