3

1.4K 222 4
                                    

Sharon tidak kesulitan untuk bangun keesokan harinya. Bukan karena ia bersemangat, tapi karena ia khawatir setengah mati. Sharon harus apa saat disuruh untuk menunjukkan kekuatan? Ia tidak tahu harus apa. Dari tadi ia mondar-mandir di kamarnya dengan seragam yang sudah lengkap di tubuhnya. Ia tidak begitu berharap sarapan datang dengan cepat meski ia sudah kelaparan. Ia belum siap, tes akan diadakan satu jam setelah sarapan.

Sayangnya, mau bagaimana pun menghindar dan berharap waktu tersebut tidak datang, akhirnya akan datang juga. Bel pertama berbunyi, menyuruh para siswa untuk segera keluar dari kamar dan menuju ruang makan. Pintu kamar Sharon sudah diketuk. Pasti Elisa. Sharon melangkah pelan menuju pintu. Benar saja, Elisa langsung menyambutnya dengan senyuman.

Sharon ingin menunjukkan bahwa ia semangat menyambut pagi ini, tapi tetap saja bayangan akan ujian nanti masih menghantuinya. Elisa dan Sharon sama-sama berjalan menuju ruang makan. Mungkin karena keduanya belum terlalu dekat, Elisa belum terlalu menyadari perbedaan ekspresi Sharon hari ini dengan kemarin. Sehingga Elisa tidak mengatakan apa-apa.

Anehnya, saat Elisa dan Sharon duduk di meja makan, Taeyong mampu menyadari perubahan raut Sharon. Ia bertanya, “Ada apa denganmu, Sharon? Kau terlihat cemas?”

“A-aku? Cemas? Tidak kok, Kak. Aku-eh, aku biasa saja,” jawab Sharon gelagapan.

Elisa mulai memperhatikan Sharon. “Ada apa? Kau takut dengan tes nanti?” tanya Elisa lembut.

Sharon mengangguk lemah. Ia malu menunjukkan hal ini. Ia malu menyadari bahwa ia memang bukan apa-apanya Elisa. Walaupun memang ia tidak akan sebanding dengan Elisa.

“Tidak apa-apa, kau akan segera mengetahuinya, kok. Lagi pula gurunya adalah pamanku. Paman Kris sangat hebat melatih seseorang. Kau tidak usah cemas,” Elisa menenangkan sambil mengelus bahu Sharon.

Sharon sedikit merasa nyaman. “Baiklah, aku akan percaya dengannya. Kalau aku boleh tahu, kekuatanmu apa?”

“Aku menguasai beberapa kekuatan,” jawab Elisa malu.

“Dia hanya merendah, dia menguasai keduabelas kekuatan,” celetuk Yuta yang baru saja bergabung di meja makan. “Hai, Sharon. Tidak usah cemas, kami dulu juga begitu saat pertama kali menunjukkan kekuatan kami. Kami semua sempat bingung. Bingung adalah perasaan paling wajar untuk sekarang. Jadi jangan terlalu khawatir ya!”

Sharon akhirnya tersenyum. Ia sudah jauh lebih tenang sekarang. “Terima kasih, Kak Yuta!”

“Terima kasih kembali, Sharon. Aku senang bisa membantu. Nanti, kalau kau butuh bantuan atau teman cerita, datang saja padaku,” ucap Yuta dan di akhir kalimatnya ia mengedipkan matanya.

“Jangan menggoda Sharon, Kak. Sudah berapa gadis yang Kakak goda hari ini?” tukas Elisa kesal.

Sharon terkekeh pelan melihatnya. Sepertinya Elisa sudah menganggap Sharon sebagai sahabat. Dan begitu pula Sharon, ia senang melihat Elisa yang terlihat siap kapan saja untuk melindunginya. Elisa terlihat begitu kuat, Sharon tidak  boleh membandingkan dirinya dengan Elisa kan? Mereka tidak akan sebanding.

Sarapan berlalu dengan cepat karena meja mereka penuh candaan. Sharon yang sempat tenang kembali khawatir karena sebentar lagi saatnya tes. Elisa mulai menyadari perubahan raut Sharon sehingga ia selalu menempeli Sharon dan menghiburnya. Sharon meyakinkan pada Elisa bahwa ia baik-baik saja. Elisa akhirnya melepaskan Sharon dan mempersiapkan dirinya.

Waktu tes tiba. Elisa mendapat giliran pertama. Ia menunjukkan kekuatan yang menakjubkan, tentu saja hal yang kau harapkan dari seorang Tuan Puteri. Tak lama satu persatu dipanggil. Mark, Renjun, Jeno, Haechan, Jaemin, Chenle, Jisung menunjukkan kekuatan mereka masing-masing dan membuat semua orang berdecak kagum. Sekali lagi, hal yang kau harapkan dari para pangeran. Nama terakhir yang disebut adalah Sharon. Ia berjalan ke depan dengan tubuh yang gemetaran. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tidak percaya diri seperti Elisa, ia juga tidak seyakin para pangeran. Ia berusaha menenangkan dirinya. Namun dengan banyak pasang mata yang menatapnya ia tidak bisa tenang. Hampir semua siswa satu sekolah menonton.

“Sharon, apakah kau tahu apa kekuatanmu?” tanya seorang pria yang berada di umur 30-an namun tampak masih kepala dua, Kris.

Sharon menggeleng takut-takut. “Saya tidak tahu, Sir,” balas Sharon dengan suara bergetar.

“Tidak apa-apa. Saya sudah tahu kekuatanmu.”

Sharon menegakkan tubuhnya. “Sungguh, Sir? Saya boleh tahu, tidak?”

“Kau harus mencari tahu sendiri,” ucap Kris sambil melemparkan bola api ke Sharon.

Semua siswa terlalu terkejut sehingga tidak ada yang bisa bergerak, semuanya seolah membeku di tempat mereka masing-masing. Semuanya terlalu bingung, tidak biasanya Kris menyerang siswa. Karena tidak bisa menghindar, Sharon mendapat serangan bola api. Seragamnya terbakar dan tubuhnya memerah. Ia meringis menahan perih.

“Keluarkan kekuatanmu!” perintah Kris.

Sharon mengangkat tangannya dan dari sana melesat bola-bola api dengan Kris sebagai tujuannya. Kris menghindar.

“Jadi, kekuatanku adalah api?” tanya Sharon.

Kris menggeleng. “Tentu saja bukan,” katanya sambil tertawa.

Sharon menatap gurunya tidak mengerti dan tanpa ia sadari, air menerjang ke arahnya dari arah kirinya. Kini beberapa siswa langsung bereaksi. Elisa berdiri di depan Sharon, begitu pula dengan beberapa pangeran. Sementara yang lain mengepung Kris.

Kris menggelengkan kepalanya. “Kalian sebaiknya menyingkir sebelum ia menyerang kalian semua dengan air karena salah sasaran,” ucap Kris ringan.

Suara air terdengar. Semua langsung menyingkir. Bola air tersebut melesat menuju Kris. Pria itu menghindar. Bola air tersebut menyentuh tanah dan kobaran api menyusul setelah bola air itu pecah.

“Sebenarnya apa kekuatanku?” tanya Sharon lantang meski ia menggigil kedinginan.

“Kau adalah orang dengan kekuatan paling unik yang pernah saya temui,” Kris melangkah mendekati Sharon. “Sebenarnya bukan hanya keduabelas kekuatan yang terdapat di logo sekolah saja yang ada, terdapat juga kekuatan-kekuatan unik yang hanya beberapa orang miliki. Untuk kasus Sharon, biasanya orang lain butuh waktu untuk mempelajari semua kekuatan. Tapi Sharon, hanya dengan mendapat serangannya kau bisa langsung menguasainya. Kau bahkan bisa menggabungkan kekuatan yang sedang kau miliki. Memang terlihat gampang dan kuat, tapi sangat berisiko.

“Kau bisa membalas serangan musuh dengan kekuatan yang lebih besar, kau bahkan bisa memiliki kekuatan tersebut, dan kau dengan gampang menggabungkan kedua kekuatan meski kekuatan itu berlawanan. Terlihat instan bukan? Tapi risikonya terlalu besar, kau harus menerima serangan tersebut terlebih dahulu. kau harus lebih kuat untuk tetap sadar dan membalas serangannya. Saya kira jenis kekuatan sepertimu sebenarnya tidak ada, atau sudah tidak ada lagi. Tapi tidak saya sangka bahwa kau ada di depanku sekarang.

“Saya minta maaf untuk serangan tiba-tiba tadi. Saya tahu kau bisa menahannya, jadi saya langsung menyerangmu. Sebagai gantinya izinkan saya melatihmu. Saya akan membantumu melatih kekuatanmu. Saya akan mencoba untuk mengurangi risikonya. Apakah kau mau?”

Sharon terdiam. Ia masih memproses semua hal yang baru saja ia ketahui. Semua hal terlalu mengejutkan baginya. Bagaimana mungkin ia menjadi seseorang dengan kekuatan langka? Terlebih Kris tampaknya sangat penasaran dengan kekuatannya sampai meminta izin untuk melatih gadis itu. Apakah Sharon terima saja? Ia mungkin bisa lebih kuat. Tapi di sisi lain untuk apa Sharon menjadi lebih kuat?

Selama beberapa saat Sharon berusaha memutuskan. Ia sendiri penasaran bagaimana cara kerja kekuatannya, ia ingin tahu lebih banyak tentang dirinya. Ia ingin merasa percaya diri dengan kekuatannya. Namun, bukankah ia bisa mengikuti kelas biasa? Perkembangannya mungkin akan lambat, tapi tidak akan masalah karena Sharon tidak terburu-buru.

Sebelum Sharon mampu menjawab, kepalanya tiba-tiba pusing. Pandangannya menjadi gelap dan kakinya terlalu lemas untuk menopang tubuhnya. Sharon tidak yakin, tapi ia rasa ia pingsan? Namun kesadarannya masih ada sedikit. Ia sadar saat seseorang menggendongnya dengan sigap dan membawanya pergi. Sayup-sayup ia mendengar Elisa yang memarahi pamannya sendiri. Dan ia sempat mendengar suara seseorang yang menggendongnya, yang membisikkan, “Kau akan baik-baik saja, Sharon. Setelah ini kau akan aman dan mendapat perawatan. Aku tidak suka melihat luka bakar di tubuhmu dan kau yang menggigil kedinginan. Kau akan baik-baik saja.”

Suara milik Taeyong.


###

A/N: NCT 2018 ASDFGHJKL

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang