44

868 89 7
                                    

Sharon tidak dapat tidur malam ini. Ia tidak tahu apakah perasaannya didominasi bahagia atau cemas. Yang jelas begitu ia mencoba tidur, hanya matanya yang terpejam, ia tidak bisa tidur sama sekali.

Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Sharon bangun dan membuka pintu. Ia langsung tersenyum melihat Hansol yang berdiri di ambang pintu.

"Kenapa belum tidur?" tanya Hansol khawatir.

Sharon hanya tersenyum malu. "Tidak bisa tidur sama sekali. Apakah seseorang yang akan menikah selalu merasakan ini?"

"Tidak tahu, aku kan belum menikah."

"Sepertinya aku bertanya pada orang yang salah," Sharon memegang pintu lalu memberikan gestur akan menutup pintu. "Kalau begitu selamat malam."

"Wah lihat yang akan menikah. Sudah berani nakal dengan Kakaknya ya," Hansol mengacak rambut Sharon. "Aku memang tidak bisa menghibur, tapi aku pastikan besok akan berjalan lancar. Tidak akan ada yang menyakitimu. Percaya padaku."

Sharon melepaskan pegangannya pada pintu lalu ia memeluk Hansol erat. "Terima kasih banyak, Kak. Untuk semuanya. Sungguh aku tidak tahu harus membalas dengan apa kebaikan Kakak selama ini. Apalagi aku tidak bisa terus bersama dengan Kakak. Aku merasa bersalah karena meninggalkan Kakak."

Hansol mengusap punggung Sharon. Ia tersenyum kecil. Adik kecilnya sudah tumbuh besar. Adik kecilnya sudah tidak membutuhkan perlindungannya lagi. Rasanya sedih, tapi ia juga bahagia karena adiknya akan bahagia. Apalagi setelah semua yang ia lalui. Kalau mengingat masa lalu, waktu telah lama sekali berlalu dari semenjak pertemuan mereka pertama kali setelah beranjak dewasa. Tapi rasanya waktu juga berlalu begitu cepat. Setelah ini Hansol akan kesulitan untuk menemui adiknya sendiri.

"Aku tidak apa-apa, sungguh. Selama kau bahagia, aku lebih bahagia lagi. Kau adalah satu-satunya tanggungjawabku dan satu-satunya alasan aku hidup. Ke depannya kau harus merasa bahagia, mengerti?"

"Kakak juga harus bahagia ya? Kakak juga harus mencari pendamping. Jangan hidup sendirian saja, aku tidak tega tidak ada yang menjaga Kakak. Nanti kalau Kakak sakit, tidak ada yang mengobati lagi. Soalnya aku tidak akan tinggal bersama Kakak lagi."

Hansol terkekeh. "Iya, akan aku pertimbangkan. Kau tidak perlu khawatir padaku, lebih baik pikirkan saja dirimu sendiri. Kebahagiaanmu adalah yang paling penting."

"Bagiku kebahagiaan Kakak juga sama pentingnya."

"Aku bahagia, benar-benar bahagia karena aku telah memilikimu kembali. Walaupun besok aku harus mengantarkanmu pada seseorang."

"Kakak membuatku sedih," Sharon cemberut dan semakin menenggelamkan tubuhnya di tubuh Hansol yang tinggi. Entah kapan ia akan mendapat kesempatan untuk berpelukan dengan bebas lagi bahkan dengan kakaknya. Taeyong itu cemburuan, ia tidak suka Sharon bersama yang lain.

Kalau dipikir-pikir lucu juga, cinta pertamanya malah menjadi pasangannya seumur hidup. Mereka telah melewati berbagai hal untuk bisa bersama, sungguh tidak gampang bahkan untuk sampai di posisi ini. Karena itu, Sharon ingin memperlakukan Taeyong dengan lebih baik lagi setelah ini.

"Tidurlah," Hansol melepaskan pelukannya lalu menarik Sharon untuk ke tempat tidurnya. Ia bahkan menidurkan Sharon dan menarik selimutnya. "Besok akan melelahkan. Kau harus memakai gaun pengantin seharian. Kau mungkin harus berdiri juga seharian. Kau butuh banyak sekali istirahat, apalagi pagi-pagi kau juga akan dirias."

"Kak, doakan semoga aku beruntung."

"Doaku selalu menyertaimu," Hansol tersenyum lalu ia menyentuh kening Sharon.

Langsung saja gadis itu terlelap karena kekuatan Hansol. Bukan kekuatan yang baik sebenarnya karena memaksa seseorang untuk tidur. Tapi Hansol harus mengeluarkan kekuatan ini supaya Sharon bisa beristirahat.

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang