14

813 141 15
                                    

Sharon memikirkan terlalu banyak hal sehingga akhirnya ia jatuh sakit. Bukan sakit yang parah, dan ia sudah diobati. Namun hal ini bisa menjadi alasan buat Sharon untuk tidak ikut ke pesta ulang tahun Jisung. Ia sudah menitipkan hadiahnya kepada Jaehyun dan malam ini ia akan habiskan dengan beristirahat di kamarnya.

Sharon sudah selesai makan, dan ia sedang membaca novel yang ia pinjam dari perpustakaan karena ia bosan sendirian. Semua temannya pergi, kecuali Taeyong, namun Sharon juga tidak ingin bertemu dengan Taeyong. Jadi ia memilih untuk menghabiskan malamnya di kamarnya.

Tiba-tiba kaca jendelanya diketuk dari luar. Sharon sangat terkejut mendengar suara itu. Kamarnya berada di lantai 2, tidak mungkin ada yang mengetuk jendelanya. Sharon memberanikan diri untuk membuka gorden dan wajah yang familiar muncul di sana. Kehadiran yang selalu ia tunggu.

Sharon menutup mulutnya tidak percaya. Ia membuka jendelanya dan orang itu masuk. "Halo, Sharon. Merindukanku?"

Hansol terbang masuk ke dalam kamar Sharon lalu ia duduk di atas sofa. Sharon menyusul Hansol untuk duduk dan ia menyentuh lelaki itu tidak percaya.

Hansol tertawa. "Ini aku, Hansol. Maaf membuatmu menunggu lama."

"Tidak apa-apa. Mungkin seharusnya di pesta ulang tahun Kak Doyoung aku datang ya."

"Tidak apa-apa. Aku selalu punya cara untuk menemuimu hanya saja mencari waktu yang tepat adalah hal yang sulit," jelas Hansol. Ia kemudian mengelus pipi Sharon. "Kau terlihat tidak baik-baik saja. Apakah ada yang jahat padamu?"

Sharon langsung menggeleng. "Tidak ada, semuanya baik-baik saja. Mungkin aku hanya kelelahan berlatih."

"Berlatih? Menarik. Mereka tidak sadar ya melatihmu sama saja dengan membidikkan senjata ke diri mereka sendiri?" Hansol tertawa sarkastik.

"Maksudmu?"

"Cerita kita akan panjang, kuncilah pintumu dan matikan lampu kamarmu. Jika tidak, mungkin akan ada yang menginterupsi."

Sharon beranjak berdiri dan ia menuruti Hansol. Entah kenapa, ia percaya lelaki itu memang akan mengatakan suatu hal yang penting. Sharon juga tidak mau pembicaraan mereka sampai terputus. Jadi Sharon sudah mematikan semua lampu, tinggal lampu tidur yang ia nyalakan supaya ia masih dapat melihat Hansol.

Sharon duduk di sebelah Hansol. Biasanya Hansol selalu berwajah dingin, namun saat ia tersenyum, wajahnya menjadi sangat ramah dan manis. Apakah lelaki ini adalah kakaknya Sharon?

Hansol memegang wajah Sharon, menelusuri tiap sisi wajah gadis itu. Hansol masih tersenyum tipis. "Kau tumbuh dengan sangat baik. Apakah kau bahagia?"

Sharon sedikit kebingungan dengan pertanyaan Hansol. Namun ia mengangguk. "Tentu, aku sangat bahagia. Aku merasa hidupku sangat lengkap, dan aku mempunyai semuanya. Aku memiliki sahabat-sahabat yang sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri, dan keluarga mereka yang terasa seperti keluargaku sendiri."

"Wah, bagaimana bisa kau bahagia di sini sementara kakakmu kesepian di kerajaannya?" Hansol menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Maksudmu?"

"Kau percaya kalau aku adalah kakakmu?" Hansol kembali bertanya.

"Aku tidak yakin," ucap Sharon ragu.

"Apakah kau ingin percaya atau tidak?"

"Aku ingin percaya begitu, tapi rasanya sangat membingungkan. Kau benar-benar orang asing, tiba-tiba kau adalah kakakku? Hal itu sulit diterima."

"Mereka menghapus ingatanmu, adikku. Mengganti namamu, memberikan memori yang baru, dan diam-diam merencanakan segalanya," Hansol menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Kau ingat perang 10 tahun yang lalu?"

"Aku tidak mengerti kenapa kau bertanya apa aku ingat, tapi aku memang mengingat cerita yang ada di buku."

"Bukan yang di buku, yang kau alami langsung, apa kau ingat?"

Sharon berusaha mengingat-ingat namun yang ia ingat hanyalah memori saat ia masuk ke sekolah dasar. Kalau dipikir-pikir ia tidak ingat sama sekali apa yang terjadi sebelumnya. Tapi bukannya wajar jika kita melupakan memori 5 tahun pertama kehidupan?

Melihat Sharon yang hanya diam membuat Hansol menghela napas. "Aku benar, kan? Kau pasti tidak memiliki memorinya karena mereka memaksamu meminum ramuan penghapus ingatan. Tapi aku tidak bohong saat mengatakan bahwa kita adalah kakak beradik."

"Lalu apa tujuanmu menemuiku untuk mengatakan itu?" Sharon langsung menanyakan hal yang selalu ia pikirkan.

"Karena waktunya sudah tepat. Kau sudah mengetahui bahwa kau bukan manusia biasa. Aku tidak akan kerepotan menjelaskan dari awal. Tapi tidak hanya itu, Sharon. Kau bukan sekadar pemilik kekuatan super. Kau juga seseorang yang memiliki peran penting."

Sharon hanya diam dan menahan napas. Ia menunggu kelanjutan kalimat Hansol.

"Kita adalah anak dari Raja Kegelapan," ucap Hansol akhirnya.

Sharon membelalakkan matanya, terkejut dengan kalimat Hansol. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha menolak apa yang Hansol katakan. "Tidak mungkin."

"Mungkin," ucap Hansol sabar. "Kau tahu kejadian 20 tahun lalu? Saat paman kita dihabisi oleh orang tua sahabatmu? Adiknya, yaitu ayah kita, sangat tidak terima. Ayah kita menjadi Raja Kegelapan yang baru dan membalaskan dendam kakaknya. Namun saat perang terjadi, kau terlepas dari pengawasan. Mereka menahanmu dan membuat ayah tidak bisa fokus dengan serangannya, ia takut melukaimu. Karena itu, ia akhirnya dibunuh. Hidupku dan ibu sangat hancur. Tapi hidupku lebih hancur karena ibu juga memutuskan untuk bunuh diri. Aku sendirian. Sudah 10 tahun aku sendirian, dan kesepian."

Sharon masih menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Tidak mungkin. Hal itu tidak mungkin," ia terus bergumam hal itu.

"Mereka mungkin menghapus ingatanmu, tapi mereka tidak bisa menghapus tanda itu. Di punggungmu, kau tahu kan ada sesuatu di sana?"

Sharon sekarang terdiam. Sepertinya apa yang Hansol bilang masuk akal. Memang ada sebuah tanda di punggungnya. Tapi tanda yang aneh dan Sharon tidak mengetahui apa itu. Orang tuanya mengatakan bahwa tanda itu ada karena sebuah kecelakaan yang sampai sekarang Sharon masih tidak mengerti kecelakaan seperti apa. Orang tuanya tidak pernah menceritakan dengan jelas.

"Sudah percaya sekarang, adikku?" tanya Hansol.

"Aku tidak tahu. Hal itu sangat tidak masuk akal. Mengetahui aku bukan manusia biasa sudah sangat mengejutkan. Dan sekarang kau bilang kalau aku adalah putri dari Raja Kegelapan?" Sharon mulai terisak. "Berarti aku orang jahat?"

Hansol menarik Sharon ke dalam pelukannya. "Tidak, kita tidak jahat. Mereka membunuh keluarga kita, mereka memisahkan kita. Mereka yang jahat."

"Tidak, mereka tidak jahat. Mereka sangat baik kepadaku."

"Mereka jahat, Sharon. Mereka menipumu, mereka mungkin hanya memanfaatkanmu. Aku yakin mungkin kau akan menjadi senjata mereka untuk mengalahkanku. Tapi mereka lengah, mereka terlalu bersantai. Saat mereka berpesta, aku mati-matian menyusun rencana. Aku tidak pernah tidur tenang karena takut kau akan datang untuk membunuhku. Tapi aku lebih cepat, Sharon. Ayo kita kembali?"

"Aku baru sebulan di sini. Tapi aku sudah menyayangi mereka semua. Bagaimana mungkin aku pergi?"

Hansol melepas pelukannya. "Kakak tidak akan memaksamu. Namun, aku harap kau tahu siapa yang harus kau percaya. Aku akan pergi, jadi beristirahatlah."

"Kapan kau akan datang lagi?"

Hansol tersenyum kecil. "Bisakah kau belajar memanggilku kakak?" bukannya menjawab, Hansol malah menanyakan hal lain.

"Hal ini masih sulit untuk dipercaya. Tapi aku ingin mengetahui semuanya. Bolehkah aku tahu kapan kakak akan datang?"

"Aku usahakan secepatnya. Mereka mengira aku tidak akan bisa ke sekolah, tapi mereka salah besar. Mereka sudah meremehkan kemampuanku karena mereka melemah. Tapi aku lebih kuat daripada ayah, bahkan paman. Aku harap kau akan membuat keputusan yang benar. Kembalilah kepadaku dan aku akan memastikan untuk melindungimu."

Hansol beranjak berdiri. Ia mengecup kening Sharon. Kemudian ia langsung menghilang dari hadapan Sharon. Sharon masih duduk di sofa dan menatap kosong. Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba. Ia tidak tahu siapa yang harus dipercaya.

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang