33

607 92 38
                                    

Acara kelulusan berlangsung dengan khidmat. Terlihat beberapa orangtua menangis melihat anaknya telah lulus dari akademi. Sharon juga hampir menangis karena ia memiliki kesempatan untuk hadir di sini. Sebagai perwakilan kerajaan yang diundang, bukan sebagai musuh. Sharon melirik kakaknya dan Hansol terlihat tersentuh setelah Taeyong menyampaikan pidato sebagai perwakilan murid.

Acara berakhir, para siswa dan siswi mengerumuni siswa kelas 3 yang telah dinyatakan lulus. Sharon ingin sekali bergabung, namun ia sadar tempatnya bukan di sana. Ia harus berada di kursi para tamu, dengan kakaknya.

Tak disangka-sangka, Johnny berjalan mendekat. Ia sendirian dan ia berdiri tepat di sebelah Sharon.

"Sharon, aku sudah lulus."

Sharon tertawa. Ia berdiri kemudian menyalami Johnny. "Iya, aku tahu. Selamat ya, Kak. Setelah ini apa rencanamu?"

"Mungkin kembali ke kerajaan dan belajar lagi. Ngomong-ngomong kalau kerajaanmu membuka lowongan aku siap bekerja di sana."

Sharon langsung menggeleng cepat. "Kakak kan putra mahkota, masa bekerja di kerajaanku?"

"Tidak apa-apa, aku kan bukan keturunan asli," balas Johnny ringan.

"Tetap saja. Kakak harus belajar yang rajin di kerajaan Kakak."

"Padahal maksudku lowongan untuk menjadi pendampingmu. Masih kosong tidak?"

Hansol langsung berdehem mendengar kalimat Johnny. Kedua pemuda itu bertatapan, namun Johnny tidak terlihat takut sama sekali.

"Ah, betapa tidak sopannya aku. Hamba mohon izin untuk berbicara dengan Tuan Puteri Sharon ya, Yang Mulia."

"Lanjutkan saja," jawab Hansol singkat.

"Ngomong-ngomong saya Johnny, Yang Mulia. Calon adik ipar Yang Mulia."

"Kak Johnny!" tegur Sharon.

Johnny tertawa. "Astaga aku yakin kok Yang Mulia tidak akan menyerangku. Jangan dipikirkan ya, Yang Mulia. Bisa-bisa aku betulan tidak bisa ke kerajaanmu."

"Memangnya Kakak mau ke sana?"

"Ya kalau diizinkan aku mau saja. Bagaimana Yang Mulia? Apakah aku diizinkan melakukan kunjungan?" tanya Johnny antusias.

"Lihat nanti saja," Hansol tidak menatap Johnny namun Sharon dapat melihat kakaknya berusaha menahan senyum.

Wajar saja, selama ini Hansol selalu ditakuti dan disegani. Ia tidak punya teman selain tangan kanan dan pengawal pribadinya. Johnny sepertinya satu-satunya yang dengan santainya mengajak sang Raja Kegelapan mengobrol.

Sharon lanjut mengobrol dengan Johnny. Namun tidak berapa lama Johnny dipanggil oleh keluarganya.

"Kalau kau benar-benar ingin mengunjungi kerajaanku, datanglah. Tapi tidak dalam waktu dekat, mungkin beberapa bulan lagi."

Ucapan dari Hansol sebelum Johnny beranjak pergi membuat pemuda itu dan Sharon bertatapan.

"Kakak serius?"

"Ya," balas Hansol, masih singkat.

"Terima kasih banyak, Yang Mulia. Aku akan meminta izin kembali kalau aku datang," Johnny membungkuk. "Aku pamit ya. Sampai jumpa."

Sharon dan Johnny sama-sama melambaikan tangan. Kemudian Johnny sedikit berlari mendekati keluarganya yang menunggunya.

"Kakak tadi mengobrol dengan Raja Kegelapan?" tanya Elisa begitu Johnny telah sampai di depannya.

"Iya," jawab Johnny santai atas pertanyaan Elisa.

"Bagaimana tanggapannya?" tanya Elisa lagi.

"Walaupun Raja Kegelapan sedikit cuek, namun beliau sangat baik. Aku hanya bercanda mengatakan bahwa aku ingin ke kerajaannya, dan aku diundang betulan."

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang