20

743 132 4
                                    

"Siapa dia?"

Ruang makan yang hening sepeninggal Hansol dan Sharon pecah karena pertanyaan Elisa. Taeyong kembali duduk di bangkunya dan ia menggelengkan kepalanya. Tidak percaya akan apa yang baru saja terjadi.

"Siapa dia, Kak? Kakaknya Sharon?" tanya Elisa lagi, kini pada Taeyong.

"Dia adalah Raja Kegelapan. Dan benar, dia adalah kakaknya Sharon," jawab Taeyong enggan.

"Apa maksudmu Kak? Sharon adalah adik dari Raja Kegelapan? Kakak bercanda ya?" Elisa bertanya lagi, tidak percaya.

"Aku juga berharap bahwa itu sebuah kebohongan. Tapi tidak, Elisa. Aku menyatakan yang sebenarnya."

"Tidak mungkin."

Taeyong menghela napas. Ia mendekati Elisa dan memeluk gadis itu.

"Kau sudah tahu dari awal? Kenapa tidak mengatakannya kepada kami?" tanya Johnny gusar.

"Aku minta maaf, teman-teman. Tapi aku tidak diizinkan untuk mengatakan hal ini kepada siapapun," Taeyong menunduk, merasa bersalah.

Tidak ada guru yang mengawasi makan malam kali ini. Sehingga mau tidak mau, Taeyong merasa bertanggungjawab pada semua siswa yang ada.

"Semuanya, kalian boleh kembali ke kamar masing-masing. Selamat istirahat," ucap Taeyong lantang supaya terdengar oleh seluruh siswa.

Satu persatu siswa keluar dari ruang makan. Hanya tersisa para pangeran dan tuan puteri. Tidak ada yang berminat beranjak, namun suasana masih hening di antara mereka. Taeyong sudah kembali duduk dan ia menunduk dalam. Ia merasa gagal menjaga Sharon.

Suara langkah kaki terdengar mendekati mereka. Kris akhirnya tiba di ruang makan. "Anak-anak, ayo berkumpul di ruang rapat."

Satu persatu dari mereka berdiri dan berjalan menyusul Kris. Taeyong berjalan bersebalahan dengan Kris. "Ayah, maafkan aku. Aku sudah gagal."

Kris mengusap punggung Taeyong. "Kau sudah melakukan yang terbaik. Kami yang gagal."

Mereka sampai di ruang rapat guru. Di sana sudah ada para raja dan ratu, bahkan orangtua angkat Sharon juga sudah ada di sana. Mereka semua berekspresi serius dan cukup tegang. Hal yang hampir tidak pernah terlihat selama 10 tahun terakhir.

---

Sharon menjejakkan kaki di sebuah tempat yang asing baginya.

"Selamat datang di rumah," ucap Hansol pada Sharon.

Sharon menunduk. Ia merasa marah pada Hansol. Kenapa Hansol harus membawanya tepat di depan teman-temannya? Entah apa yang mereka pikirkan tentang Sharon sekarang.

"Sharon."

"Kenapa Kakak melakukan itu?" bukannya menjawab panggilan Hansol, Sharon malah menanyakan hal lain.

Hansol menghela napas. "Tempatmu adalah di sini Sharon. Kau tidak ingin teman-temanmu tahu? Kenapa? Kau tidak ingin dibenci? Aku kan sudah bilang tempatmu bukan di situ!"

"Tempatku juga bukan di sini!" seru Sharon.

"Sharon!" nada suara Hansol terdengar marah.

Mendengar nada suara Hansol membuat Sharon menangis. Ia tidak ingat kapan terakhir ia menangis, tapi ia menangis di depan Hansol. Di depan kakaknya. Perasaannya campur aduk. Baru saja ia senang berada di sana, Hansol malah seenaknya membawanya ke kerajaannya.

Lagi-lagi Hansol menghela napas. Ia sudah sangat lama terakhir melihat adiknya. Dulu saat Sharon menangis, Hansol akan memeluk adiknya dan menenangkan Sharon. Namun, Hansol tidak mungkin melakukan itu sekarang. Bisa-bisa Sharon menamparnya.

BLACK ON BLACK [NCT - UNB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang